Mereka Terus Berjuang

Potret Warga Miskin Palembang, Tidur Saja Maryam Harus Berhimpitan dengan Suami dan 4 Anaknya

Jeritan tersebut seperti isyarat jika mereka menjalani kehidupan dengan bekerja keras bukan dengan cara meminta - minta, Selasa (1/8/2017).

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM/ ANDRI HAMDILLAH
Maryam dan kondisi rumahnya 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Andri Hamdillah

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Ditengah - tengah hiruk pikuk perkotaan, ada jeritan dari warga pinggiran yang menjalani hidup dengan penuh keterbatasan.

Jeritan tersebut seperti isyarat jika mereka menjalani kehidupan dengan bekerja keras bukan dengan cara meminta - minta, Selasa (1/8/2017).

Tinggal di rumah bersama keempat orang anaknya di dalam rumah yang hanya berukuran 4×4 meter saja, membuat Mariam (45) harus berdesak - desakan saat akan beristirahat tidur.

Rumah Maryam
Rumah Maryam (TRIBUNSUMSEL.COM/ ANDRI HAMDILLAH)

Suaminya Abdullah (75) dulunya petugas kebersihan di sebuah perusahaan swasta, tetapi sekarang sudah tidak bekerja lagi karena sudah cukup berusia.

Dihari tuanya Abdullah juga harus menerima kenyataan pahit, serangan penyakit yang menimpa dirinya menyebabkan ia tidak bisa berbicara.

Hidup dengan keterbatasan tidak membuat Mariam berputus asa dan menggantungkan hidupnya dengan orang lain.

Dibantu oleh anak - anaknya, ia terus berjuang dengan penuh semangat untuk bertahan hidup.

Anak pertamanya Hermansyah (20) dan anak keduanya Rojali (17) berprofesi sama sebagai buruh, sementara anak ketiganya seorang perempuan bernama Julianti (12) kesehariannya berjualan koran dipersimpangan jalan, yang terakhir Anisa masih berusia 3 tahun.

Kondisi rumah Mariam benar - benar tidak layak huni, tak hanya berukuran kecil, lantai rumah yang terbuat dari bahan kayu juga sudah mulai rusak dan ada juga kamar mandi yang terbuat dari lapisan seng tua.

Ukuran kamar mandi sangatla kecil, harus menunduk terlebih dahulu agar bisa masuk kedalamnya, pintu masuk juga langsung berhadapan dengan kamar tempat tidur serta dapur.

Banyaknya rumput liar yang tumbuh subur disekitaran rumah dan kamar mandi semakin menambah rasa haru ketika melihatnya.

"Saya dan suami tinggal di rumah ini bersama keempat orang anak kami, kondisi rumah beginilah apa adanya, ukurannya kecil kalau ada banyak tamu yang datang jadi tidak bisa menampung", jelas Mariam.

Mariam (45)
Mariam (45) (TRIBUNSUMSEL.COM/ ANDRI HAMDILLAH)

Tempat tinggal Mariam sendiri terletak di Jalan Letnan Simanjuntak RT 07 RW 42 Kecamatan Kemuning.

Sambil menggendong Anisa anaknya yang paling kecil, ia menceritakan kalau rumah tempatnya bersinggah adalah rumah sendiri, ia bersama suami menabung dan akhirnya bisa mendirikan rumah yang berbahan dasar kayu, sementara untuk tanahnya sendiri didapatkan dari bantuan teman sang suami.

"Tanah tempat bangunan rumah yang kami dirikan adalah milik teman suami saya, dia memberikan kami tumpangan tanah, saya bersama keluarga merasa sangat terbantu atas pertolongan tersebut", terangnya.

Karena kondisi rumah yang kecil, tempat juga harus dijadikan satu, seperti lokasi tidur dan dapur serta ruang tamu merangkap menjadi satu.

Peralatan kebutuhan rumah tangga seperti gelas dan piring berbahan dasar plastik menjadi hiasan yang terpajang saat memasuki rumah.

Banyaknya peralatan berbahan dasar plastik juga menjadi bahaya sendiri bagi keluarga Mariam, kondisi tempat yang rawan banjir menjadi kendala serius.

Warga Miskon Kota
Kondisi rumah Maryam (TRIBUNSUMSEL.COM/ ANDRI HAMDILLAH)

Terjangan arus banjir sewaktu - waktu bisa menghanyutkan peralatan seperti plastik dan kemungkinan terburuknya juga akan menghantam dinding rumah yang berbahan dasar kayu.

"Kalau hujan turun deras, air sungai didekat rumah akan meluap keatas, rumah pasti dimasuki air", tutur Mariam.

Sambil mengenakan baju berwarna biru mudah, celana pendek coklat dan memakai sandal jepit, Mariam terlihat sangat sabar, terbukti dari raut mukanya yang menunjukan kecerian.

"Bersyukur masih bisa makan, dalam kondisi seperti apapun kita harus tetap bersyukur", jelasnya.

Tak ada satupun dari anak Mariam yang berhasil menyelesaikan sekolahnya, bukan karena malas tetapi benturan biayalah yang menjadi benturan keras bagi Mariam.

Rumah Maryam
Rumah Maryam (TRIBUNSUMSEL.COM/ ANDRI HAMDILLAH)

 Ia sendiri juga tidak memiliki pekerjaan tetap, sedangkan sang suami sudah lama tidak bekerja dan dulunya juga bekerja sebagai tukang bersih - bersih, tentunya tidak cukup untuk biaya sekolah.

"Semoga kedepannya anak saya bisa sekolah, agar bisa kedepannya kehidupannya tidak sulit seperti orangtuanya", ungkapnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved