Berita Prabumulih

Kembar di Prabumulih Ini Kurus Tinggal Tulang Alami Cerebral palsy dan Gangguan Pencernaan

Sungguh malang nasib yang dialami si kembar Oky Saputra (7) dan Oke Samudera (7), bocah yang merupakan warga Jalan Prabumulih-Muaraenim Talang

Penulis: Edison | Editor: Kharisma Tri Saputra
TRIBUNSUMSEL.COM/EDISON
Sabri dan Mina Rosalia ketika menceritakan sakit yang dialami kedua anaknya Oky dan Oke di kediamannya di Jalan Prabumulih-Muaraenim Talang Bernai Kelurahan Patih Galung Kecamatan Prabumulih Barat kota Prabumulih. 

Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Edison Bastari

TRIBUNSUMSEL.COM, PRABUMULIH - Sungguh malang nasib yang dialami si kembar Oky Saputra (7) dan Oke Samudera (7), bocah yang merupakan warga Jalan Prabumulih-Muaraenim Talang Bernai RT 04 Kelurahan Patih Galung Kecamatan Prabumulih Barat kota Prabumulih.

Anak pasangan Sabri (45) dan Mina Rosila (39) mengalami penyakit Cerebral palsy (kelumpuhan otak) dan gangguan pencernaan sejak kecil sehingga menyebabkan badan kurus tinggal tulang layaknya penderita gizi buruk.

Dengan kondisi tulang yang hanya berbalut kulit, jangankan berlari namun duduk saja keduanya tidak bisa.

Oky Oke hanya bisa terbaring lemas beralas ambal di lantai semen yang telah pecah-pecah itu. Pertumbuhan kembar ini terhambat sejak keduanya berumur satu tahun hingga saat ini.

Jika anak normal dengan umur 7 tahun biasanya memiliki berat badan diatas 15 kilogram, si kembar Oky dan Oke justru memiliki berat badan 8,7 kilogram dan 6,7 kilogram.

Malangnya, meski asupan makanan dan minuman ditingkatkan atau diperbanyak diberikan, kembar itu tidak mengalami penambahan berat badan diatas 9,3 kilogram disebabkan keduanya juga mengalami gangguan pencernaan.

Menurut Dokter, makanan yang masuk ke tubuh keduanya tidak bisa dicerna namun hanya lewat sehingga tidak membuat tubuh mengalami perubahan.

Tinggal di rumah kayu dengan luas sekitar 6x6 meter dengan lantai semen yang pecah-pecah dan atap seng, membuat Oky dan Oke tidak terawat dengan baik.

Selain itu kurangnya sarana air bersih juga diduga mempengaruhi pertumbuhan dua anak kelahiran 12 November 2011 itu.

Kondisi kemiskinan yang dihadapi kedua orang tuanya, membuat asupan makanan bergizi dan sehat menjadi kurang diberikan ke kembar tersebut.

Mirisnya, Dinas kesehatan kota Prabumulih melalui puskesmas setempat yang pernah menawarkan untuk merawat si kembar tersebut dengan biaya pengobatan gratis justru ditolak.

Penolakan disebabkan Sabri ayah si kembar yang hanya bekerja sebagai penyadap karet tidak mampu membiayai selama menunggu dalam proses perawatan dua anaknya.

Selain itu anak tertuanya Ragil Saputra yang sekolah di SD 27 Patih Galung tidak ada yang merawat jika ditinggal merawat Oky Oke di rumah sakit.

"Saya hanya nyadap karet dan siang hari upahan merumput serta nebas, tapi masih kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari."

"Kalau anak dirawat iya biaya perawatan gratis tapi kami menunggu mau makan dan anak sulung saya siapa yang urus, apalagi di Palembang tidak ada keluarga," ungkap Sabri ketika dibincangi dengan mata berkaca di kediamannya, Rabu (18/4/2018).

Sabri mengatakan, dirinya tidak mau merawat anaknya ke Palembang karena tidak memiliki penghasilan lebih.

Per bulan dirinya hanya menghasilkan uang Rp 500 ribu dengan bekerja sebagai buruh sadap karet, tetapi dengan kondisi karet turun saat ini membuat penghasilan yang diperoleh sangat kecil.

