Memasang Wajah Memelas tapi Saat Diberi Makanan Pengemis Ini Bikin Netizen Geram
Namun, karena rasa malas dan harga diri yang rendah, mereka melakukan cara mudah untuk mendapatkan uang.
TRIBUNSUMSEL.COM - Tak hanya di Indonesia, pengemis bisa ditemui di negara mana pun.
Mereka biasa terlihat di pusat keraimaian.
Orang mengatakan bahwa pengemis tidak bisa memilih.
Mereka harus menerima apapun yang diberikan orang.
Namun, anggapan ini dipatahkan oleh sebuah aksi seorang pengemis asal Tiongkok ini.
Seorang pengemis berusia 60 tahun ini dianggap sebagai pengemis profesional.
Nenek asal Xioa Zhai, Xi'an ini biasa ditemukan di sebuah jembatan.

Kenapa ia bisa disebut dengan pengemis profesional?
Pengemis profesional adalah orang yang sebenarnya tidak miskin dan membutuhkan.
Mereka bahkan hidup dengan cukup baik.
Namun, karena rasa malas dan harga diri yang rendah, mereka melakukan cara mudah untuk mendapatkan uang.
Melansir News Sohu via Worldofbuzz, perempuan tua ini terlihat berlutut di sebuah jembatan yang padat.
Sebuah mangkuk plastik tersedia di depannya.

Ia melakukan aktivitas ini setiap hari.
Sayangnya, kedoknya sebagai pengemis profesional pun terungkap.
Seseorang memutuskan untuk mengamati aksi nenek ini.

Setiap kali seorang pejalan kaki memasukkan uang ke mangkuknya, nenek ini segera memindahkan uang tersebut ke kantung bajunya.
Hal ini dilakukan agar orang-orang mengira ia tak punya sepeser pun di mangkuknya.

Hal mengejutkan tak hanya sampai di situ.
Seorang perempuan yang mengenakan mantel merah terlihat memberi makanan pada pengemis ini.

Namun, tak disangka, nenek ini malah membuang makanan tersebut ke tempat sampah.
Pengemis ini menunjukkan bahwa ia tak menginginkan makanan, tapi uang.


Munculnya pengemis seperti ini membuat orang kadang ragu untuk memberi uang pada pengemis lain.
Apa kamu pernah melihat aksi serupa?
TRIBUNSUMSEL.COM-Seorang ayah ingin mengajarkan kepada anaknya sejak dini yang baru duduk dikelas 3 SD untuk mengatur uang jajannya.
Sang anak diberi uang Rp 30.000 per minggu. Biasanya uang tersebut diberikan sang ayah sehari sebelum anaknya masuk sekolah.
Pada minggu pagi mereka sekeluarga hendak jalan-jalan ke kota untuk menikmati liburan.
Sebelum berangkat, tak lupa sang ayah memberikan uang jajan mingguan anaknya dengan tiga lembar uang Rp 10.000.
Dan uang tersebut disimpan rapi dalam saku celananya.
Ditengah keasikan mereka menikmati hari libur, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan seorang nenek pengemis yang telah tua renta sambil memelas kelaparan.
Tak tega melihat sang nenek tua memelas, sang anak dengan sigap langsung mengeluarkan 3 lembar uang 10.000,- dari saku celana dan diberikan seluruhnya.
Kontan saja nenek pengemis ini terlihat sangat senang seraya mengucapkan rasa syukur dan terimakasih yang tak terkira.
Setelah si nenek tua berlalu, kemudian sang ayah bertanya; “Sayang, kenapa kamu berikan semua uangmu untuk nenek itu?
Bukankah satu lembar saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya hingga nanti malam?”
“Ayah..kalau nenek tua itu ikhlas menerima yang sedikit maka aku ikhlas untuk memberikan yang lebih besar!” Jawab anaknya dengan wajah tersenyum..
Tek!!! Hati sang ayah langsung tersentak kaget mendengar jawaban tersebut.
“Nah, terus uang jajanmu untuk seminggu ke depan bagaimana?” Tanya sang ayah mencoba menguji.
“Kan aku masih punya ayah dan bunda! Tidak seperti nenek tua itu yang mungkin hanya hidup sebatangkara di dunia ini.” Balas anaknya.
“Kenapa kamu begitu yakin kalo ayah dan bunda akan mengganti uang jajanmu? Ayah nggak pernah janji loh?” Kembali sang ayah mengujinya.
“Kalau ayah merasa bahwa aku adalah titipan Tuhan yang dipercayakan kepada ayah dan bunda, maka aku sangat yakin ayah dan bunda tak akan membiarkan aku kelaparan seperti nenek tua itu.... walaupun tanpa jajan, pasti ayah akan memberiku makanan yang secukupnya” Jawab sang anak mantap.
Seakan sang ayah tak percaya dengan jawaban dari putrinya hingga ia kehabisan kata-kata. Ia tak menyangka jawaban seperti itu keluar dari seorang bocah kelas 3 SD.
Ia seperti sedang berhadapan dengan seorang guru besar kehidupan dan ia tak bernilai apa-apa ketika berada dihadapannya.
Lalu ia berjongkok dan memegang kedua pundak putrinya.. “Sayang…ayah dan bunda janji akan selalu menjaga dan merawatmu hingga Tuhan tetapkan batas umur ini.
Ayah sangat sayang padamu..” Sambil kedua matanya berkaca-kaca seolah tak kuat menahan haru..
Sambil memegang kedua pipi ayahnya, sang anak membalas, “Ayah tak perlu berkata seperti itu.
Sejak dulu aku sudah tahu bahwa ayah dan bunda sangat mencintai dan menyayangiku.
Kelak jika aku sudah dewasa aku akan selalu menjaga ayah dan bunda, dan aku tidak akan membiarkan ayah dan bunda hidup dijalan seperti nenek tua itu…”
Dan airmata ayah dan bunda tak terbendung mendengar jawaban tulus dari anaknya.
Dipeluklah tubuh mungil itu dengan sangat erat. Dan keluarga kecil itupun larut dalam haru dan kasih sayang.