Pesawat Jatuh di Adisutjipto
Kisah Mengharukan Pilot Pesawat Golden Eagle yang Jatuh
Setelah lebih kurang 10 menit pesawat terbang, kemudian melakukan aksi beberapa kali terdengar dentuman keras. Dilanjutkan dengan kepulan asap hitam p
Laporan Reporter Tribun Jogja.com | Mona Kriesdinar
TRIBUNSUMSEL.COM. SLEMAN - Pesawat TNI AU, T501 Golden Eagle yang jatuh di Kompleks Ksatrian Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Minggu (20/12/2015) sekitar pukul 10.00.
Informasi yang dihimpun Tribun Jogja.com, Pesawat melaju di Taxiway dengan ribuan penonton di kanan kiri, kedua pilot sempat melambaikan tangan sebelum meluncur ke runway.
Setelah lebih kurang 10 menit pesawat terbang, kemudian melakukan aksi beberapa kali terdengar dentuman keras. Dilanjutkan dengan kepulan asap hitam pekat disusul sirine ambulans meraung-raung.
Sementara jenis pesawat disebutkan adalah T-50 Golden Eagle, Tim Golden Eagle pada acara itu dipimpin oleh Letkol Pnb Marda Sarjono.
Letkol Penerbang Marda Sarjono dan Mayor Penerbang Dwi Cahyono dinyatakan meninggal.
"Ya, keduanya meninggal dunia," kata Kadispen TNI AU Marsma Dwi Badarmanto dikutip dari KompasTV.
Siapa Letkol Pnb Marda Sarjono?
Catatan Tribun jogja.com T-50i Golden Eagle sempat mengawal Hawk dari Base Ops Skadron 15 Madiun menuju Base Ops Lanud Adisucipto pada Kamis (12/3/2015).
Pesawat Hawk saat itu dikendalikan oleh Letkol Pnb Marda Sarjono, penerbangan itu sangat berkesan bagi pilot Marda.
Bagaimana tidak, sudah 15 tahun ia bersama pesawat tersebut, hingga akhirnya harus berpisah dengan armada tempur buatan Inggris itu.
"Sudah 15 tahun bersama pesawat ini, sejak lulus sekolah penerbangan dan sebagai penerbang tempur. Kebetulan saya termasuk salah satu penerbang yang asli menggunakan Hawk MK-53 dari awal," papar kala itu.
Sang Pilot, Letkol (Pnb) Marda Sarjono yang sudah 15 tahun menerbangkan pesawat tersebut mencium badan pesawat tak lama setelah ia turun dari cockpit.
Ia mendekatkan kepalanya, sementara kedua tangannya ditempelkan ke badan pesawat. Kemudian ia pun mencium badan pesawat yang sudah enam bulan terakhir ini tidak pernah diterbangkan.
Adegan itu berlangsung begitu cepat namun sangat berkesan dan penuh makna sebagaimana yang dirasakan oleh Marda sendiri.
"Ya, itu ciuman tanda perisahan karena pesawat ini spesial sekali buat saya. Saya lahir dan besar bersama Hawk MK-53 ini," tuturnya saat ditemui saat tiba di Base Ops Lanud Adisucipto. (*)