Rela Tinggalkan Tanah Air dan Bergabung dengan Isis, Kini Malah Ingin Kembali ke Tanah Air
Omar Allouche sendiri mengatakan kepada BBC Indonesia, 12 WNI yang terdiri dari perempuan dan anak-anak itu telah berada di kamp tersebut 10 hari
TRIBUNSUMSEL.COM, DAMASKUS - Sebanyak 17 warga negara Indonesia ( WNI) yang sebelumnya berada di wilayah kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah ( ISIS), masih berada di sebuah kamp Suriah.
Mereka menyatakan, banyak dari mereka yang sakit-sakitan dan mereka "ingin kembali ke Indonesia."
Melalui bantuan petugas Kamp Ain Issa di Suriah, Omar Allouche, yang merekam suara mereka, salah seorang dari WNI yang menyebut bernama Dilfansyah Rahmani, mengatakan kondisi mereka sakit-sakitan.
"Kami 17 orang ingin bersama-sama kembali ke Indonesia. Kami berharap bantuan dari pemerintah Indonesia untuk membantu kami keluar dari Suriah dengan aman," kata Dilfansyah.
Dilfansyah termasuk di antara 12 perempuan lainnya berada di kamp tersebut dan belum bertemu dengan anggota keluarga laki yang berada di kota Kobane, Suriah utara.
"Bersama yang laki-laki, lima orang di Kobane, insya Allah kami berharap mereka dapat keluar dari penjara Kobane dan kami semua bersama-sama kembali ke Indonesia."
"Kami belum bisa bertemu dengan keluarga kami (yang laki-laki)..., kami belum tahu kabarnya, kondisi kami di sini juga banyak yang sakit sakitan, uang semakin menipis," tambahnya.
Omar Allouche sendiri mengatakan kepada BBC Indonesia, 12 WNI yang terdiri dari perempuan dan anak-anak itu telah berada di kamp tersebut selama 10 hari.
Dalam wawancara dengan wartawan kantor berita Agence France Presse, di kamp tersebut pekan lalu, salah seorang WNI, Nur, mengatakan propaganda ISIS semuanya bohong.
Semua bohong
"Semua bohong ... ketika kami memasuki wilayah ISIS, masuk ke negara mereka, yang kami lihat sangat berbeda dengan apa yang mereka katakan di internet," kata Nur di kamp di Ain Issa, sekitar 50 kilometer di utara Raqqa, ibu kota de facto “kekhalifahan” versi ISIS.
Nur bersama ribuan orang lainnya meninggalkan Raqqa yang digempur oleh pasukan pemerintah Suriah dengan bantuan militer Amerika Serikat (AS).
WNI lain yang kantor berita Perancis itu, Leefa (38), mengatakan ia memutuskan meninggalkan Indonesia dengan harapan bisa “menikmati hidup yang sebenarnya sebagai Muslim sejati di bawah kekuasaan daulah Islamiyah”.
"Saya punya masalah kesehatan. Saya perlu operasi di bagian leher dan biayanya sangat mahal di Indonesia. Tapi di daerah ISIS semuanya gratis," kata Leefa.
Namun di Raqqa, operasi tidak gratis dan biayanya mahal dan Leefa tak bisa menjalani operasi.
Entah bagaimana mereka berada di sana atau datang ke sana. Dalam rangka apa selama ini mereka berada di sana, tidak dijelaskan dengan lebih rinci.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, Minggu (18/6/2017), mengatakan, telah mengetahui keberadaan WNI itu dan berkoordinasi untuk upaya pemulangan.
"KBRI sedang melakukan koordinasi secara intensif dengan aparat keamanan di kamp pengungsi tersebut, terkait upaya pemulangan," kata Arrmanatha.
