Pelaku Teror di Dhaka dari Kalangan Elite

Pejabat Banglades mengatakan anak-anak itu tergabung dalam kelompok militan lokal yang dilarang, Jamaatul Mujahideen Bangladesh (JMB).

Associated Press
Warga masyarakat meletakkan karangan bunga tanda simpati atas korban serangan teror di Dhaka, Banglades. 

TRIBUNSUMSEL.COM, DHAKA - Polisi Banglades hingga Selasa (5/7/2016), masih melanjutkan penyelidikan terhadap serangan teror di sebuah kafe atau restoran di Dhaka, Banglades, Jumat (1/7/2016) malam.

Polisi Banglades menemukan, kebanyakan para pelaku serangan teror itu berasal dari kalangan elite. Hal itu mengejutkan banyak pihak di negara tersebut.

Mereka misalnya terdiri dari putra seorang politisi, juga ada lulusan sekolah dan universitas negera terkemuka di sana, seperti dilaporkan BBC.

Sebanyak 20 orang sandera, dua polisi, dan enam tersangka tewas dalam serangan tersebut. Seorang tersangka berhasil ditangkap.

Kelompok militan yang menyebut dirinya Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut.

Namun, pemerintah Banglades menyangkalnya menepis klaim ISIS dan menyebut kelompok radikal lokal sebagai dalangnya.

Menteri Informasi Banglades, Hasanul Haq Inu kepada TV India, NDTV, mengatakan “mayoritas mereka yang menyerang restoran datang dari institusi yang sangat baik.”

“Sebagian belajar di sekolah yang bereputasi. Keluarga mereka cukup berada," katan Hag Inu.

Salah seorang tersangka adalah Rohan Imtiaz, putra dari politisi partai berkuasa di Banglades, Imtiaz Khan

Imtiaz dilaporkan hilang oleh orangtuanya pada Desember tahun lalu. Kedua orangtuanya kemudian mengenali parasnya dari foto para tersangka yang disebar di media lokal.

“Saya kaget”

Ayah salah seorang terduga mengatakan kepada BBC bahwa dia kaget saat mengetahui anaknya adalah salah satu penyerang.

"Saya kaget mengetahuinya,” kata Imtiaz Khan, Ketua Wilayah Dhaka Partai Awami League dan Wakil Sekjen Komite Olimpiade Banglades.

"Putra saya kerap shalat lima kali sehari semenjak kanak-kanak. Kami tak pernah membayangkan ini. Tak ada apa pun di rumah, buku atau apapun yang mengarahkan dia mengarah kesana,” kata Khan.

“Perasaan kaget dan kejadian yang mendadak ini membuat saya hanya bisa terdiam. Saya sangat malu dan menyesal.”

Halaman
123
Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved