Inilah Syekh Yusuf, dari Makassar yang Dinobatkan Sebagai Pahlawan Afrika Selatan

Dalam pertemuan tersebut, Afrika Selatan memberikan gelar pahlawan kepada Presiden RI pertama Soekarno dan Syekh Yusuf.

Wikipedia

TRIBUNSUMSEL.COM-Presiden RI ke lima Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma.

Dalam pertemuan tersebut, Afrika Selatan memberikan gelar pahlawan kepada Presiden RI pertama Soekarno dan Syekh Yusuf.

"Pahlawan yang pertama Presiden pertama RI Presiden Soekarno. Satu lagi Syekh Yusuf," ujar Megawati di kediamannya, Jakarta, Rabu (8/3/2017).

Alasan Syekh Yusuf menjadi pahlawan, karena saat dibuang ke Afrika Selatan, siap berjuang membantu kemerdekaan.

Namun, siapakah sebenarnya sosok Syekh Yusuf.

Dikutip dari laman Wikipedia,  Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia yang lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, 3 Juli 1626 dan meninggal di Cape Town, Afrika Selatan, 23 Mei 1699 pada umur 72 tahun.

Ia juga digelari Tuanta Salamaka ri Gowa ("tuan guru penyelamat kita dari Gowa") oleh pendukungnya di kalangan rakyat Sulawesi Selatan.

Masa muda dan pendidikan

Syekh Yusuf  lahir dari pasangan Abdullah dengan Aminah.

Ketika lahir ia dinamakan Muhammad Yusuf, suatu nama yang diberikan oleh Sultan Alauddin, raja Gowa, yang juga adalah kerabat ibu Syekh Yusuf.

Sejak berusia 15 tahun Syekh Yusuf telah memperoleh pendidikan agama di Cikoang dari Daeng Ri Tassamang, guru kerajaan Gowa.

Selain itu Ia juga berguru pada Sayyid Ba-Alawi bin Abdul Al-Allamah Attahir dan Sayyid Jalaludin Al-Aidid.

Setelah pulang dari Cikoang, Syekh Yusuf menikah dengan putri Sultan Gowa, kemudian pada usia 18 tahun, Syekh Yusuf pergi ke Banten dan Aceh.

Di Banten ia memiliki kedekatan dengan Pangeran Surya (Sultan Ageng Tirtayasa), yang kemudian menjadikannya sebagai mufti Kesultanan Banten.

Sementara di Aceh, Syekh Yusuf berguru pada Syekh Nuruddin Ar-Raniri dan mendalami tarekat Qadiriyah.

Syekh Yusuf juga sempat mencari ilmu ke Yaman, berguru pada Syekh Abdullah Muhammad bin Abd Al-Baqi, dan ke Damaskus untuk berguru pada Syekh Abu Al-Barakat Ayyub bin Ahmad bin Ayyub Al-Khalwati Al-Quraisyi.

Masa perjuangan

Ketika Kesultanan Gowa mengalami kalah perang terhadap Belanda, Syekh Yusuf pindah ke Banten dan diangkat menjadi mufti di sana.

Pada periode ini Kesultanan Banten menjadi pusat pendidikan agama Islam, dan Syekh Yusuf memiliki murid dari berbagai daerah, termasuk 400 orang asal Makassar yang dipimpin oleh Ali Karaeng Bisai.

Ketika pasukan Sultan Ageng dikalahkan Belanda tahun 1682, Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Srilangka pada bulan September 1684.

Masa pembuangan di Sri Lanka

Di Sri Lanka, Syekh Yusuf tetap aktif menyebarkan agama Islam, sehingga memiliki murid ratusan, yang umumnya berasal dari India Selatan.

Salah satu ulama besar India, Syekh Ibrahim ibn Mi'an, termasuk mereka yang berguru pada Syekh Yusuf.

Melalui jamaah haji yang singgah ke Sri Lanka, Syekh Yusuf masih dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya di Nusantara.

Hal tersebut ternyata diketahui pihak Belanda, sehingga ia diasingkan ke tempat yang lebih jauh, yaitu Afrika Selatan, pada bulan Juli 1693.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved