Warung Kopi Cinde Sejak Tahun 1962 Terancam Digusur
Namun ia gemetar. Tangan rentanya yang membawa secangkir kopi, berulang kali bergetar hebat.
Penulis: Yohanes Tri Nugroho | Editor: M. Syah Beni
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Hituk pikuk aktivitas Pasar Cinde Palembang semakin ramai menjelang siang, Senin (25/1/2016). Para pedagang dan pembeli hilir mudik kesana kemari pontang panting di jalanan pasar yang sudah “tua” tersebut.
Di sudut pasar itu, seorang lelaki paruh baya yang akrab disapa Akuang, tengah meracik kopi tarik dengan terampilnya. Sebutan kopi khas itu, adalah jualan utama lelaki yang diakuinya sebagai usaha turun temurun keluarganya.
Akuang atau Bakri, nama aslinya adalah penjual kopi sejak tahun 1962. Ia adalah generasi kedua yang mewarisi usaha itu dari ayahnya yang sudah dimulai sejak tahun 1954.
Senyum ramah terpancar dari pria yang sudah memiliki cucu pada setiap pelanggan yang datang untuk menikmati kopi racikannya.
Ketika Tribun Sumsel datangpun senyum akrabnya masih terpancar. Namun ia gemetar. Tangan rentanya yang membawa secangkir kopi, berulang kali bergetar hebat.
Tribun Sumsel pun tak tahu penyebabnya.
Akhirnya, ia berujar tentang keresahan yang selama ini dialami mengenai nasib warung “legendarisnya” tersebut.
Relokasi pasar Cinde yang tenah hangat, terlalu kencang isunya beredar. Ia tak tahu lagi kepastian pasar yang sudah membesarkan kopinya itu.
“Bagaimana nasib kami? Kapan kami direlokasi, jadi apa tidak?” tanyanya spontan yang masih membawa cangkir kopi untuk dihidangkan pada Tribun Sumsel.
Selama ini, sejak muncul isu relokasi pasar Cinde, penghasilannya menjadi tukang jualan kopi tarik menurun drastis. Bila biasanya sehari mampu mengumpulkan penghasilan cukup untuk menghidupi keluarga dalam sehari, kini sudah tidak bisa lagi.
Selain itu, ia membayangkan tentang nasib warung kopi ke depannya. Terlebih warung ini adalah usaha turun temurun yang sudah berlansung sangat lama. Bila pasar Cinde direlokasi, masih bisakah ia membuka usaha warung kopi disana atau tidak.
“Kalau direlokasi, saya mau ke Jakarta saja. Ikut dengan adik saya. Disana menghabiskan masa tua. Untuk kopi tariknya gak ada yang nerusin, cukup sampai disini saja,” ujarnya.
Dirinya pun berharap, kedepan pasar Cinde bisa dibangun dengan lebih bak lagi sehingga aktivitas perdagangan bisa berjalan lancar. Sebab katanya, isu mengenai perbaikan pasar Cinde sudah selalu berulang kali ada dan belum pernah terealisasi.
“Mudah-mudahan segera terwujud, biar aktifitas disini lebih enak,” katanya.