Syafii Maarif: Masalah Selesai Jika Presiden Punya Nyali Seperti Rajawali

Kontroversi pengajuan BG sebagai calon Kapolri telah memicu dunia perpolitikan Indonesia yang semakin liar dan ganas, di internal Polri sendiri sudah

Warta Kota/henry lopulalan
Mantan Ketua PB Muhamadiyah Ahmad Syafii Maarif 

TRIBUNSUMSEL.COM - Awal tahun 2015 rakyat Indonesia disuguhkan dengan kegaduhan politik yang diawali dengan pengusulan Komisaris Jendral Budi Gunawan (BG) melalui pertimbangan DPR oleh presiden sebagai calon Kapolri.

Namun yang menjadi awal titik permasalahan saat BG sebelum dibicarakan di DPR telah ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus rekening gendut dan gratifikasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Permasalahan tersebut ternyata membawa dunia perpolitikan Indonesia ke arah yang tidak jelas, seperti sebuah benang kusut yang tidak kelihatan ujungnya.

Menurut Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif yang dikutip dari Kompas mengatakan "DPR seharusnya bertindak lebih cermat dalam menetapkan calon Kapolri, atau DPR memang sengaja meloloskan BG sehingga dunia perpolitikan di Indonesia semakin keruh".

Dalam tulisannya Ahmad Syafii Maarif juga mengatakan "Kontroversi pengajuan BG sebagai calon Kapolri telah memicu dunia perpolitikan Indonesia yang semakin liar dan ganas, di internal Polri sendiri sudah terjadi saling sikut dan saling mengintai, bahkan seorang polisi dengan pangkat Komjen dituduh berkhianat oleh koleganya sendiri tanpa mengetahui letak penghianatan tersebut".

Sementara itu penetapan tersangka kepada BG oleh KPK ternyata juga menimbulkan konflik yang panjang, sejumlah anggota kepolisian pendukung BG yang dipimpin oleh Kabareskrim Budi Waseso melakukan perlawanan terhadap KPK dan mulai merancang pembumihangusan terhadap KPK.

Diawali dengan ditangkapnya Komisioner KPK Budi WIdjojanto (BW) seperti seorang teroris dan penetapan tersangka terhadap Abraham Samad (AS) oleh Bareskrim karena kasus pemalsuan dokumen semakin memperjelas posisi KPK yang semakin tersudut.

Dalam permasalahan ini, terutama "perang Polri-KPK" peran RI 1 sangat diharapkan untuk mendinginkan suasana gejolak di negeri ini, namun RI 1 sepertinya kesulitan bergerak karena cengkraman parpol pendukungnya.

Dalam tulisannya Ahmad Syafii Maarif pernah mengirimkan sebuah pesan singkat kepada seorang pejabat senior di Kepolisian Republik Indonesia

"Kepada seorang komisaris Jendral Senior pada Kamis 5 Februari pukul 14.43, saya (Ahmad Syafii Maarif) mengirim SMS yang bunyinya "Jendral mohon berbuat maksimal untuk selamatkan KPK dan Polri yang muaranya menyelamatkan masa depan bangsa ini". Sekitar dua menit kemudian datanglah balasan "Siap Prof semua tergantung RI 1 dan Parpol",".

Dari percakapan singkat tersebut bisa disimpulkan, RI 1 sulit bergerak karena sudah tersandera oleh kepentingan partai politik pendukungnya.

Dalam tulisannya yang berjudul "Politik Kusut Masai" Ahmad Syafii Maarif memberikan solusi sederhana dalam penyelesaian konflik ini.

"Masalah ini tidaklah begitu besar dan tidak terlalu rumit dan bisa diselesaikan asalkan Presiden dengan Nyali seekor elang rajawali segera memilih dan mengusulkan Kapolri baru yang dalam rekam jejaknya hanya terdapat sedikit bintik hitam. Kapolri baru itu wajib menghentikan seluruh Kriminalisasi terhadap KPK yang berlangsung sistematis pada minggu-minggu terakhir ini".

"Saya percaya RI 1 sudah sangat paham mengenai benang-benag kusut dala duni perpolitikan di negeri ini dan lambat laun semuanya akan terurai dengan sendiri,".

Diambil dari tulisan mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah diterbitan kompas edisi 17 Februari 2015.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved