Liang Lahad Berisi 24 Korban 1965 Ditemukan, 8 Nama Teridentifikasi

Dia pun akhirnya bisa merasa lega karena berhasil mendapati makam orangtuanya setelah pencarian selama puluhan tahun.

KOMPAS.com/NAZAR NURDIN
Makam 24 orang eks korban 1965 ditemukan di Dusun Plumbon, Kelurahan Wonosari, Kota Semarang. Dua makam tersebut kini telah diberi penanda nisan oleh masyarakat. 

TRIBUNSUMSEL.COM, SEMARANG — Penemuan dua liang lahad yang diduga berisi 24 jasad korban peristiwa 1965 di Kota Semarang menimbulkan simpati mendalam. Dari jumlah tersebut, hanya sebagian kecil yang telah diketahui identitasnya.

Saat proses pemasangan nisan di atas liang lahad, hanya delapan orang yang tercatat dengan nama-nama. Delapan nama-nama itu antara lain, Moutiah, Sosatjo, Darsono, Sachroni, Joesef, Seekandar, Doelkhamid, Soerono. Sisanya dituliskan "lain-lain".

Dua liang lahad tersebut ditemukan warga di Dusun Plumbon, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Liang lahad itu berada di lahan milik negara, yakni milik Perum Perhutani Kantor Pemangku Hutan Wilayah Kendal, Jawa Tengah.

"Kalau menurut Mbah Sumar, karena beliau yang menggali lubang makam ini, katanya ada 12 orang. Namun, menurut warga, ada 24 orang," ujar Lilik Wiliarjo atau yang disapa Mbah Kelik, tokoh Dusun Plumbon yang juga penjaga makam, Senin (1/6/2015).

Kesimpangsiuran nama-nama korban terjadi karena tidak banyak sanak keluarga yang tahu tentang makam korban 1965 yang ada di Dusun Plumbon. Hanya sedikit yang tahu hingga menyempatkan diri untuk berziarah.

Saat proses pemasangan nisan pada Senin siang ini, ternyata ada anggota keluarga lain yang turut datang walaupun nama jenazah saudaranya tak tertulis dalam nisan.

Mereka ingin menyaksikan proses pemasangan nisan untuk keluarga yang telah tewas tersebut. Salah satunya korban yang dimakamkan, tetapi tanpa identitas nama, adalah Sri Widodo. Anak Sri Widodo, Sri Murtini, hadir menyaksikan proses tersebut. Tidak lupa, dia mengucap doa-doa untuk almarhum ayahnya.

"Bapak saya dulu kepala SD di Pekuncen, Kendal. Dulu, setelah diambil, tidak pulang lagi. Enggak tahu di mana. Sekarang sudah tahu, ada makamnya. Kami sangat berterima kasih," ujar Sri sambil terisak.

Dia pun akhirnya bisa merasa lega karena berhasil mendapati makam orangtuanya setelah pencarian selama puluhan tahun. Kelegaannya terlihat dari air mata yang jatuh saat proses pemasangan nisan berlangsung hingga usai. "Saya senang sekali. Saya ndak tahu jasad bapak dari dulu. Akhirnya bisa ketemu," kata dia.

Selain Sri, sejumlah warga dan tokoh masyarakat mengiringi proses tersebut. Warga berharap agar makam yang berada di lahan Perhutani ini bisa dibangun secara layak sebagai penanda sejarah kelam masa lalu. (Kontributor Semarang, Nazar Nurdin)

Sumber: Kompas
Tags
Semarang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved