Mereka Terus Berjuang

Pernah Lihat Nama Tempat Usaha yang Menggunakan Angka ?, Terungkap Ternyata Ini Alasannya

Banyak orang menamai tempat usahanya dengan nama-nama yang baik. Misalnya Sumber Rezeki, Jaya Bersama, Sumber Makmur, dan Maju Bersama.

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: M. Syah Beni
Tribunsumsel.com/ Andri Hamdillah

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Andri Hamdillah

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Arti nama mempunyai makna penting yang mengandung doa dan harapan.

Nama yang baik akan mengandung nilai yang baik.

Juga untuk nama tempat usaha.

Banyak orang menamai tempat usahanya dengan nama-nama yang baik.

Misalnya Sumber Rezeki, Jaya Bersama, Sumber Makmur, dan Maju Bersama.

c
c ()

Harapannya tempat usahanya bisa seperti nama yang diberikan.

Namun ada pula orang yang menamai tempat usahanya dengan angka.

Misalnya Roti Bakar 18, Bandrek 555, serta banyak lainnya.

Nah apa maksud dari pemilik usaha menambahkan angka dinama tempat usahanya.

Berikut Tribun Sumsel mengupasnya langsung dari pemilik tempat usaha.

Di Palembang kedai Bandrek yang berada di Jalan Pangeran SW Subekti kawasan 26 Ilir Palembang.

Dia memulai usaha sejak 12 tahun yang lalu.

Nama tempatnya Bandrek 555.

Angka 555 itu diberikan secara spontan.

Mimim pendiri Bandrek 555, mendirikan tempat usahanya pertama kali tepat ditanggal 5 bulan 5 dan di tahun 2005.

Kebetulan pula Mimin mempunyai 5 orang anak.

"Dulu ayah saya memberi nama kedai ini dari ketepatan waktu pendirian usaha dan dari unsur 5 bersaudara dari anak Almarhum ayah saya", jelasnya Ian anak keempat dari pemilik usaha Bandrek 555

Bandrek 555
Bandrek 555 ()

Saat didirikan ayahnya sempat kebingungan memberi nama yang baik akhirnya setelah beberapa saat kebingungan ia tersadar dengan keunikan angka 5 dan sampai sekarang nama Bandrek 555 melekat pada usaha yang sekarang diteruskan oleh anaknya.

"Maka pada saat itu spontan ayah saya langsung memberi nama Bandrek 555, ia berharap dengan nama itu bisa membawa sesuatu yang baik pada usaha yang dijalaninya", jelasnya.

Diawal berdiri usaha tersebut banyak cobaan berat yang dirasakan oleh Ian bersama mendiang ayahnya.

Tempat yang masih kecil dengan dataran lantai yang terbuat dari kayu belum bisa membawa daya tarik pengunjung.

"Bahkan dulunya pernah Bandrek kami hanya terjual 2 gelas saja", terangnya.

Dengan kegigihan dan rasa menanamkan rasa sabar secara perlahan - lahan usaha miliknya berjalan maju dan berkembang.

"Berjalan 3 tahun lambat laun akhirnya usaha kami berjalan lancar, pengunjung sudah mulai berdatangan", ungkapnya.

c
c ()

Satu gelas Bandrek sendiri ia hargai Rp 8.000 sedangkan untuk Bandrek yang dicampur telur ayam serta madu di hargai Rp 13.000 rupiah.

Resep masakan sendiri langsung dibuat oleh sang ibu Nur (55).

Dia meracik minuman yang disajikan secara hangat tersebut dengan mencampurkan jahe dan bahan tempah - rempah lainnya.

"Biasanya kita buka dari pukul 18.00 - 04.00 subuh", singkatnya.

Dibalik kesuksesan yang kini telah berhasil didapatkan keluarga Ian, terdapat suatu pesan dari sang ayah saat sebelum tutup usia di tahun 2014 yang lalu.

"Pesan ayah berjualan harus sabar dan tetap tangguh jangan pernah berputus asa", ucap ayah sebelum pergi untuk selamanya.

Sekarang Ian dan ibunya menjadi penerus usaha keluarga yang diwarisi ayahnya.

Karena usaha yang telah berkembang pesat, Ian kini harus memakai tenaga dari pegawai yang membantu tugasnya.

"Pagawai sekarang jumlahnya sudah 10 orang, yang masing - masih bertugas untuk membantu mengantarkan minuman kepada pengunjung dan satunya lagi sebagai teknisi", jelasnya.

Dari usaha tersebutlah juga Nur dapat menyekolahkan semua anak - anaknya.

Bahkan anak ke-5 nya sekarang sudah ada yang menempuh pendidikan S2 di Universitas Indonesia (UI).

Sementara Ian sendiri lulusan dari Politeknik Negri Sriwijaya (Polsri) di tahun 2009.

"Alhamdulilah dari hasil usaha ini ibu bisa menyekolahkan anak - anak sampai bangku perkuliahan, semoga kedepannya usaha ini tetap bisa terjaga dengan baik karena dari bisnis menjual Bandrek inilah ibu bisa menyekolahkan ke-5 anak ibu", jelasnya.

Seperti halnya Bandrek 555, usaha martabak dan roti bakar milik Tohir (37) ini juga memiliki nama dari angka.

Ia membuka lapaknya di Jalan Parameswara Palembang.

Tohir memberikan nama martabak dan roti bakar Bandung 18.

Roti Bakar 18
Roti Bakar 18 (Tribunsumsel.com/ Andri Hamdillah)

Angka 18 tepat terpajang di belakang tulisan nama jenis makanan tersebut.

Warung makanan yang terletak di Jalan Parameswara tersebut buka dari sore sampai malam pukul 00.00 WIB.

Arti dari angka 18 sendiri diambil dari tahun kelahirannya yang jatuh pada tanggal 18 Agustus 1980.

Semuanya terkait di angka 8.

Tak hanya itu saja nomor handphone Tohir juga diakhiri dengan angka 18.

"Hampir semua angkanya 18, dari sanalah akhirnya angka tersebut melekat di nama jualan saya", jelasnya.

So, jadi mereka yang menamai tempat usahanya dengan memakai angka kemungkinan besar karena itu adalah angka yang dekat dengan kehidupan pemilik usaha.

Bisa tanggal lahir, tanggal berdirinya usaha, dan semacamnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved