Serma Priyo Widodo Tak Malu Jalani Pekerjaan Sampingan Sebagai Pemulung Meski Seorang Anggota TNI
Tiba di rumah ia langsung melepas seragam dinas dan menggantinya dengan kaos oblong dengan celana selutut lalu menuju belakang rumah.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Kalau Kepolisian punya Bripka Seladi yang sehari-hari sebagai anggota Satlantas Polres Malang, TNI punya Serma Priyo Widodo yang lepas dinas di Kodim 0418 Palembang 'nyambi' pemulung.
Pekerjaan itu dilakukan sejak tiga tahun lalu. Setelah pulang dinas dari satuan Kodim 0814 Palembang, ia langsung bergegas memungut botol bekas di sekitar ia tinggal, Kamis (2/6/2016).
Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB saat prjaurit dari satuannya di Kodim 0418 Palembang di Jalan Mardeka Palembang pulang ke kediamannya di Jalan Dharma Bakti RT 21 RW 03 kel Srimulya Kec. Sematang Borang Palembang.
Tiba di rumah ia langsung melepas seragam dinas dan menggantinya dengan kaos oblong dengan celana selutut lalu menuju belakang rumah.
Beberapa tumpukan botol bekas serta kardus yang dikumpulkan beberapa hari terakhir berserakan menunggu tangannya untuk dirapikan. Satu per satu barang tersebut dimasukkan ke dalam karung.
"Saya jadi pemulung sejak tiga tahun terakhir," katanya kepada Sripoku.com (Tribun Sumsel Network)
Priyo menceritakan, mula-mula dirinya mengeluti barang rongsokkan tersebut ketika gagal merintis usaha peternakan dan perikanan.
Kegagalannya tersebut ia ceritakan salah seorang temannya. Dari situ didapatkan ide untuk menggeluti barang bekas.
"Kalau barang bekas tidak akan busuk. Bisa dijual kapan saja," katanya.
Pada akhirnya ia memutuskan untuk merintis usaha mengelola barang bekas. Seiring berjalannya waktu, usaha itu menjanjikan dan perlahan membuahkan hasil yang lumayan. Dirinya pun semakin 'mencintai' usaha tersebut.
"Saya terus cari jaringan menemui warung-warung untuk kumpulkan botol bekas," katanya. Ternyata berselang beberapa hari dirinya mulai kebanjiran orderan untuk mengambil botol-botol tersebut. Ada pula orang yang mengantar ke tempatnya. Untuk satu kilogram botol bekas ia hargai sebesar Rp 1.500.
"Selain saya yang mencari sendiri botol bekas, saya juga membeli ke warga," katanya.
Atas usaha tersebut dirinya menikmati hasilnya. Untuk per bulan saja ia bisa mendapat pemasukan sekitar Rp 10 juta dari penjualan ke agen.
Meski menggeluti profesi sebagai pemulung tidak membuatnya minder dan malu, meski ada eberapa rekannya ada yang meledeknya. "Masak tentara mulung sampah," ujarnya memperagakan olokan kepadanya.
Tapi hal itu tidak ia hiraukan. Malahan ia termotivasi atas olok-olokan tersebut. Menurut dia, untuk apa malu menjalani profesi pemulung karena uang yang didapatkan halal. Dengan begitu ia menyakini pendapatannya tersebut berkah. Ia mengaku tidak kekurangan dari gaji sebagai prajurit. Namun mengeluti profesi sebagai pemulung adalah pilihan.
"Kalau ada yang mengejek biarlah. Saya cuma mencari nafkah buat keluarga," katanya.
Tak Malu
Sementara istri Serma Priyo Widodo, Sri Sudarini mengaku tidak malu memiliki suami yang memiliki profesi sampingan sebagai pemulung. Menurut dia, pekerjaan tersebut halal dan tidak ada resiko. Selain itu, mendidik anak-anak mandiri dan mengetahui caranya orangtua mereka mencari nafkah.
"Tidak malu mas, ini pekerjaan mulia," katanya.
Dirinya ikut membantu suaminya tersebut, memisahkan tutup dari botolnya. Serta melepas plastik yang masih menempel. "Saya malahan bantu untuk membersihkan botol," katanya.
Ia bangga terhadap suaminya karena bisa mengabdi dengan negara sebagai anggota TNI. Serta mendidik anak-anak untuk mandiri.
"Yang penting suami tidak melalaikan dinasnya," katanya. (Yandi Triansyah/SP)