Selama Tujuh Generasi, Warga di Desa Ini Berbicara dengan Bahasa Isyarat

Namun, sebuah desa yang berada di sebuah hutan di wilayah utara Bali menggunakan bahasa unik yang lebih sulit dipahami.

Tribunnews.com
Warga Desa Bengkala selama lebih dari tujuh generasi menggunakan bahasa kolok atau bahasa isyarat sebagai bahasa sehari-hari. 

Di Desa Bengkala, para penduduknya sudah terbiasa dengan gaya hidup orang tunarungu. Di seluruh desa, semua warga berbicara dengan menggunakan tangan mereka.

Para orangtua di Desa Bengkala mengajari anak-anak mereka kata kolok di rumah, menanamkan benih kesetaraan yang akan tumbuh ketika anak-anak mereka dewasa.

Begitu juga di sekolahan. "Siswa tunarungu belajar bersama-sama dengan mendengar siswa di sini," kata Mardana.

"Guru berbicara sekaligus menggunakan bahasa isyarat pada saat yang sama sehingga hampir semua orang tahu kata kolok," ujarnya.

Untuk mata pencaharian, mayoritas penduduk di Desa Bengkala merupakan petani pisang, mangga, jambu, pencari rumput gajah, dan merawat beberapa sapi dan babi serta ayam.

Di pasar lokal, mereka harus menggunakan timbangan dan gerakan tangan untuk bisa menjual hasil panen mereka.

"Kadang-kadang, warga di desa ini menghadapi sedikit kesulitan berkomunikasi. Namun, mereka menyelesaikannya dengan penandatanganan sederhana," kata Kadek Sami, seorang ibu dengan dua anak yang mengalami gangguan pendengaran.

Generasi muda penyandang tunarungu di Bengkala kini mulai menggunakan ponsel pintar untuk berkomunikasi di media sosial dan bahasa isyarat internasional.

Dalam beberapa tahun terakhir, remaja-remaja tunarungu telah mendaftar di sekolah asrama tuli terdekat di Jimbaran dan belajar bahasa Indonesia.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved