Citizen Journalism

Pulau Kemaro Menyimpan Sejarah Heroik Kesultan Palembang Menghadapi Inggris dan Belanda

Namun, dari berbagai nama itu ada dua pulau yang terkait dengan sejarah heroik Kesultanan Palembang yaitu Pulau Borang dan Pulau Kemaro.

Editor: Hartati
TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO
CAP GO MEH - Ribuan masyarakat keturunan tionghoa memadati Pulau Kemaro untuk memperingati sekaligus melakukan ritual sembahyang pada malam puncak perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro, Palembang, Jumat (22/2/2013). Masyarakat yang datang ke Pulau Kemaro bukan hanya warga keturunan tionghoa saja yang akan melaksanakan ibadah saja, tapi juga semua masyarakat Palembang bahkan masyarakat luar kota pun datang ke Pulau Kemaro. 

Sebelumnya perlu dijelaskan bahwa setelah Palembang lepas dari Inggris dengan ditandatanganinya Traktat London 1814, yang membawa akibat terjadinya “penyerahan” wilayah Nusantara ke pada Belanda dari Inggris.

Atas dasar ini pula, maka Belanda kembali mendekati Palembang dengan menggenggam sejumlah perjanjian yang intinya mereka menguasai monopoli perdagangan timah dan lada.

Kondisi itu membuat Sultan tak nyaman, sehingga bersiap diri dan melakukan penyerangan terhadap loji Belanda pada Juni 1819.

Peperangan itu berakhir dengan kemenangan di pihak Palembang. Kekalahan Belanda tersebut harus dibayar dengan persiapan ekspedisi yang besar.

Ujungnya terjadi kembali perang yang kedua di tahun yang sama, tepatnya Oktober 1819.

Pada perang yang kedua ini, untuk pertama kali Sultan memutuskan menempatkan Pulau Kemaro sebagai pusat pertahanan.

Pertimbangan pilihan tersebut disebabkan berdasarkan pengalaman pada saat menhadapi Inggris (1812), maka

menjadi tidak begitu penting menempatkan banyak pos-pos penting, dari Ibu kota Palembang hingga Sungsang.

Menurut Sultan, penempatan pos-pos pertahanan terdepan di Sunsang dan Borang tidak begitu signifikan dalam upaya mempertahankan diri.

Oleh sebab itu, pemilihan Pulau Kemaro sebagai pusat pertahanan telah berdasarkan pemikiran yang matang, sekaligus menempatkan orang-orang terpilih dalam mengendalikan benteng tersebut.

Pemilihan lokasinya adalah ujung dari Pulau kemaro yang merupakan pintu masuk.

Strategi yang ditempuh adalah membuat lubang-lubang pertahanan, untuk menembakkan meriam.

Di depannya disiagakan rakit-rakit bambu yang siap dibakar jika armada musuh mendekat.

Selain itu, terdapat pula benteng di seberangnya yaitu pangkal Sungai Komering di Plaju, dikenal dengan nama benteng Tambakbayo dan Martapula disebelahnya.

Kedua benteng yang berselahan, berhadapan dengan benteng Pulau Kemaro.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved