Penderita Tumor di BKB

Penderita Tumor yang Minta Sumbangan di BKB Tak Mau Dibawa ke Rumah Sakit, Korban Eksploitasi ?

Kami (Dinkes Sumsel) sudah ke lokasi (BKB) dan sudah ketemu dengan orang yang mengaku adik dan kakaknya

Penulis: Weni Wahyuny | Editor: M. Syah Beni
Ist
Pegawai Dinkes Sumsel yang akan membawa penderita tumor yang mencari sumbangan di BKB 

TRIBUNSUMSEL.COM- Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan langsung turun ke lapangan untuk memantau langsung Leni yang diduga menderita penyakit hydrosepalus yang kini dikabarkan membutuhkan biaya untuk pengobatan.

Sesuai instruksi Kepala Dinkes Sumsel Lesty Nurainy yang mengetahui melalui pemberitaan di portal online Tribunsumsel.com, tim Dinkes Sumsel langsung mencari-cari Leni sejak pukul 8 malam yang dipimpin langsung oleh Kasie Pelayanan Kesehatan Dinkes Sumsel M. Ifan Fahriansyan, M.Kes.

"Kami (Dinkes Sumsel) sudah ke lokasi (BKB) dan sudah ketemu dengan orang yang mengaku adik dan kakaknya si penderita ini tapi mereka (keluarga) keberatan karena kami ingin membawa langsung ke rumah sakit," kata Ifan kepada Tribun Sumsel, Sabtu (13/5).

Ifan melanjutkan setelah menunggu setengah jam, kemudian tim datang kembali mendekati Leni dan keluarga, barulah keluarga Leni mau diajak berbicara setelah minta tolong dengan pedagang yang ada di sekitar.

"Adeknya bilang dari Jambi baru dua hari, kakaknya bilang dari Bengkulu baru tiga hari. Mereka tidak ada yang bersedia memperlihatkan identitas diri," tambahnya.

Namun, sambung Ifan dari keterangan pedagang sekitar bahwa Leni sering muncul bersama dengan orang yang mengaku keluarganya, terutama saat ada keramaian di BKB.

"Tapi para pedagang takut dan wanti-wanti agar tidak menceritakan bahwa dapet info dari mereka," ungkapnya.

Ifan mengaku menanyakan langsung Kartu Tanda Peduduk (KTP) Leni yang sedang terbaring lemah itu, namun keluarga mengaku Leni tidak mempunyai KTP. Tak berhenti sampai disitu, Ifan pula meminta kepada keluarga untuk meminta keterangan domisili ke kelurahan.

"Rencananya tadi (semalam) mau langsung kami bawa meskipun tidak ada identitas, tapi keluarga bersikeras tidak mau dibawa padahal tindakan bisa langsung dilakukan dan keterangan lurah bisa menyusul karena ini akan dimasukkan dalam pengobatan Jamsoskes Sumsel Semesta," ujarnya.

"Kami sudah bawa ambulance dengan layanan PSC (Public Service Center) Di les Sumsel di 119 tapi mau bagaimana keluarga tidak boleh membawa yang sakit ini dan kesannya keluarga merahasiakan identitas yang sakit ini," timpalnya.

Ifan melihat ada rasa "girang" di raut wajah Leni saat tahu akan dibawa ke Rumah Sakit, namun pihaknya tak dapat berbuat banyak karena menurutnya Pemerintah sangat ingin membantu tapi kembali lagi mau atau tidaknya itu hak dari keluarga yang sakit.

"Tapi tadi sudah saya kasih nomor handphone saya ke kakaknya agar kalau memang berubah pikiran dan mau dibantu bisa hubungi saya," tukasnya. 

Dipajang di BKB

Jika Anda warga Palembang mengunjungi pasar malam di pelataran Benteng Kuto Besak (BKB), Anda akan melihat seorang yang bentuk kepalanya membesar melebihi ukuran kepala normal.

Dia terbaring di sebuah kursi roda yang di atasnya ditambahkan sebuah papan yang dirancang sesuai ukuran tubuh si penderita tumor.

Di sampingnya, berdiri seseorang berbaju putih yang setia mendampingi penderita tumor yang terbaring tidak berdaya tersebut.

Berdasarkan pantauan TribunSumsel.com, pria yang menjaga penderita tumor kepala tersebut juga menjaga kotak uang bagi warga yang sudi menyumbang.

Pria tersebut tampak berdiri, sesekali ia duduk.

Namun pria tersebut tidak sendirian, ia ditemani seorang remaja yang ikut menjaga penderita tumor tersebut.

Ketika TribunSumsel.com mewawancarai pria berbaju putih, barulah diketahui bahwa si penderita tumor bernama Leni yang berusia 27 tahun, yang tidak lain merupakan adik kandung pria berbaju putih yang mengaku bernama Ilham, berusia 30 tahun.

Ilham mengaku, dirinya sengaja membawa adiknya ke tengah keramaian BKB agar mendapat uluran tangan untuk bisa menyembuhkan penyakit adiknya.

"Iya, inginnya dapat bantuan. Tapi sampai sekarang belum ada," ujarnya kepada TribunSumsel.com, Jum'at malam (12/5/2017).

Ketika disinggung mengenai keaslian status antara dirinya dan penderita tumor, mata Ilham seketika berkaca-kaca dan sempat enggan menjawab pertanyaan wartawan TribunSumsel.com.

Setelah dibujuk, Ilham yang tampak lugu ini, kembali melanjutkan ceritanya.

Pria berambut cepak ini mengatakan jika adiknya sudah lama mengidap penyakit tumor kepala.

"Sudah lama, sudah puluhan tahun," katanya tanpa menjelaskan secara detil.

Ilham yang mengaku asli kota Padang ini mengaku sudah beberapa bulan tinggal di Palembang bersama kedua adiknya, si penderita tumor dan seorang adik laki-laki bernama Lefi yang tidak diketahui usianya.

Ilham mengatakan, ia dan adik-adiknya masih memiliki seorang ayah di kampung halaman, sementara ibunya telah meninggal dunia.

Di Palembang, Ilham mengaku tidak memiliki tempat tinggal tetap, melainkan berpindah-pindah.

"Tinggal dekat Pasar 16, tinggal di sini juga," ujarnya dengan tatapan kosong.

Bermalam-malam meminta bantuan pada warga yang mengunjungi pasar malam BKB, Ilham mengaku jika cukup banyak warga yang menyumbang.

Namun uang yang didapat dengan jumlah tidak lebih dari Rp 100 ribu tentu tidak cukup untuk biaya berobat adik tercintanya.

Ditambah lagi, Ilham mengaku hanya seorang pengangguran dan tidak punya pekerjaan.

"Tidak ada uang. Ingin adik cepat sembuh, tapi belum bisa," katanya polos.

Kami pun sempat mengamati kondisi Leni dengan seizin Ilham.

Tampak wanita ini terbaring lemah dan memejamkan mata.

Tidak tercium sesuatu yang aneh atau bau busuk dan sejenisnya. Pakaian Leni pun sesekali dirapikan Ilham dengan penuh kasih sayang.

Menurut Ilham, adiknya tidak mengidap penyakit lain selain tumor kepala.

Jika siang, lanjut Ilham, adiknya sering terjaga dari tidur namun tidak banyak bicara.

Di malam hari, Leni lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur, temasuk saat "dipajang" Ilham di tengah keramaian BKB.

"Memang begitu adik, sampai larut malam di sini," kata Ilham.

Dengan suara yang tidak terlalu jelas, Ilham meminta kepada TribunSumsel.com agar menyampaikan pada pemerintah untuk membantu ia dan adiknya.

"Tolong bantu kami, kami tidak mampu. Sudah lama adik seperti ini," pintanya kepada wartawan TribunSumsel.com.

Di dalam kantong yang yang disediakan Ilham, tampak uang pecahan seribu, dua ribu dan yang terbesar pecahan pecahan10 ribu rupiah.

Yang terbanyak, yakni pecahan dua ribu rupiah. 

Menurut Eka, seorang pedagang pakaian di sekitar "lapak" Ilham dan adiknya, sudah tiga malam menyaksikan pemandangan menyedihkan di sekitar kapalnya berjualan.

"Tidak tahu saya, saya baru tiga malam berjualan di sini," ujar Eka dengan raut wajah ketakutan ketika ditanya perihal keberadaan Ilham dan adiknya.

Pedagang lainnya yang berjualan aksesoris yang tidak ingin disebutkan namanya mengaku jika Ilham telah beberapa minggu mangkal do BKB.

"Lumayan lama sih. Saya juga baru sebulan di sini," ujarnya singkat.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved