Warga Keturunan Tionghoa, Nyekar ke Pemakaman dalam Perayaan Ceng Beng

Tak seperti biasa, ‎Komplek Pemakaman warga keturunan Tionghoa yang berada di kawasan Talang Kerikil Sukabangun Kecamatan Sukarami ini tampak ramai d

TRIBUNSUMSEL.COM/SLAMET TEGUH RAHAYU
Sejumlah warga keturunan tionghoa saat berdoa di pemakaman yang berada di kawasan Talang Kerikil, Sukabangun, Kecamatan Sukarami, Minggu (3/4/2016) 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Slamet Teguh Rahayu

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Tak seperti biasa, ‎Komplek Pemakaman warga keturunan Tionghoa yang berada di kawasan Talang Kerikil Sukabangun Kecamatan Sukarami ini tampak ramai dikunjungi oleh warga Tionghoa. Pemakaman yang berada di tempat tersebutpun tampak bersih dari ilalang yang biasanya menutupi kawasan tersebut, Minggu (3/4/2016).

Tujuan dibersihkannya komplek pemakaman tersebut ialah dalam rangka menyambut perayaan Ceng beng. Ceng beng merupakan tradisi yang dilakukan oleh warga tionghoa untuk nyekar ke makam dari leluhur mereka.

Takhanya berdoa, merekapun meletakkan sesajian bagi para leluhur yang telah mendahului mereka.‎ Tak hanya baru kali ini diakan, namun perayaan cheng beng sudah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu hingga sekarang.

Ritual Ceng bengpun dilakukan oleh Wiming dan keluarganya. Mereka datang ke komplek pemakaman untuk mendoakan para leluhur mereka. Secara bergantian mereka berdoa. Sejumlah sesajianpun disiapkan sebagai bukti bakti kepada para leluhur.

"Selain imlek, ceng beng juga dijadikan ajang untuk berkumpul dengan keluarga. Malah perayaan ceng beng ini, lebih banyak keluarga yang berkumpul," ujar pria yang mengaku tinggal di daerah Segaran Kecamatan Ilir Timur (IT) II ini.

Menurut Wiming, ceng beng merupakan ‎momen yang sangat penting. Pasalnya, menurut kepercayaan yang dianutnya, saat memasuki perayaan cheng beng pintu neraka dan surga tengah dibuka, sehingga para arwah yang sudah meninggal dapat kembali turun ke bumi.

"Dan saat itulah, saat yang pas untuk mendoakan para leluhur," terangnya.

Meski tak mengerti pasti, perhitungan perayaan ceng beng ini. Menurut Wiming, perayaan ceng beng selalu jatuh pada bulan empat pada perhitungan masehi atau tak lama setelah dilaksanakan perayaan imlek.

"Setiap tahunnya itu, ceng beng dilaksanakan bulan empat, namun memang berbeda-beda tanggalnya, kadang maju kadang mundur. Kalau tahun kemarin, puncaknya perayaan cheng beng itu pada tanggal 5 April, nah kalau sekarang puncak kegiatan tersebut jatuh pada tanggal 4 April," jelasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved