Tak Disangka Panbers Memulai Karir Musiknya di Kota Pempek, Karyanya Tak Lekang Oleh Waktu
Benny sempat dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (22/10/2017) kemarin. Namun hal itu disangkal putranya.
TRIBUNSUMSEL.COM - Musisi legendaris Benny Pandjaitan dikabarkan meninggal dunia pada Selasa (24/10/2017).
Hal itu dibenarkan oleh anak Benny, Roesland saat dihubungi wartawan, Selasa pagi.
"Benar meninggal jam 09.50 WIB karena sakit stroke sudah lama. Ini saya sedang on the way ke rumah duka," ujarnya.
Sebelumnya, pesan berantai lebih dulu menyebar di kalangan wartawan.
Pesan tersebut menyebutkan bahwa Benny Pandjaitan telah meninggal dunia.
"Om benny panjaitan barusan meninggal dunia. Alamat duka: Jalan Prof DR Hamka Komplek Panbers (Taman Asri) no 14, Ciledug Larangan," tulis pesan tersebut.
Kini jenazah pria berusia 70 tahun itu disemayamkan di rumah duka, yakni Komplek Panbers, Taman Asri, Ciledug, Tangerang Selatan.
Benny sempat dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (22/10/2017) kemarin. Namun hal itu disangkal putranya.

Benny Panjaitan dikenal sebagai anggota Panjaitan Bersaudara (Panbers), satu nama kelompok pemusik yang merupakan singkatan dari Pandjaitan Bersaudara.
Kelompok musik ini didirikan pada 1969 di Surabaya, terdiri dari empat orang kakak beradik kandung putra-putra dari Drs JMM Pandjaitan SH (alm) dengan Bosani SO Sitompul.
Mereka adalah Hans Panjaitan pada lead guitar, Benny Panjaitan sebagai vokalis dan rhythm guitar, Doan Panjaitan pada bas dan keyboard, serta Asido Panjaitan pada drum.
Dalam perkembangannya formasi band ini berubah dan bertambah sejak tahun 1990-an dengan kehadiran Maxi Pandelaki sebagai bassist, Hans Noya sebagai lead guitar, dan Hendri Lamiri pada biola.
Ternyata terdapat beberapa fakta menarik tentang Panbers yang mungkin belum diketahui banyak orang, berikut ini fakta-faktanya.
1. Panbers Menjadi Salah satu Band Pelopor Musik Indonesia
Keberhasilan Panbers di dunia rekaman juga merupakan salah satu awal dari kebangkitan grup band dalam dunia musik Indonesia yang masa itu didominasi oleh penyanyi-penyanyi tunggal.
Diilhami oleh kelompok Koeswoyo Bersaudara yang dikenal sebagai perintis pada tahun 1960-an, kemudian kemunculan Panbers pada awal tahun 1970 yang secara cepat diikuti oleh sekian puluh kelompok pemusik yang meramaikan dunia musik Indonesia hingga saat ini.
Setelah album pertama meledak, nama Panbers kian berkibar di seantero Indonesia.
Mereka berhasil mensejajarkan diri dengan Koes Plus dan kemudian menjadi salah satu penguasa di blantika pop Indonesia.
Sukses released album piringan hitam vol I mereka dengan judul “Kami Cinta Perdamaian” yang bersejarah itu menguatkan visi mereka bahwa dunia musik Indonesia menunggu insan-insan muda yang kreatif dengan ide orisinil mempersembahkan karya-karyanya.
Sejak periode ini telah muncul suatu keadaan di mana dunia musik Indonesia dipenuhi dengan lagu-lagu ciptaan sendiri.
Panbers menjadi unikum yang langka di dunia musik Indonesia masa itu, karena merupakan satu-satunya grup band yang semua personelnya orang Batak dan semuanya kakak-beradik.
Meski dengan warna Bataknya yang demikian kental, Panbers dapat diterima dan menjadi idola kaum muda di semua pelosok negeri ini mampu menerobos sekat-sekat kesukuan dan kelas sosial.
Panbers tidak hanya rekaman di Dimita. Tahun 1974, PT Remaco akhirnya menggaet Panbers untuk merekam lagu-lagunya.
