Beda dari Aa Gym,Inilah Keuntungan yang Didapatkan Ustaz Arifin Ilham Saat Nikah ke-4 Kali,Ternyata

Unggahan video pada akun Facebook K. H. Muhammad Arifin Ilham, yang menunjukkan dia tengah menceramahi tiga istrinya,

Facebook
Ustaz Arifin Ilham bersama ketiga istrinya 

Benarkah ada penerimaan yang lebih luas terhadap poligami jika dibandingkan dengan 2006 lalu?

Perempuan Indonesia tak setuju poligami

Nina Nurmilla, Komisioner Komnas Perempuan yang menulis disertasi S3-nya soal poligami di Indonesia mengatakan, tidak.

"Kesannya memang (poligami) Arifin Ilham ini diterima, tapi tidak, tetap posisi orang Indonesia ada di tengah-tengah. Kalaupun itu viral, pasti itu dibahas dengan pro-kontranya. Sampai kapan pun itu tidak akan pernah selesai, tidak akan pernah habis, selalu saja ada yang setuju dan tidak setuju," kata Nina.

Nina yang juga menjadi pengajar di Universitas Sunan Gunung Djati, Bandung, memperkirakan masih ada sekitar 80% masyarakat Indonesia yang tidak setuju dengan poligami, meski begitu dia melihat adanya pasang-surut penguatan isu poligami di publik.

Dia mencontohkan penguatan isu terjadi pada 2003, saat pemilik restoran Wong Solo, Puspo Wardoyo mengadakan Poligami Award, tapi kemudian isu itu surut, dan baru mencuat lagi pada 2006 saat Aa' Gym akan berpoligami.

Namun dalam empat bulan terakhir, Nina mengakui, bahwa isu poligami sedang mengalami "periode puncak", termasuk lewat peluncuran aplikasi AyoPoligami dan kini, lewat unggahan video Arifin Ilham.

Tren ini, menurut Nina, tak lepas dari "menguatnya gerakan kanan" dan "penguatan simbol-simbol identitas keagamaan", dan poligami sebagai bagian dari salah satu identitas tersebut.

Media sosial, tambah Nina, memperkuat gaung dari para "buzzer poligami", tapi dia meminta agar gaung tersebut tidak dijadikan indikasi atas melemahnya kritik terhadap poligami.

Meski begitu, Eko Bambang Subiantoro dari Aliansi Laki-laki Baru mengecam apa yang dianggapnya sebagai kurangnya kritik dari pemberitaan media terhadap penggambaran poligami yang bisa menjadi penyeimbang.

Di muka umum seperti manis...30 menit kemudian...

"Jangan mentah-mentah dari Instagram saja, itu langsung muncul frame orang, 'Lihat tuh, kalau istrinya tiga bisa kayak dilingkari oleh bidadari, kalau istrinya tiga makannya enak', hari ini juga memposting lagi bagaimana menunjukkan, 'Kita akrab lho'. Saya nggak tahu seberapa akrab mereka. Tidak adakah tekanan bagi istri pertama?" kata Eko.

Nina juga menyatakan hal yang sama, bahwa dalam penelitiannya soal poligami, dia harus mewawancarai para istri yang terlibat dalam poligami, dan kenyataan, menurutnya, tidak seindah unggahan di media sosial

"Kan diidealisir, perempuan yang menerima Islam secara kaffah itu mencarikan suaminya istri baru. Dia mencarikan. Tadinya lumayan keluarga bahagia, istri baru itu temannya, seorang janda. Setelah (suami) menikah lagi, suaminya cenderung pada temannya. Wah, ini yang membuat dia tidak nyaman, merasa rumah tangganya hancur," ujar Nina.

"Bukan hanya satu keluarga saja. Di keluarga lain juga seperti itu. Di muka umum, seperti manis, dia bikin seragam supaya kelihatan akur dengan istri kedua, ketika diwawancara 30 menit juga masih showing positive image, 30 menit kemudian, baru deh, nangis semua, ada kecemburuan, ada kesakitan, keluar semua, katanya dipoligami itu sakitnya seperti dimasukkan ke tong berpaku tajam. Padahal di muka umum dia masih tampil dengan istri kedua pakai seragam, nice gitu. Tapi itu semua semu," kata Nina.(isyana artharini)

Berita ini sebelumnya ditayangkan pada BBC Indonesia berjudul 'Ustad Arifin Ilham perkenalkan istri ketiga, benarkah kini tak banyak kritikan soal poligami?'

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved