Kisah Penjagal yang Sudah Biasa Ditendang Sapi
menjadi penjagal itu tidak mudah karena harus mempertaruhkan nyawa setiap menyembelih hewan.
TRIBUNSUMSEL.COM, MAKASSAR - Menjadi seorang penjagal atau penyembelih sapi adalah kebanggaan tersendiri bagi Alim Daeng (dg) Tiro. Pria kelahiran 12 Oktober 1975 ini, mengaku enjoy menjalankan pekerjaan yang dilakoninya mulai tahun 1993 sampai sekarang.
Lelaki yang akrab disapa Daeng Tiro ini mengungkapkan, menjadi penjagal itu tidak mudah karena harus mempertaruhkan nyawa setiap menyembelih hewan. Beberapa rekannya sesama penjagal sapi di kawasan Rumah Pemotongan Hewan RPH Tamangapa Makassar yang berlokasi di Kampung Pammolongang banyak yang meninggal dunia, akibat ditendang sapi yang hendak dipotong.
"Alhamdulilah saya masih hidup ji, padahal kalau dipikir tendangan sapi yang mau saya sembelih tidak bisa mi lagi dihitung," ujar dia sembari tertawa sambil menggelengkan kepala, Kamis (2/10/2014) kemarin.
Menjadi penjagal adalah keahlian warisan dari buyut Dg. Tiro. Mulai dari kakek, bapak, dan semua pamannya adalah seorang penjagal hewan. Keluarga besarnya memang berdomisili di sekitar kawasan RPH di Tamangapa Kecamatan Manggala.
Sejak kecil dia sudah hidup di RPH, dan ikut menemani kakeknya melihat langsung proses penyembelian hewan tersebut. Dalam kesehariannya, seorang penjagal RPH Tamangapa dituntut datang ke RPH untuk menyembelih hewan. Penyembelihan dimulai sejak pukul 01.00 wita dini hari, hingga 06.00 wita pagi.
Setiap hari, Tiro mengaku bisa menyembelih sekitar 20 ekor per hari, dan paling sedikit 10 ekor per hari. "Kalau saya kalkulasikan, dalam sebulan sekitar dua jutaan gajiku," tambah dia.
Biasanya, menjelang momen Hari Raya Idul Adha beberapa warga sekitar rumahnya sering memanggilnya untuk menyembelih hewan kurban. "Kalau diminta untuk penyembelih hewan kurban, saya lakukan semata-mata ibadah, saya tidak tuntut upah di sini," kata Tiro.
Namun, rasa tegang timbul justru timbul di setiap dia menyembelih sapi di saat kurban. Sebab penyembelihan dilakukan di lapangan, atau ruang terbuka yang sangat rawan pagi penjagalnya. Sedangkan di RPH para penjagal hanya di dalam ruangan.
Dia mengatakan, menyembelih sapi tidak bisa dikatakan mudah, seperti yang dilihat secara kasat mata. Tiro mengaku, sebelum menyembelih sapi, dia tak pernah lupa pesan dan amanah dari buyutnya, untuk membaca doa sebelum mengiris leher sapi. "Dengan doa Bismillahirahmani rahim, lalu membaca Allahu Akbar... empat kali," ujar dia.