Berita ini sebelumnya sudah diterbitkan di Kompas.com dengan judul WNI di Wilayah ISIS: Sakit-sakitan, Kami Ingin Kembali ke Indonesia
Demi Masa Depan Cerah dan Menjadi Muslim Sejati, Sejumlah WNI Rela Tinggalkan Tanah Air Ikuti ISIS
TRIBUNSUMSEL.COM, DAMASKUS -
TRIBUNSUMSEL.COM, DAMASKUS - Perempuan berusia 19 tahun ini hanya mengaku bernama Nur.
Dia memutuskan meninggalkan Indonesia sekitar 22 bulan silam untuk hijrah ke Raqqa, Suriah yang diklaim ISISsebagai ibu kota Kekalifahan Islam.
Nur mengaku tertarik pindah ke Suriah setelah melihat foto dan video tentang Negara Islam atau Daulah Islamiyah yang diunggah ISIS ke internet.
Setelah hampir dua tahun berlalu, Nur bersama 15 warga Indonesia lain memutuskan untuk meninggalkan Raqqa. Apa alasannya?
"Semua bohong ... ketika kami memasuki wilayah ISIS, masuk ke negara mereka, yang kami lihat sangat berbeda dengan apa yang mereka katakan di internet," kata Nur kepada wartawan AFP di kamp pengungsi Ain Issa, sekitar 50 kilometer di utara Raqqa.
Bersama ribuan orang lainnya, Nur meninggalkan kota Raqqa yang kini tengah digempur Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung militer Amerika Serikat.
"Ayah dan saudara laki-laki saya dimasukkan ke penjara," ungkap Nur.
Ketika keluarga Nur tiba di Raqqa, ayah dan saudaranya diminta menjadi milisi ISIS, padahal tadinya mereka mengira akan mendapat pekerjaan dengan gaji tetap.

Sementara Nur mengaku dia dikejar-kejar anggota ISIS yang ingin menjadikannya sebagai istri.
"Banyak milisi ISIS yang duda ... mereka menikah hanya dua bulan atau dua pekan saja. Banyak laki-laki datang ke rumah dan mengatakan ke ayah saya, saya ingin anakmu," kata Nur.
Wajahnya jelas menampakkan raut yang sangat kecewa.
Ia juga menceritakan bagaimana saudara laki-lakinya sering mendapat pertanyaan apakah punya saudara perempuan yang bisa dijadikan istri.
"Yang mereka bicarakan hanya soal perempuan," kata Nur.
Sama seperti Nur, Leefa -perempuan berusia 38 tahun- memutuskan meninggalkan Indonesia dengan harapan bisa menikmati hidup yang sebenarnya sebagai Muslim sejati di bawah kekuasaan Daulah Islamiyah.
"Saya punya masalah kesehatan. Saya perlu operasi di bagian leher dan biayanya sangat mahal di Indonesia. Di daerah ISIS semuanya gratis," kata Leefa.
"Saya datang ke wilayah kekuasaan ISIS dengan tujuan menjadi Muslim yang sebenarnya dan juga demi kesehatan," katanya.
Namun ketika tiba di Raqqa, kenyataan yang dia alami tak sesuai harapan. Operasi yang harus ia jalani tidak gratis dan biayanya sangat mahal sehingga dia akhirnya tak bisa menjalani operasi.
Leefa dan Nur termasuk di antara 16 orang WNI yang saat ini berada di kamp pengungsi di Ain Issa.
Kisah keduanya tentu sangat sulit diverifikasi kebenarannya, tetapi kisah mereka amat mirip dengan kisah orang-orang yang pindah ke Raqqa dengan harapan bisa hidup layak tetapi berakhir dengan kekecewaan.
Sebagian besar orang yang tergiur pindah ke Raqqa merasa kecewa dengan apa yang mereka saksikan dan alami.
Semua 'gambaran indah' Raqqa dan Negara Islam yang diunggah ISISke internet tak terbukti sama sekali.
"Yang saya tahu, mereka ini ditipu," kata Fayruz Khalil, seorang pengelola kamp pengungsi Ain Issa.
