Apa Kamu Tahu 'Sabit' di Kuku Jadi Pertanda Jika
Jumlah sabit di kedua tangan harus mencapa. Kenapa ada orang yang tidak punya sabit di jarinya?
TRIBUNSUMSEL.COM-Jumlah sabit di kedua tangan harus mencapai 8-10 itu lebih baik. Makin sedikit sabitnya berarti kesehatan, konsentrasi, kekebalan tubuh makin jelek, berarti orang itu mudah letih. Berapa sabit yang kamu punya?
Kenapa ada orang yang tidak punya sabit di jarinya? Hal ini berhubungan dengan kesehatan badan? Hitunglah jumlah sabit di kuku jarimu, bisa terlihat bagian tubuh manakah yang sedang sakit. Singkatnya, dari kuku bisa terlihat kesehatan organ tubuhmu.
Seorang ahli dokter di Amerika mengatakan, adalah ilmiah dan logis bila menilai kesehatan seseorang dilihat dari kukunya. Selain jempol, bila di jari lainnya tidak ada sabit, ginjalnya mudah sakit.
Tanda Sabit yang "hilang" bisa dicari kembali
Kuku yang sehat berwarna kemerahan, halus dan bersinar, sabitnya terlihat jelas. Orang yang energinya makin penuh berarti sabitnya makin putih, kondisi sebaliknya adalah bisa sabit terlihat tak jelas.
Biasanya luas sabit adalah 1/5 kuku kita, pinggirannya jelas. Saat sakit, sabitnya akan mengecil, bila kembali sehat, sabit akan muncul lagi.
setiap bagian jari harus ada sabit orang yang sehat harus punya sabit di kedua jempol jarinya, jari telunjuk dan jari tengah harus ada sabit, jari manis tidak harus ada sabit.
Total 8-10 sabit di kedua tangannya. Biasanya di jempol, telunjuk, jari tengah ada sabit, total minimal 6 sabit baru dikatakan sehat.
Orang yang sehat, sabitnya sebesar 1/5 kuku, bila tidak, berarti energinya kurang, penyerapan usus besar kurang sehat. Bila sabit tiba-tiba berubah gelap, mengecil, hilang, berarti ada penyakit yang parah, atau ada tumor, pendarahan di dalam, dll.
Bila sabit lebih besar dari 1/5, kemungkinan menderita hipertrofi jantung, kerentanan terhadap kardiovaskular, hipertensi, stroke dan penyakit lainnya
jaga sabit berarti menjaga kesehatanAnak-anak sebelum masa perkembangan, tidak punya sabit, jadi para orang tua jangan khawatir, tunggu setelah ia mulai berkembang, sabitnya akan muncul.
Bila sering tidur malam atau bergadang, kehidupan seksnya tidak bersih, sabit akan menghilang dan sulit untuk kembali lagi. Maka jangan bergadang dan indulgensi ya.
setiap ahli menyatakan,makin kecil sabit, energy makin kecil, kesehatan tubuh makin jelek, kekebalan menurun. Bila tidak ada sabit juga bukan berarti penyakitan, tapi yang perlu diperhatikan adalah : bila tidak ada sabit, sekali sakit bisa parah.
Bila sabitmu makin berkurang, banyaklah konsumsi protein dan makanan yang hitam, seperti beras merah, jamur hyuka. Jaga stamina badan, dan seringlah berolahraga.
Cek apakah dirimu sakit, dan juga digabung dengan faktor-faktor lainnya, harus lewat pemeriksaan dokter baru tahu, jangan hanya karena melihat perubahan sabit, dan membuatmu khawatir. (Muhamad Edward)
Suka Gigit Kuku dan Mainin Rambut, Ternyata Kamu Orangnya Seperti Ini
TRIBUNSUMSEL.COM - Kamu punya teman punya kebiasaan menggigit kuku atau memainkan rambut? Jika iya, kebiasaan tersebut kerap dianggap sebagai tanda kegelisahan dan kecemasan.
Nah, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kebiasaan tersebut justru menunjukkan perilaku perfeksionis. Kebiasaan tersebut cenderung dilakukan saat mulai frustasi dan bosan ini merupakan tanda kesempurnaan.
Dilansir Women's health, para ahli menyebutnya body-focused repetitive behaviours (BFRB) termasuk menggigit kuku dan memainkan rambut.

"Kami percaya bahwa individu dengan perilaku BFRB mungkin orang yang perfeksionis, yang berarti bahwa mereka tidak mampu untuk bersantai dan melakukan tugas-tugas dengan normal," kata penulis Profesor Kieron O'Connor dari University of Montreal.
Itu sebabnya mereka rentan terhadap frustrasi, ketidaksabaran, dan ketidakpuasan ketika mereka tidak mencapai tujuan mereka.
Mereka juga mengalami tingkat kebosanan yang lebih besar. O’Connor mengatakan ada 'komponen kognitif' yang kuat untuk perilaku ini.
BRFB biasanya disertai dengan keyakinan atau sifat perfeksionis seseorang yang berkaitan dengan bagaimana segala sesuatunya harus terorganisir dengan baik.
Profesor O'Connor dan rekan-rekannya meneliti 48 responden. Sebagian responden menderita perilaku repetitif dan setengah lainnya tidak.
Mereka yang bukan penderita perilaku repetitif bertindak sebagai kelompok kontrol.
Setiap peserta mengambil bagian dalam empat sesi yang dirancang untuk menyebabkan salah satu perasaan stres, relaksasi, frustrasi, atau kebosanan.
Pada sesi stres, partisipan diminta untuk menonton video dari kecelakaan pesawat, sementara video di bagian relaksasi menunjukkan gelombang di pantai.
Sementara pada sesi frustasi dipicu dengan meminta para peserta untuk menyelesaikan tugas yang seharusnya mudah dan cepat tapi kenyataannya tidak.
Kebosanan diinduksi dengan meninggalkan peserta sendirian di kamar selama enam menit.
Hasilnya menyatakan individu dengan perilaku BFRB merasa lebih terprovokasi untuk menggigit kuku, memainkan rambut atau menggosok-gosok kulit saat merasa stres atau bosan.
Namun hal tersebut tidak ada dalam situasi relaksasi.
Hasil ini sebagian mendukung hipotesis bahwa peserta lebih cenderung terlibat dalam perilaku BFRB ketika mereka merasa bosan, frustrasi, dan tidak puas daripada ketika mereka merasa santai.
"Selain itu, mereka terlibat dalam perilaku ini ketika mereka berada di bawah tekanan stres. Ini berarti bahwa kondisi ini tidak hanya karena kebiasaan 'gugup'," tambah penulis studi Sarah Roberts.
Temuan yang diterbitkan dalam Journal of Behaviour Therapy and Experimental Psychiatry ini menunjukkan bahwaindividu dengan perilaku BFRB dapat melakukan perawatan yang dirancang khusus untuk mengurangi rasa frustrasi dan kebosanan serta memiliki kecenderungan menjadi seorang perfeksionis.