Di sini, mereka membuat lagu-lagu Natal dan beberapa album pop lainnya. Tahun 1977, Panbers hijrah rekaman ke PT. Irama Tara.
Pada tahun 1981 Panbers digaet oleh PT U.R Record dan seterusnya ke beberapa perusahaan label studio rekaman lainnya yang telah menunggu kesempatan untuk bekerja sama dengan mereka.
2. Panbers Perintis Rekaman Lagu Pop Batak
Dalam album vol I dengan berani mereka selipkan satu lagu Batak berjudul “Masihol Ahu” merupakan suatu gebrakan baru karena Rekaman Batak belum ada waktu itu.
Ternyata sambutan orang Medan terhadap lagu Batak itu luar biasa.
Terbukti saat mereka bermain di Stadion Teladan Medan, dinding stadion sampai jebol oleh luapan penonton.
Saat itu selebaran show mereka disebar pakai helikopter dan hal itu membuat mereka bangga sebagai Orang Batak, meskipun tak pernah tinggal di Medan.
Diakui atau tidak, Panbers adalah peletak dasar berpijak bagi para penyanyi dan musisi Batak di industri musik rekaman dan show-biz berskala nasional.
Panbers adalah ikon, sumber inspirasi, panutan, dan standar bagi anak-anak muda Batak pada dekade 70-an dan 80-an.
Selain lagu-lagu Batak, Benny juga menciptakan lagu-lagu berbahasa Inggris, semuanya berirama Rock, misalnya “Rock And The Sea ”, “Jakarta City Sound", " Haai” dan “Let Us Dance Together”, meski banyak media massa tidak mengakui itu sebagai pop Indonesia.
3. Pribadi Melankolis
Dilihat dari karya-karyanya, pengamat musik menilai Benny sebagai pribadi yang sentimentil, bahkan melankolis.
Hampir semua lagu ciptaannya kental dengan nuansa sendu, kisah-kisah cinta romantis yang liris dan ballada anak manusia yang kurang beruntung.
Dari hits perdana “Awal dan Cinta” sampai hits mereka yang terakhir,”Cinta dan Permata”, Benny dan Panbers tak pernah bergeser dari pop manis yang melankolis.
Lagu-lagu Panbers atau tepatnya karya-karya Benny adalah suara kaum marginal Indonesia pada dekade 70-an.
Tipikal orang pinggiran yang mencoba “deal” dengan dunia kapitalisme, hanya berbekal ketulusan dan cinta.
Potret pria miskin yang kehilangan kekasih, lantaran kalah bonafide dengan para OKB (Orang Kaya Baru).
4. Prinsip Benny Panjaitan Dalam Mencipta Lagu
Dalam mencipta lagu Benny sangat selektif, tidak ada kemiripan melodi sejak lagu pertamanya dengan lagu-lagu lainnya.
Ia berprinsip melodinya mirip saja sedikit, tidak akan diteruskannya.
Toleransi pada satu dua bar saja, kalau sampai enam bar akan merasa malu sendiri.
Sebab itulah lagu Panbers banyak abadi, karena lagunya lain-lain, tidak mirip. Dalam mencipta lagu, ia mengarang lirik terlebih dahulu baru diciptakan melodinya.
Baginya lirik itu roh sebuah lagu dan melodi adalah tubuhnya.
Grup legendaris ini seakan mengukuhkan kelebihan Benny Panjaitan sebagai seorang komposer dengan seabrek gagasan dan rasa yang hebat.
Hal ini sudah dibuktikannya dalam perjalanan album Panbers maupun duetnya bersama Indah Permatasari, Deddy Dores, Atiek CB, dan Band Tuna Netra yang di asuhnya.
Tak cukup sampai di situ, Ia bersama Panbers juga unjuk gigi merilis album yang diberi titel Menuju Era Ke-4 plus; album seri kolektor yang betul-betul orisinal.
5. Habiskan Masa Kecil di Palembang
Masa kecil mereka dilalui berpindah-pindah mengikuti penugasan sang ayah seorang bankir dan akhirnya menjadi salah satu direktur di Bank Rakyat Indonesia (BRI), hingga kemudian mereka sekeluarga pindah ke kota Palembang, Sumatera Selatan.
