Tiap Hari Jalan Kaki 2 Km Menuju Sekolah, Siswa yang Tak Bisa Melihat ini Yakin Lulus Ujian Nasional
Ia mengaku tak kesulitan menjawab soal yang diberikan.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNSUMSEL.COM, GUNUNGKIDUL - Keterbatasan penglihatan tak lantas membuat Hani Istiara, siswi SMP Eka Kapti Karangmojo, putus asa dalam meraih pendidikannya.
Pagi itu, Selasa (10/5/2016), penuh semangat ia berhasil menyelesaikan Ujian Nasional (UN) yang menjadi tahap akhir pendidikannya di SMP.
Berbekal reglet, alat untuk menulis braile, Hani dengan penuh konsentrasi menyimak soal yang dibacakan oleh guru pendamping, dengan telaten, ia mencoblos kertas jawaban soal satu per satu.
Ia mengaku tak kesulitan menjawab soal yang diberikan.
Justru terhambat oleh banyak simbol baru yang tak diketahuinya.
Untuk itu, guru pendamping harus telaten membantunya membacakan soal sepanjang ujian berlangsung.
"Banyak simbol baru untuk soal matematika yang saya kurang paham, jadi kadang paham, kadang salah, tetapi saya masih bisa menjawabnya," ujar Hani, usai mengerjakan UN, di SMP Eka Kapti Karangmojo, Selasa (10/5/2016).
Di mata gurunya, Hani merupakan sosok siswi yang cerdas.
Di saat, anak-anak di seusianya yang merasa bosan dengan sekolah, ia justru tetap bersemangat meski dengan keterbatasannya.
Setiap hari, ia berangkat berbekal tongkat pandu yang memandunya menuju sekolah.
Jarak asrama tempat ia tinggal dengan sekolah cukup jauh, sekitar dua kilometer jaraknya. Namun tak menyurutkan langkahnya untuk tetap bersekolah.
Pihak sekolah pun menyiapkan batu penanda untuknya di jalan depan gerbang sekolah, sehinngga ketika ia berjalan melaluinya, dapat tahu kalau sudah tiba di sekolah.
"Hani merupakan anak yang cerdas, yang saya banggakan adalah semangatnya untuk bersekolah."
"Ia anak yang mandiri, berangkat sekolah pun sendiri tanpa bantuan siapa pun," ujar Kepala Sekolah Eka Kapti Karangmojo, Sumarno, Selasa (10/5/2016).
Dua Teman
Dari 119 siswa yang ikut ujian nasional, Hani ditemani dua orang rekannya yang juga penyandang disabilitas tubuh (tunadaksa) dan juga disabilitas pendengaran (tunarungu).
Pihak sekolah pun menyiapkan guru pendamping khusus untuk mendampingi Hani dan rekan-rekannya dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Termasuk, alat peraga pendidikan, untuk mendukung proses pendidikannya.
"Kami menyiapkan guru pendamping untuk siswa-siswa yang memilki kebutuhan khusus, termasuk alat peraga pendidikan, seperti materi pembelajaran menggunakan braile, atau saat pelajaran olahrga menggunakan mesin treadmill, ketika kegiatan olahraga lari. Ini semua untuk menunjang pendidiikannya selama disini," tutur Sumarno.
Terakhir, Hani berharap dapat lulus ujian nasional dengan nilai yang memuaskan. Ia pun berkeinginan untuk dapat melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi ke depan.
Ia ingin membanggakan kedua orangtuanya, dan bermanfaat untuk orang banyak.
"Semoga bisa lulus denga nilai yang bagus, karena saya pengin sekali bisa lanjut sampai perguruan tinggi."
"Jangan sampai berhenti disini, saya ingin terus belajar dan belajar, berharap dapat bermanfaat untuk orang banyak kelak," pungkas Hani. (tribunjogja.com)