Sriwijaya Expo Sediakan Kebutuhan Kuliner, Fashion, Hingga Oleh-oleh Khas Nusantara

Untuk kuliner ada pengolahan ikan dan rengginang, abon ikan, ikan asap dan sambal salai, keripik ikan.

Editor: Hartati
Tribunsumsel.com/Yohanes Iswahyudi
Seorang penjaga stand Provinsi Bangka Belitung menunjukkan makanan khas Bangka Belitung yakni rusip dan terasi dalam acara Sriwijaya Expo 2017 di Gedung Palembang Sport and Convention Center (PSCC), Sabtu (12/5/2017). Event yang digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke 71 Provinsi Sumsel 

Laporan Wartawan TribunSumsel.Com, Iswahyudi

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sriwijaya Expo 2017 telah dibuka secara langsung oleh Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Selatan H Joko Imam Sentosa mewakili Gubernur Sumsel H Alex Noerdin di Gedung Palembang Sport and Convention Center (PSCC), Jumat (12/5/2017).

Ada banyak stand di sini dan memamerkan banyak produk UKM binaan dinas dan perusahaan.

Ada juga penjualan berbagai penganan khas yang bisa dijadikan oleh-oleh seperti di stand Provinsi Bangka Belitung.

Di sini ada banyak sekali makanan khas dari tempat tersebut seperti getas, terasi dan rusip (ikan fermentasi).

Kadis Perindag Provinsi Bangka Belitung, H M Yuliswan mengatakan ada 12 macam kuliner oleh-oleh khas Bangka Belitung yang dijual.

"Di sini kami jual lebih murah dari harga di Bangka Belitung," jelasnya pada TribunSumsel.Com.

"Kami mengucapkan terima kasih pada Pemprov yang sudah memfasilitasi acara ini. Sebagai seorang adik, kami mendukung pelaksanaan Asian Games di Palembang," jelasnya.

Ada 7 binaan dari 6 kabupaten di stand ini yang menjual berbagai penganan seperti rusip, kemplang bakar, keripik cumi, getas dan minuman jeruk kunci.

Rusip merek Asri ini terbuat dari ikan bilis atau teri kecil dan tahan 3 bulan.

Untuk produk andalan yakni getas dan terasi.

Terasi berat 250 gram dijual seharga Rp 15 ribu, rusip dijual seharga Rp 15 ribu dengan berat 250 gram.

Yang mau Lele asap, bisa mampir ke stand UKM binaaan Pertamina.

Ada beberapa usaha kuliner dari Jambi yang juga ikut partisipasi.

Pemilik olahan ikan Amanah, Ico Ordiana mengatakan ada 7 UKM yang ikut berpartisipasi dari Jambi.

Ada mebel, ada penjual batik basurek Bengkulu/batik Bengkulu.

Untuk kuliner ada pengolahan ikan dan rengginang,  abon ikan, ikan asap dan sambal salai, keripik ikan.

Harganya dari Rp 10 ribu sampai 70 ribu.

Kalau haus dan ngantuk, silahkan mampir ke stand Kabupaten Muara Enim.

Di sini standnya memamerkan berbagai jenis kopi arabika. Anda bisa menikmati secangkir kopi secara gratis.

Kadiskominfo Muara Enim, Panca Surya Diharta, menuturkan mereka ingin mengenalkan lebih jauh citarasa khas kopi semendo Muara Enim.

"Dengan banyaknya pesanan nantinya diharapkan makin banyak pula petani yang menanam kopi," ujarnya.

Panca menuturkan, ada beberapa negara yang siap menampung kopi semendo jenis arabika dari Muara Enim.

Ada  tiga merek kopi semendo yang menjadi binaan Dinas Perkebunan Muara Enim yakni Cahaya Semendo, Ratu Semendo dan Tunggu Tubang.

Pemkab Muara Enim juga bekerjasama  dengan Griya Sintesa Hotel Muara Enim.

"Kami sebagai tempat display. Kopi-kopi Muara Enim kami olah kembali menjadi kopi cappucino, espresso yakni kopi tanpa gula, cafe latte dan mocca," kata Manajer Griya Sintesa Hotel Muara Enim, Ibara Widharta.

Menurut Ibara, kopi Muara Enim ini lebih asam kopinya namun tidak membuat perih lambung.

"Kopinya tidak terlalu berat, ringan dan sangat disenangi anak-anak muda di Muara Enim yang nongkrong di tempat kami, Cafe Gardenia Coffee Shop. Bahkabln tiap malam biaa habis 25 cangkir, itu sudah hebat kalau di Muara Enim," jelasnya.

Bagi wanita yang suka mutiara, silahkan mampir ke stand dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Di sini ada berbagai jenis mutiara dari kerang sungai dan laut dan sasak.

Nunung Sukding, pelaku binaan Dinas Perdagangan Pemprov NTB menuturkan ia menjual berbagai jenis mutiara.

"Ada kalung, ada gelang, ada cincin dan semuanya dari mutiara baik mutiara kerang laut maupun kerang sungai," jelasnya.

Mutiara yang dijual seharga Rp 350 ribu untuk cincin dan Rp 17 juta untuk kalung barok air laut yang tidak bulat namun mutiaranya berwarna keemasan.

Sedangkan untuk kain, pelaku usaha yang jadi binaan yakni Nunuk Retno Diwati mengatakan, ada kain tenun dan songket yang dijual mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 3,5 juta

"Kain songket Lombok yang terkenal itu namanya Subahnale, harganya Rp 2 juta. Nama subahnale itu awalnya dulu penenun enggak ada lampu dan benang susah. Sehingga perlu proses yang lama dalam pembuatannya. Kalau sudah jadi penenun biasanya berucap subhanaalah dan itulah awal namanya," katanya.

Event yang digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke 71 Provinsi Sumsel itu diikuti oleh puluhan peserta, dari stand SKPD, Usaha Kecil Menengah (UKM), dan beberapa dari luar provinsi Sumsel diantaranya Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Banten, Bangka Belitung, kabupaten Bekasi dan lain sebagainya. Acara ini digelar selama 5 hari dari 12-16 Mei.

 
 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved