Berita Palembang
Eks Lokasi Pasar 26 Ilir Semerawut, Badan Jalan Penuh Lapak Pedagang
Suasana riuh terhampar di kawasan Jalan Wahidin Kelurahan 26 Ilir Kecamatan Bukit Kecil.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Suasana riuh terhampar di kawasan Jalan Wahidin Kelurahan 26 Ilir Kecamatan Bukit Kecil.
Para pedagang tampak bersahutan berteriak menjajakan dagangannya.
Hal itu disusul dengan para pembeli yang datang ke tempat mereka berjualan, dan membeli barang dagangannya.
Namun sayang, tersebut bukan berada di lokasi yang disediakan Pemerintah kota (Pemkot).
Mereka pedagang malah memilih berjualan di badan jalan dengan bermodalkan payung kecil untuk menghindari diri dari terik matahari.
Bukan hanya terkesan semerawut tetapi pengendara yang hendak melintas di kawasan tersebut menjadi tersendat perjalanannya karena ruas jalan ditutupi aktivitas jual beli.
Jika ada pengendara yang melanggar rambu-rambu dan mereka berjalan dari arah Jalan Merdeka ke Jalan Wahidin, semakin semerawutlah lalulintas di sekitar kawasan tersebut.
Bukan itu saja yang menjadi masalah.
Tidak tertibnya para pedagang dalam membuang sampahnya, membuat tumpukan sampah tampak bertumpukan di sebelah daerah aliran sungai (DAS) yang berada di kawasan tersebut.
Selain membuat suasana yang tak enak dipandang. Tumpukan sampah ini juga menimbulkan bau yang tak sedap.
Rina, salah satu pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di badan Jalan Wahidin mengatakan, ia memilih untuk berjualan di badan jalan, karena apa yang dijualnya tidak terlalu banyak.
"Hanya jual cabai, modal sedikit," kata Rina saat dibincangi Tribunsumsel.
Untuk berjualan di kawasan tersebutpun, Rina tak perlu mengeluarkan modal yang cukup besar. Dalam sehari, ia hanya perlu membayar sewa antara Rp 15 ribu-Rp 30 ribu.
"Bayarlah Pak, mana ada yang gratis. Ada yang keliling nagih," jelasnya.
Hendro, pedagang ikan yang juga menjajakan dagangannya di badan Jalan Wahidin ini menyatakan pendapat yang sama yakni modal yang kecil.
Untuk menyewa kios di Pasar Soak Batu, 26 Ilir juga memerlukan modal yang cukup besar.
"Tidak seberapa jualan, untung cuma buat makan sehari-hari. Belum sanggup nyewa kios di pasar yang katanya berkisar antara Rp 2,5 juta-Rp 7 juta itu. Belum lagi, hariannya kan," katanya.
Hendro mengetahui, aktivitasnya tersebut mengganggu para perjalanan yang lewat. Namun, Hendro tak bisa berbuat banyak karena harus memenuhi kebutuhan keluarganya.
Hendro mengaku, siap jika harus dipindahkan ke pasar namun harus disesuaikan dengan budget yang dimilikinya.
"Kalau mau pindah semua pindah. Karena banyak pembeli yang sedikit-sedikit itu lebih memilih di pinggir jalan daripada masuk ke dalam pasar," terangnya.
Sementara Direktur Utama PD Pasar Palembang Jaya, Asnawi P Ratu mengatakan, Pasar Soak Batu, 26 Ilir sudah dioperasikan sejak setahun yang lalu. Meski belum full, sebagian besar kios di pasar tersebut sudah terisi.
"Harga sewanya lupa saya itu berapa, tidak terlalu mahallah," katanya saat dikonfirmasi.
Disinggung para PKL yang menjajakan dagangannya di badan Jalan Wahidin. Asnawi memang mengetahui hal tersebut.
Namun menurutnya, itu hanya terjadi saat bulan puasa, karena kondisi di dalam pasar Sentra Kuliner tersebut memang sudah tidak muat lagi.
"Tidak boleh berjualan disana itu. Tapi itu kan hanya saat bulan Ramadan saja, selebihnya dijaga ketat," tegasnya. (str)
Berharap Pengurus Pasar Sediakan Tempat Sampah
TERKAIT masalah sampah yang berserakan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Palembang, Faizal mengatakan, DLHK saat ini masih mengutamakan membersihkan sampah dari perumahan masyarakat.
"Setelah selesai di perumahan masyarakat, baru ke pasar. Itukan karena keterbatasan armada juga ya," katanya.
Untuk masalah kebersihan di pasar-pasar, Faizal meminta kerjasama antara pengurus pasar dengan para pedagang.
Ia berharap, agar pengurus pasar dapat menyediakan tempat sampah yang baik, dan para pedagang tidak membuang sampah sembarangan.
"Harus ada kerjasama semua pihaklah. Tidak bisa DLHK sendiri," tegasnya. (str)