Keperawananku Direnggut di Hari Raya
Di saat itulah Imran merenggut kegadisan Maya .Meskipun secara paksa tapi karena sayang Maya merelakannya.
TRIBUNSUMSEL.COM - Seorang gadis yang dikenal sebagai pemuka agama di sebuah desa di Malaysia hilang keperawanannya oleh kekasih tepat di hari raya.
Dilansir Aam.my, Rabu (6/11/2015), gadis yang dikenal sangat pemalu dan pendiam yang dikenal dengan nama Maya ini anak dari seorang guru ngaji.
Ia melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah menegah atas di Perak, Malaysia.
Selama di Perak, ia inggal di asrama sekolah.
Selama tinggal di Perak, Maya terbuai dengan kehidupan metropolitan.
Ia beberapa kali dipanggil pihak sekolah karena sering kedapatan membolos.
Ayah Maya yang mengetahui kebiasaaan putrinya itu memutuskan memidahkan Maya ke sekolah di desanya .
Agar Maya dapat dipantau baik di sekolah maupun di rumah.
Keputusan yang dibuat ayahnya itu malah membuat Maya kesal.
Meski, tinggal dengan orangtua, Maya masih suka melakukan aktivitas yang tidak disukai ayahnya.
Di sekolah baru tersebut, Maya akhirnya bertemu dengan seorang laki-lai bernama Imran.
Hingga, keduanya menjalin hubungan percintaan bahkan Maya berani memperkenalkan Imran kepada ibu dan ayah setelah hubungan mereka berjalan satu tahun.
"Aku sangat menyanginya, apapun yang aku mau pasti diturutinya dan juuga dialah sosok pria yang memberikanku semangat dan menjadikan aku pribadi yang lebih riang,"
Hubungan kami tidak dilarang karena kami sering bertemu di rumah dalam pengetahuan ayah.
Tragedi hari raya
Suatu hari, Imran meminta izin untuk membawa Maya berhari raya di rumahnya.
Ayah mengizinkan dengan syarat pulang sebelum petang.
Di rumah Imran, Maya diperkenalkan dengan keluarganya tapi belum pun satu jam Maya berada di situ, keluarga Imran ingin mengunjungi keluarganya di luar daerah.
Ternyata Imran tahu keluarganya akan keluar dan sebelumnya memasang rencana untuk berduaan dengan Maya.
Di saat itulah Imran merenggut kegadisan Maya .
Meskipun secara paksa tapi karena sayang Maya merelakannya.
"Setelah saya dikirim pulang ke rumah, Imran tidak lagi menemui saya malah sering mematikan telepon. Kalau dapat berbicara pun hanya sekejap dan dia memberi banyak alasan untuk menghindari ngobrol dengan saya,"terang Maya.
Dua bulan setelah itu, Maya hamil, ia bingung harus melakukan apa.
"Saya takut dan hilang penyebab sehingga bertindak lari dari rumah dan pergi ke sebuah rumah perlindungan,"
"Di rumah itu, saya diberikan syarat, jika tidak ingin keluarga tahu, bayi yang dilahirkan harus diajukan ke rumah perlindungan dengan semua biaya bersalin dibiayai penuh. Namun, jika tidak ingin menyerahkan bayi, orang tua harus diberitahu tentang masuknya saya ke rumah itu agar biaya bersalin ditanggung keluarga sendiri,"kata Maya.
Maya akhirnya membuat pilihan pertama karena malu dan takut.
Maya juga kasihan dengan ayah yang amat disegani masyarakat desa atas statusnya sebagai bilal. Imran pula menghilangkan usai mengetahui saya hamil.
Suatu hari, seorang wanita bernama Mala masuk ke kamar Maya sambil menangis. Menyarankan saya agar keluar dari rumah itu jika tidak ingin senasib dengannya.
"Dik, sekarang memang awak kata awak tak nak anak awak, tapi percayalah dik. Setelah sembilan bulan awak mengandungkannya, awak akan jatuh sayang dan tak sanggup kehilangan anak awak. Kalau kau tak mau sengsara macam akak, awak baliklah ke pangkuan keluarga,"
"Biar awak tanggung malu seumur hidup asalkan anak awak depan mata. Kita dah buat salah, seharusnya kita berhadapan dengan keluarga, "pesan Mala sambil menangis.
Maya turut menangis saat mendnegar kesusahan Kak Mala ketika memompa susu dari payudaranya yang membengkak.
Kata Kak Mala, air susu pertama itu seharusnya untuk anak, tapi anaknya telah diserahkan kepada orang lain. Dia menderita karena hal itu.
"Hari itu juga saya hubungi ayah. Ayah mengamuk satu alam. Saya tidak takut dipukul karena ayah berhak melepaskan kemarahan dan kekesalannya. Saat itu hanya penderitaan Kak Mala yang berputar depan mata"
"Sebagai solusi, ayah mencoba menemui keluarga Imran untuk menikahkan kami. Sayangnya, Imran sudah menghilangkan diri bahkan keluarganya turut memfitnah saya dengan mengatakan kandungan saya belum tentu anak Imran,"
"Saya terduduk. Tidak sangka Imran sekeji itu. Meskipun orangtua menjadi pelindung dan menemani saya setiap kali mendapatkan perawatan kehamilan, saya tidak dapat menghindari diumpat keji orang. Tekanan perasaan seperti itu buat saya selalu meracau sehingga mendapat kartu pasien mental dari rumah sakit," lirih Maya
Sementara itu Ibu Maya terpaksa melapor ke pengadilan dan departemen kesejahteraan masyarakat untuk mendapatkan jaminan perawatan sepenuhnya ke atas Maya dan bayi yang bakal lahir.
"Saya benar-benar menyesal. Perbuatan saya tidak hanya merusak masa depan sendiri, malah menyusahkan keluarga. Saya harap remaja di luar sana sadar sebelum terlambat. Jangan kau gadaikan kegadisanmu hanya karena pria yang bukan suamimu,"pungksa Maya
Kisah ini diceritakan sendiri oleh Maya dan ibunya kepada wartawan Sinar Harian Malaysia.