Di kota inilah tempat mereka dibesarkan dan awal kegiatan bermusik Panbers bermula.
Setelah lebih kurang 15 tahun di Palembang, tahun 1965 ayah mereka dimutasi ke Surabaya, Jawa Timur, mereka pun ikut dan melanjutkan pendidikan di sana.
Kegiatan bermusik yang telah dirintis sejak di Palembang diteruskan di Kota Buaya ini.
Di sana mereka meneruskan lagi band keluarga, namun bukan lagi band bocah melainkan Band remaja yang masih SMA.
Mereka pun akhirnya serius menekuni jalur musik walaupun tetap diharuskan untuk menyelesaikan studi terlebih dahulu.
Pada tahun 1969 inilah Panbers terbentuk di Surabaya dengan terdiri dari kakak-beradik kandung keluarga Panjaitan.
6. Prestasi Panbers
Panbers telah menciptakan lebih dari 700 lagu dalam ratusan album, baik yang beraliran pop, rock, rohani, keroncong bahkan Melayu.
Hampir semua lagu panbers adalah ciptaan dari sang vokali Benny Panjaitan.
Mereka sudah membuat vasiasi lagu kurang lebih dalam 15 bahasa daerah Indonesia.
Misalnya lagu “Gereja Tua” yang membuahkan piringan emas kesembilan untuk Grup Panbers telah dibuat dalam 10 versi bahasa daerah.
Hal itu menjadi salah satu kekuatan group ini, disamping keutuhan mereka yang tak pernah mengalami perseteruan dan perpecahan yang mengakibatkan bongkar pasang personel.
Kelompok Panbers masih eksis meramaikan dunia musik Indonesia, tidak hanya aktif show-show ke daerah-daerah namun mereka juga masih meliris album.
Selama lebih dari 4 dekade sejak pemunculan pertama 1972 seluruh Indonesia dari Medan sampai Merauke sudah dikunjungi minus Banda Aceh.
Berbagai panggung pertunjukan mulai Convention Hall kota-kota besar sampai lapangan bola terbuka di daerah-daerah terpencil pernah dijalani Panjaitan Bersaudara dalam rangka Tour-show.
Dalam perjalanan karier bermusiknya, Panbers telah menerima banyak anugerah penghargaan dari jumlah penjualan album yang mereka raih di pasaran maupun atas prestasi mereka.
Sejak kemunculannya di TVRI pada 1972, Panbers mulai menerima penghargaan sebagai band yang cukup digandrungi. T
ahun 1975, Panbers menerima piringan emas untuk lagu “Bebaskan” yang digemari pada tahun 1974 sampai 1975 dalam Angket Musik Indonesia.
Tahun 1976 menerima piala khusus dari Bank Tabungan Negara.
Hampir setiap tahunnya, Panbers memperoleh Angket Musik Indonesia Puspen Hankam, antara lain dengan lagu, “Terlambat Sudah” tahun 1976, “Perantau” tahun 1977 dan lagu “Merana” tahun 1978 hingga keseluruhannya ada 11 platinum.
Piringan Emas
- 1975 Bebaskan
- 1976 Nasib Cintaku
- 1978 Musafir
- 1979 Kasihku
- 1986 Gereja Tua
- 2001 Cinta Dan Permata
Piringan Perak
- Piala
- 1975-1977 Sebagai group Band paling digemari
- Angket Musika Indonesia Siaran ABRI
Selain itu mereka juga telah menerima berbagai plakat, vandel, dan tanda penghargaan dari instansi pemerintah dan swasta, lembaga pendidikan, dan organisasi Internasional.
Mereka juga mempunyai pengalaman manggung di 350 kota besar-kecil dalam rangka real show.
Bahkan, daerah terpencil di perbatasan Filipina-Sulawesi Utara maupun perbatasan Maluku Tenggara-Irian Jaya (Papua), Pedalaman Buntok (Kalteng), Ta ntena dan Luwuk dan beberapa negara, seperti Amerika, Perjalanan show ke Israel (Jerusalem) pada Februari 2007, Singapura, Malaysia, dan Hong Kong sudah dikunjunginya.
Penulis: Tresia Silviana/Sripoku.com