"Mereka mendapati gambaran yang disampaikan ISIS ternyata bohong ... selama 10 bulan terakhir mereka mencoba pindah, tapi baru bisa berhasil dalam beberapa hari ini," kata Khalil.

Kantor berita Kurdi ANHA, yang dipantau BBC Monitoring, melaporkan, ketika pasukan anti- ISIS memasuki Raqqa, mereka menemukan tiga keluarga Indonesia yang terdiri dari delapan perempuan, lima laki-laki, dan tiga anak-anak.
Salah seorang di antaranya, perempuan bernama Nora Joko. Dia mengatakan, saat Kekhalifahan Islam diumumkan beberapa waktu lalu ia dan keluarganya memutuskan hijrah ke Suriah.
Nora menjelaskan, mereka masuk ke Raqqa melalui Turki. Namun, setibanya di Raqqa yang ia alami adalah 'rasa takut berkepanjangan' dan apa yang ia saksikan 'tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya'.
Nora mengatakan, puluhan keluarga pendatang ingin meninggalkan wilayah kekuasaan ISIS karena apa yang mereka lihat tak sesuai harapan.
"Kami datang ke sini demi Islam, namun ketika kami berada di sini, yang kami saksikan adalah pemenggalan, penyiksaan, dan perampokan," kata Nora.
Ia mengatakan sudah sejak lama ingin meninggalkan Raqqa dan begitu SDF, satu kekuatan anti- ISIS, masuk ke Raqqa ia dan beberapa warga WNI lain menyerahkan diri.
Pemerintah Indonesia mengatakan sekitar 500-600 WNI berada diSuriah saat ini.
Sekitar 500 orang lagi mencoba masuk, tapi dideportasi sebelum tiba di wilayah kekuasaan ISIS.
Artikel ini sebelumnya sudah pernah diterbitkan di Kompas.com dengan judul Terpikat ISIS dan Hijrah ke Suriah, Para WNI Ini Akhirnya Kecewa
Wapres Jusuf Kalla Akhirnya Komentari Cuitan Ernest Prakasa yang Sebut Zakir Naik Pendana ISIS
Komika Ernest Prakasa diduga telah melakukan fitnah terhadap ulama asal India, Zakir Naik dalam akun twitter-nya @ernestprakasa.
Dalam cuitanya tersebut, Ernest juga membawa nama Wakil Presiden Jusuf Kalla yang melakukan pertemuan dengan Zakir Naik.
JK angkat bicara mengenai hal itu.

Menurutnya, hal itu sudah tidak menjadi masalah karena Ernest sudah meminta maaf.
"Ah sudah, dia kan sudah minta maaf," jawab Jusuf Kalla singkat di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (7/3/2017)
JK membenarkan ada pertemuan dengan Zakir Naik.
Sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia, Kalla mempersilakan semua ulama untuk menemuinya.
"Ya namanya minta bertemu, ya saya terima," kata Kalla.
Sebelumnya, Ernest diduga memfitnah Zakir Naik telah mendanai ISIS.
Bahkan, diduga menghina Jusuf Kalla lantaran menemui Zakir pada Sabtu (4/3/2017) malam.
"JK dgn hangat menjamu Zakir Naik, org yg terang2an mendanai ISIS. Sulit dipahami,” tulis Ernet di akun Twitter-nya @ernestprakasa.
Ernest menyatakan Zakir Naik mendanai ISIS berdasarkan berita dari Dailymail berjudul “Controversial preacher Zakik Naik’s banned Islamic organisation ‘gave Rs 80,000 to ISIS recruit who planned Republic Day terror attck’ pada 22 November 2016. “Gw kasih screen capture udah, link berita udah. Klo ga mau percaya ya gapapa. Tp klo blg gw asal njeplak, itu lo bth vocer isi ulang IQ,” kata Ernest.