Nikmatnya Kemplang Pasir Ala Desa Tanjung Atap

Sambil sesekali menutup mata dan mengernyitkan dahi akibat udara panas dan asap dari pasir pemanggang kemplang, Jalela (41), warga Desa Tanjung Atap,

TRIBUNSUMSEL.COM/Agung Dwipayana

Laporan Wartawan TribunSumsel.com, Agung Dwipayana

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sambil sesekali menutup mata dan mengernyitkan dahi akibat udara panas dan asap dari pasir pemanggang kemplang, Jalela (41), warga Desa Tanjung Atap, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir ini terus melakukan aktivitas rutinnya memanggang kemplang dengan pasir.

Aktivitas yang ditekuni Jalela merupakan aktivitas turun- temurun warga desa yang terkenal dengan penyedia kemplang di Sumsel ini.

Jalela, wanita paruh baya ini adalah satu dari sekian banyak pembuat kemplang di desa tersebut. 

Dengan peralatan tradisonal, dirinya membuat kemplang setiap hari untuk dikirim ke beberapa toko yang ada di dalam maupun luar desa.

Selain masih menggunakan peralatan tradisional untuk menjaga rasa kemplang hasil buatannya.

Untuk lebih menjaga aroma, selain menggunakan kayu bakar, juga menggunakan panasnya pasir guna meratakan panas ketika menyajikan kemplang ke dalam bungkus yang telah disiapkan.

Tapi jangan khawatir, pasir yang digunakan bukanlah sembarang pasir, melainkan pasir yang telah dipilih terlebih dulu.

Menurut Jalela, pasir tersebut diambil dari dasar telaga di desa setempat. Pun kebersihan pasir terjamin, melalui proses pengeringan dan lainnya.

"Lagipula selama ini masyarakat sangat menikmati kemplang sebagai cemilan tanpa ada gangguan penyakit, gangguan pencernaan dan macam-macam, tidak pernah," kata Jalela kepada TribunSumsel.com, Minggu (21/5/2017).

Namun Jalela mengingatkan, dalam proses pembuatan kemplang tidak boleh menggunakan pasir yang berada di darat atau dari tanah biasa, karena dikhawatirkan terkontaminasi oleh sampah, kotoran dan bahan kimia. 

Dirinya pun mengungkapkan tips pemanasan kemplang. Mulanya pasir diletakkan di atas seng atau wajan berbentuk datar yang dipanaskan.

"Setelah itu, campur beberapa kemplang dengan pasir lalu dibolak-balik hingga kemplang mengembang," jelasnya.

Selain terkenal karena proses pembuatannya, kemplang khas Desa Tanjung Atap memiliki rasa yang enak, gurih dan renyah.

Dibuat dengan campuran tepung, garam dan air kemudian dibentuk bulat pipih, lalu dikeringkan. Kemplang mentah yang telah kering itulah, diproses hingga siap disantap.

Jalela mengungkapkan, dalam sehari dirinya bisa membuat 2 ribu keping kemplang, dengan harga Rp250 perkeping.

Sedangkan untuk kemplang yang dikemas dalam kantong  besar berisi 80 kemplang, dihargai Rp 20 ribu perkantong. 

Gurihnya kemplang pasir, lanjut Jalela, membuatnya menjadi cemilan favorit warga desa setempat dan sekitarnya, sehingga berapapun kemplang yang dibuat, rata-rata habis terjual dalam sehari.

"Kalau yang saya buat, setiap hari rata-rata habis terjual sebanyak itu (2 ribu kemplang)," kata Jalela yang telah sebelas tahun menjadi pembuat dan penjual kemplang pasir ini.

Pun pemasaran, kata Jalela, selain dipasarkan di beberapa Kabupaten di Sumsel seperti Ogan Ilir (OI), Muaraenim, Lahat, Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin, bahkan hingga kota Jambi.

Pemasaran kemplang pasir juga merambah hingga pulau Jawa, seperti kota Tangerang, Sukabumi, Depok dan Bekasi.

"Di Jawa juga kita kirim lewat sopir truk warga sini yang antar jemput muatan barang ke Jawa," katanya.

Jalela pun merasa bangga karena kemplang produksinya bersama warga lain di desanya, terkenal karena keunikan proses pembuatannya dan diakui masyarakat memiliki cita rasa yang enak. 

“Kemplang ini sangat enak dan masyarakat suka. Tidak ada kesan kotor dan menjijikkan karena proses pembuatannya menggunakan pasir yang terjamin kebersihannya,” ujar Jalela sambil melanjutkan aktifitas memanggang kemplang.

Jalela saat memanggang kemplang pasir

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved