Dibeberkan Henry, Inilah Kejanggalan dari Pura Dita Sebelum Lakukan Bom di Gereja Surabaya,Astaga!
Peristiwa bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya menjadi awal penyerangan kembali teror bom di tanah air.
TRIBUNSUMSEL.COM -- Peristiwa bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya menjadi awal penyerangan kembali teror bom di tanah air.
Terlebih, pelaku bom bunuh diri ini adalah satu keluarga.
Nyawa keluarga Dita Oepriarto melayang hanya dalam 10 menit di tiga gereja itu.
Keduanya menerobos masuk pintu gerbang gereja itu, meski sudah dihentikan seorang jemaat, Aloysius Bayu.
Namun, terjadi ledakan dahsyat di sana, berasal dari bom yang dibawa FH dan YF. Ledakan ini terjadi pada 7.40 WIB.
Selang lima menit, ayah mereka, Dita Oepriarto yang beraksi.

Dita menggendarai mobil menuju Gereja Pantekosta Center Surabaya.
Di sanalah ia meledakan diri menggunakan bom yang dibawanya.
Kemudian, istri Dita, puji Kuswanti dan dua putri kecilnya, FS dan FR menyusul kepergian Dita, FH, dan YF.
Ketiganya berjalan kaki menerobos Gereja Kristen Indonesia Dipenogoro.
Di sana pula nyawa ketiganya lenyap setelah meledakan diri.
Peristiwa mengerikan ini membekas dan menghantui warga Surabaya.
Dita, dianggap tega dan keji menyeret istri dan anak-anaknya melakukan bom bunuh diri.
Namun, sebelum keluarga Dita meledakan diri, ada hal yang janggal dan mencurigakan di antara mereka.
Seorang petugas keamanan di kompleks perumahan keluarga Dita tinggal, sempat melihat hal itu.
Hery menjadi saksi mata pertemuan keluarga Dita sebelum melakukan aksi bom bunuh diri di gereja.
Mata Hery tak asing terhadap keluarga Dita.
Apalagi, Hery sangat mengagumi FH, remaja berusia 16 tahun yang dikenal cerdas dan periang. Namun, ekspresi berbeda tampak dari diri FH.

Dilansir dari Channel NewsAsia, kala itu, Hery akan menunaikan salat subuh di masjid, sebelum memulai kerja.
Di sanalah, Hery melihat FH bersama Dita, Puji, dan ketiga saudara FH lainnya.
Hery pun mengambil posisi dekat mereka. FH tak terlihat seperti biasanya.
FH kehilangan senyumnya. Anak laki-laki itu justru menangis tersedu-sedu.
Melihat putranya menangis, Dita pun mengelus lembut kepala FH.
Dita pun menepuk-nepuk pundak FH, tetapi anaknya itu masih terus berlinang air mata.
"Bersabar, tuluslah," bisik Dita pada FH. Namun, FH tak menggubrisnya dan nangis kejer.
Sebenarnya, Hery gatal ingin menanyakan persoalan di antara mereka.
Namun, Hery mengurungkan niatnya. Ia tak ingin dianggap ikut campur terhadap urusan keluarga Dita.
Setelah selasai berdoa, FH, Dita, dan YF pun bangkit meninggalkan masjid.
FH benar-benar berbeda. Ia sama sekali tak menebar senyum pada Hery.
Ternyata momen itu menjadi yang terakhir bagi Hery berjumpa dengan FH sekeluarga.
Hery tak menyangka jalan hidup FH akan berakhir tragis dan mengerikan.
Walaupun Hery sangat terkejut mendapatkan berita bom bunuh diri itu, ia justru berpikir kembali.
Akhirnya, Hery paham apa yang membuat FH saat subuh menangis tiada henti.
Ia berpikir, FH tak ingin melakukan aksi bom bunuh diri.
“Saya rasa, saya percaya, dia tidak ingin melakukannya (mati sebagai pelaku bom bunuh diri). Ini tidak benar, untuk menyeret anak-anak," ungkap Hery.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Kesaksian Hery Lihat Kejanggalan Anak Dita Sebelum Ngebom Bunuh Diri di Gereja Surabaya,