Biskuit Oreo Menimbulkan Efek Kecanduan Seperti Kokain
Penelitian kami mendukung teori bahwa makanan tinggi lemak / tinggi gula merangsang otak dengan cara yang sama seperti yang dilakukan narkoba.
TRIBUNSUMSEL.COM - Biskuit dengan tagline, diputer, dijilat dan dicelupin terdengar cukup familiar pada masyarakat Indonesia. Seperti yang diperlihatkan dalam iklan Oreo selama ini.
Namun sebuah studi perguruan tinggi terbaru mengatakan bahwa biskuit Oreo menimbulkan efek kecanduan yang sama dengan kokain seperti yang dilaporkan Foxnews.
Ini membuat siapa saja yang pernah mengkonsumsi biskuit ini akan mengalami kesulitan untuk menghentikan diri dari makan terlalu banyak Oreo.
Penelitian oleh di Connecticut College, AS menemukan bahwa ketika tikus memakan Oreo mereka membentuk sebuah asosiasi yang sama kuat dengan biskuit tersebut.
Sama seperti ketika tikus lainnya yang disuntik dengan kokain atau morfin.
Peneliti mengggunakan tikus untuk mengetes buskuit. Ternyata ditemukan level kecanduan biskuit ini sama seperti yang dihasilkan kokain.
Selain itu, peneliti menemukan memakan biskuit ini akan mengaktifkan lebih banyak neuron dalam otak tikus yang berfungsi sebagai pusat kesenangan dibandingkan dengan narkoba.
"Penelitian kami mendukung teori bahwa makanan tinggi lemak / tinggi gula merangsang otak dengan cara yang sama seperti yang dilakukan narkoba," kata Profesor Neuroscience Joseph Schroeder dalam siaran pers sekolah.
"Ini mungkin menjelaskan mengapa beberapa orang tidak bisa menolak makanan ini meskipun fakta bahwa mereka tahu dampak buruk dari makanan tersebut bagi mereka."
Memakan biskuit Oreo akan mengaktifkan lebih banyak neuron dalam otak yang berfungsi sebagai pusat kesenangan.
Mahasiswa di balik penelitian mengatakan ia ingin mengeksplorasi bagaimana makanan dengan kadar lemak dan gula tinggi berkontribusi pada obesitas masyarakat berpenghasilan rendah.
"Meskipun kita mengaitkan bahaya kesehatan yang signifikan dalam mengambil obat-obatan seperti kokain dan morfin, makanan tinggi lemak / tinggi gula dapat hadir bahkan lebih bahaya karena aksesibilitas dan keterjangkauan mereka," kata Jamie Honohun.