Satu Tikus Dihargai Rp 500 Agar Hama Perusak Padi Bisa Dibasmi

Tapi sepertinya tidak ada perubahan, bahkan kata dia pemerintah juga sudah turun tangan namun hasilnya juga masih nihil.

Penulis: Eko Hepronis | Editor: Hartati
TRIBUNSUMSEL.COM/EKO HEPRONIS
Para Petani Di Kecamatan Megang Sakti Saat Mengumpulkan Ratusan Tikus Hasil Gebroyokan (gotong royong). 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Eko Hepronis

TRIBUNSUMSEL.COM, MUSIRAWAS -- Merebaknya serangan ribuan hama tikus di kabupaten Musi Rawas (Mura) beberapa bulan terakhir membuat ratusan hektare sawah petani mengalami gagal panen.

Bahkan upaya berburu massal (gebroyokan) sudah dilakukan, tetapi belum membuahkan hasil.

Gagal panen di kabupaten Mura akibat ulah hama tikus terjadi hampir merata, setelah tiga bulan lalu warga kecamatan Tugu Mulyo mengalami gagal panen karena hama tikus, dan kemarin giliran kecamatan Megang Sakti yang medapat serangan.

Bahkan beberapa wilayah lainnya juga mengalami hal yang sama.

Salah seorang petani bernama Yitno (40) saat dibincangi Tribunsumsel.com mengatakan, tanam padi tahun ini merupakan masa tanam padi yang paling buruk selama ia menjadi seorang petani.

Pasalnya setiap pertengahan atau menjelang masa panen hama tikus datang menyerang.

"Kalau mereka menyerang jumlahnya ribuan, sore kita lihat semua padi masih segar. Tapi ketika besoknya semua padi sudah rusak dan buahnya sudah habis," ungkapnya.

Yitno juga bertutur bila padi sudah diserang hama tikus tidak bisa dipanen lagi.

Lantaran batang padi sudah dalam keadaan rusak dan tidak akan berbuah lagi.

Malahan lama-lama akan mati dengan sendiri.

Ia juga menyampaikan, berbagai upaya telah mereka lakukan untuk membunuh hama tikus, mulai dari gotong royong berburu tikus bersama-sama.

Tapi sepertinya tidak ada perubahan, bahkan kata dia pemerintah juga sudah turun tangan namun hasilnya juga masih nihil.

"Pemerintah kemarin menginstruksikan Panitia Penyelenggara Lapangan (PPL) untuk beburu tikus, satu tikus dihargai Rp 500, tapi sepertinya tidak ada perubahan. Jumlahnya mungkin sudah terlalu banyak, jadi seperti tidak pengaruhnya," kata dia

Terkait kerugian kata dia jumlahnya sudah tak terhitung lagi, karena mulai membajak sawah hingga pemupukan sudah tidak terhitung biaya yang di keluarkan.

"Kerugian sudah tak terhitung, Januari lalu kita gagal panen, sekarang juga, kalau dihitung dua hektare biasanya dapat 2 ton gabah kering dalam satu kali panen, dikali Rp 8 ribu, yah kurang lebih Rp 16 jutaan belum lagi yang lainnya," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved