Mereka Terus Berjuang
Mengharukan, Demi Biaya Pendidikan, Wanita ini Rela Lakukan Pekerjaan Seperti ini Sejak Kecil
Juga tidak merubah suatu kaum yang hina dan rendah, kecuali mereka merubah keadaan mereka sendiri.
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: M. Syah Beni
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Andri Hamdillah
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak merubah keadaan suatu kaum yang berada dalam kenikmatan dan kesejahteraan, sehingga mereka merubahnya sendiri.
Juga tidak merubah suatu kaum yang hina dan rendah, kecuali mereka merubah keadaan mereka sendiri.
Yaitu dengan menjalankan sebab-sebab yang dapat mengantarnya kepada kemulian dan kejayaan.
Inilah yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [Ar-Ra’d/13:11].
Kali ini Tribun Sumsel mengangkat kisah seorang wanita muda yang taat ibadah dan bekerja demi mengubah nasibnya.
Terlahir dari keluarga yang kurang beruntung membuat Nisria (22) terpaksa harus banting tulang mencari uang sendiri demi biaya sekolahnya.
Anak ke tiga dari enam bersaudara tersebut sudah harus merasakan kejamnya dunia saat ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 3.
Ayahnya Harun Rasyid (54) sendiri adalah seorang buruh lepas sedangkan ibunya Ningsih (50) hanya ibu rumah tangga biasa.
"Orangtua sangat sulit mencari biaya untuk pendidikan saya, makanya saya bertekad mencari uang sendiri", jelasnya.
Karena saat itu usianya masih sangat muda ia kebingungan untuk mencari cara agar bisa mendapatkan uang.
Kemudian terlintaslah di benaknya sebuah ide.
"Saya ajak ayah untuk menjual koran keliling di dekat rumah, karena saat itu tidak ada yang berjualan koran di sekitaran dekat rumah", ujarnya.
Sebagai orangtua Harun Rasyid awalnya tidak setuju karena kasihan melibatkan anaknya yang masih kecil.
Akan tetapi Nisria berhasil meyakinkan hati ayahnya.
Akhirnya petualangan baru pun ia mulai, setiap pagi pukul 06.30 ia bersama ayahnya membawa koran berkeliling sekitaran rumahnya.
Sambil berjalan kaki satu persatu lorong sekitaran rumahnya ia masuki sambil menawarkan koran.
"Saya tinggal di Jalan Pangeran Ayin Kelurahan Kenten Laut, setiap pagi saya dan ayah berjualan koran lalu setelah itu baru saya pergi ke sekolah", ungkapnya.
Dalam satu harinya ia berhasil meraup keuntungan Rp. 10.000 rupiah, uang tersebut ia tabungkan untuk biaya sekolahnya.
Menjadi anak yang teladan bukan berarti ia harus mendapatkan banjir pujian, banyak teman - teman sekolahnya yang mengejek pekerjaannya.
"Mereka mengejek saya karena pekerjaan saya hanya penjual koran keliling", ungkapnya.
Meski begitu ia tetap teguh dan sama sekali tidak menaruh kebencian kepada orang yang mengejeknya.
"Saya kan cari uang halal, masalah pendapat biarkan orang yang menilai", katanya.
Sambil berjualan ia sering membaca koran jualannya.
Karena sering membaca koran yang sering ia jual, Nisria kemudian tertarik untuk menjadi seorang penulis.
"Setelah sering membaca koran, saya kemudian ingin menjadi penulis yang mana tulisan saya bisa dibaca banyak orang", jelasnya.
Sampailah setelah ia berhasil menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMU).
Nisria akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di bangku Perguruan Tinggi mengambil jurusan Jurnalistik.
"Alhamdulilah saya sekarang telah berhasil duduk di bangku Perkuliahan, tentunya biaya kuliah masih didapat dari hasil saya menjajakan koran", ungkapnya.
Karena masuk kuliah lebih sering di jam pagi hari, ia akhirnya memutar strategi untuk beralih profesi sebagai penjual kripik di kampus.
Setiap hari ketika jam kuliah sudah selesai ia mulai berkeliling fakultas dan masuk menuju kelas satu persatu untuk menawarkan keripik ubi pedas jualannya.
"Keripik di dapat dari agen dan saya jual kembali di area kampus, penghasilannya lumayan untuk biaya kuliah dan membeli lauk pauk di rumah", tuturnya.
Baca cerita kisah perjuangan lainnya di sini Mereka Terus Berjuang