"Bagaimana mau mencukupi kebutuhan keluarga, penghasilan sangat rendah."

"Saya terus mencari penghasilan tambahan usai menyadap karet, namun lantaran kebutuhan sehari-hari tinggi ditambah anak sekolah membuat ia bersama sang istri hanya bisa pasrah," katanya.

Sementara ibu si kembar, Mina Rosila mengatakan, perkembangan kedua anaknya itu terhambat sejak berumur 1 tahun disebabkan makan kurang.

"Petugas dari puskesmas rutin datang memberikan bantuan susu dan roti, namun sejak umur 1 tahun makan kurang dan perkembangan anak kami lambat," katanya dengan tatapan kosong.

Mina dan suaminya Sabri berharap kelak selain dinas kesehatan pemerintah kota Prabumulih, juga ada masyarakat yang mengukurkan tangan dan memberikan bantuan untuk menyembuhkan penyakit yang dialami dua anak tersebut.

"Kami mengharapkan uluran tangan pemerintah, sehingga anak kami ini bisa dirawat dan disembuhkan. Kami ini orang miskin, tidak punya uang dan kelurga di Palembang," harap pasangan suami istri ini sedih.

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Pemkot Prabumulih, dr Happy Tedjo melalui Kepala Puskesmas Prabumulih Barat, dr Bambang Wahyu Nugroho mengatakan kedua anak kembar yang mengalami Cerebral palsy (kelumpuhan otak) dan gangguan pencernaan itu telah dipantau serta dirawat pihaknya sejak 2012 atau umur 1 tahun.

"Oky Oke rutin tiap bulan kami pantau untuk PMT (pemberian makanan tambahan). Tapi tak banyak berubah berhubung ada kecacatan sejak lahir," ujarnya.

Bambang mengatakan, Cerebral palsy dialami kedua kembar itu yakni gangguan otak belakang dan kelainan dibagian tubuh sehingga mengalami gangguan dalam makan.

"Kami telah lakukan juga terapi dan makanan tambahan namun karena tidak ada perubahan lalu pada 2014 kita usulkan dirawat ke dokter spesialis di rumah sakit umum palembang gratis."

"Tapi karena kendala biaya dari orang tua saat menunggu sehingga mereka menolak namun tetap kami pantau untuk posyandu dan pemberian makanan tambahan tiap bulan," bebernya.

Ditanya penyebabnya, dr Bambang mengatakan biasanya disebabkan sejak kehamilan kemungkinan ibu memakan obat yang tidak dianjurkan dokter atau kurang kandungan gizi sehingga menyebabkan anak gangguan otak.

"Kami akan tetap melakukan perawatan dan rujukan sehingga kedepan bisa dilakukan perbaikan karena masih masa pertumbuhan, kami tetap bisa memfasilitasi," katanya.

Adanya anak mengalami penyakit Cerebral palsy ini mendapat perhatian dari berbagai kalangan baik kepolisian setempat dan jajaran anggota DPRD Kota Prabumulih.

Feri Alwi SH yang langsung meninjau Oky Oke mengharapkan pemerintah khususnya instansi terkait melakukan tindakan media terhadap si kembar tersebut.

"Kami harapkan jika Dinas Kesehatan membantu dalam pengobatan secara gratis maka Dinas Sosial membantu keluarga ini sehingga memiliki biaya dalam menunggu anaknya yang dirawat," katanya.

Feri mengatakan, pihaknya juga mengharapkan kedepan pemerintah tidak hanya membantu masyarakat miskin dalam bedah rumah namun membantu masyarakat miskin untuk pengobatan maupun untuk keperluan mendesak kemanusiaan.

"Kita sangat miris sekali melihat Oky Oke ini, jangan sampai kedepan ini kembali terjadi dan dinas kesehatan cepat mengatasi hal seperti ini dan dilaporkan."

"Kita terus memikirkan kesejahteraan masyarakat tapi ternyata masih ada yang seperti ini, saya sedih sekali melihatnya, tubuh tinggal tulang," katanya.

Masyarakat yang ingin memberikan bantuan atau mengulurkan tangan bisa memberikan ke rekening program PKH ibu Oke Oky Mina Rosila dengan nomor rekening 1672 0300 0200006.(eds)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved