Wejangan Mantan Penasehat KPK ini Terbukti !, Novel Baswedan Kena Musibah !
Biasa bentuk teror seperti itu. Itu sudah sering, ada yang ditabrak, patah kakinya. Ini cuma bom buat-buatan
TRIBUNSUMSEL.COM -- Jauh sebelum penyiraman air keras yang dialami penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan terjadi, sejumlah teror pernah dialami petugas KPK lainnya.
Satu di antaranya adalah teror bom yang dialami penyidik KPK, Afief Julian Miftach pada Juli 2015 silam.
Afief sebelumnya menemukan benda mencurigakan di rumahnya sekitar pukul 22.00 WIB saat dirinya baru pulang ke rumah.
Mendapat benda mencurigakan tersebut, Afief langsung menghubungi polsek Bekasi Selatan.
Benda tersebut dicurigai sebagai bom karena dilengkapi detonator dan diletakkan di depan pagar rumah.
Namun, setelah diperiksa, rangkaian tersebut ternyata hanya berisi stereofoam dan tidak memiliki daya ledak.
Afief tidak hanya sekali mendapatkan teror.
Ban mobilnya pernah ditusuk hingga bolong dan mobilnya disiram air keras.
Saat itu Mantan Penasehat KPK, Abdullah Hehamahua memberikan nasehat soal teror yang dialami oleh penyidik KPK.
Terlepas dari ditemukan atau tidaknya bom dalam paket saat itu teror telah dilakukan.
Jadi Abdullah berpesan agar meningkatkan kewaspadaan di luar rumah.
Dia menegaskan agar teror-teror yang di alami tidak menganggu Afief melaksanakan tugas dan fungsinya.
Hal menurt Abdullah paling penting adalah agar Afief dan pegawai KPk yang lainnya harus terbuka kepada keluarga mengenai berbagai resiko yang mengancam, sehingga ketika ada teror, keluarga bisa mengantisipasinya.
Abdullah juga menkankan agar organisasi atau lembaga wajib menyiapakan infrastruktur untuk melindungi anggota KPK dan keluarganya.
Abdullah juga memberikan pernyataan yang mengejutkan.
Menurutnya, teror yang menimpa anggota KPK merupakan hal yang biasa.
"Biasa bentuk teror seperti itu. Itu sudah sering, ada yang ditabrak, patah kakinya. Ini cuma bom buat-buatan," ujar Abdullah di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (7/7/2015).
Abdullah juga memperkirakan anggota KPK akan menerima teror-teror kedepanya.
Abdullah menilai, teror tersebut merupakan salah satu upaya lanjutan para koruptor untuk melemahkan KPK.
Saat itu Abdullah mengtakan bahwa KPK telah meningkatkan pengamanan kepada pegawainya, termasuk penyidik, namun KPK tetap tidak bisa menangkal niat jahat untuk melawan pemberantasan korupsi.
"Ini bukan soal peningkatan keamanan, tapi kesadaran semua pihak, khususnya pemerintah dan teman-teman penegak hukum lain, untuk bersama-sama memberantas korupsi. Jadi korupsi harus dijadikan musuh bersama," kata Abdullah.
Kini, Selasa (11/4/2017) penyidik senior komisi pemberantasan korupsi (KPK) Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang tak dikenal.
Kejadian tersebut sekitar pukul 05.10 WIB saat dirinya pulang melaksanakan sholat subuh berjamaah di Masjid Al Ikhsan, jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Dua orang yang melakukan penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan tersebut mengendarai sepeda motor dan langsung melarikan diri.
Novel langsung dilarikan ke rumah sakit Mitra Keluarga Kelapa gading guna mendapatkan pertolongan pertama.
Air keras tersebut menyebabkan bengkak di area mata dan luka dibagian kening.
Tak Dikawal Marinir
Menurut penuturan beberapa warga, pemandangan ini berbeda terjadi saat Novel ramai diberitakan menjadi Kasatgas penyidikan kasus korupsi proyek Simulator SIM Korlantas Polri pada 2012 lalu.
Melansir Tribunnews.com, saat itu aktivitas Novel, termasuk di sekitar rumah, selama tiga bulan dikawal khusus prajurit TNI Angkatan Laut.
"Enggak seperti dulu. Dulu kan dijagain anggota Marinir. Ini enggak dijagain sama sekali. Dulu kalau Pak Novelnya di rumah bisa dua sampai empat orang Marinir," kata Ketua RT tempat tinggal Novel, Wisnu Broto, di lokasi kejadian.
Wisnu masih ingat betul, mobil angggota Marinir kerap diparkir di depan rumah Novel sepulang dari kantor KPK.
Mereka dilengkapi senjata api laras panjang.
Tidak hanya pengawalan fisik saat berangkat dan pulang dari kantor KPK, anggota Marinir tersebut juga ikut menjaga keluarga Novel di dalam rumah.
Bahkan, anggota Marinir tersebut ikut mengawal saat Novel melaksanakan Salat Subuh di Masjid Al Ihsan.
"Marinirnya masuk ke dalam (rumah), jagain keluarga. Kalau salat Subuh dikawal sama Marinir," ujarnya.
Diketahui, KPK melakukan koordinasi dengan TNI saat kantornya dikepung personel kepolisian Polda Metro Jaya dan Polda Bengkulu pada Oktober 2012 lalu.
Saat itu, petugas kepolisian hendak menangkap Novel Baswedan atas sangkaan penganiayaan yang mengakibatkan tewasnya tersangka pencuri sarang burung walet saat menjadi Kasat Reskrim di Bengkulu pada 2004 silam.
Selain aktivis dan warga masyarakat, puluhan personel TNI, termasuk pasukan elite antiteror TNI Angkatan Laut, Detasemen Jala Mangkara, ikut mendatangi Gedung KPK untuk membantu melakukan penjagaan.
Adik Novel Baswedan yang bertugas di TNI AL, Hafidz Baswedan, juga tampak di antara pasukan TNI tersebut.
Peristiwa tersebut terjadi setelah Novel Baswedan dan tim penyidiknya menggeledah kantor Korlantas Polri dan memeriksa Kakorlantas Polri saat itu, Djoko Susilo, terkait korupsi pengadaan proyek Simulator SIM.
(TribunWow.com / Woro Seto)
