Elpiji 12 Kg Naik, Pengusaha Tempe Beralih Ke Kayu Bakar

para konsumen kebanyakan masih pikir-pikir untuk membeli barang yang harganya mengalami kenaikan.

Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM/M A FAJRI
Seorang sedang membeli gas elpiji 12 kg di agen elpiji PT Dwi Ola Jalan Kapten A Rivai Palembang, Rabu (10/9/2014). Mulai kemarin harga elpiji 12 kg mengalami kenaikan dari harga semula Rp 91.900 menjadi Rp 112.600 

TRIBUNSUMSEL.COM, PROBOLINGGO – Kenaikan tabung gas elpiji 12 kg membuat pengusaha UKM dan PKL kelabakan. Sebab, kenaikan itu akan mempengaruhi harga produk yang mereka jual. Sebab, para konsumen kebanyakan masih pikir-pikir untuk membeli barang yang harganya mengalami kenaikan.

Salah satu pengusaha yang terpengaruh dengan kenaikan itu adalah Abdul Qodir, pembuat tempe di Kelurahan Pilang, Kota Probolinggo, Jawa Timur. Menurut dia, kenaikan elpiji itu membuatnya memutar otak untuk memasang strategi penjualannya.

Menaikkan harga tempe jelas berisiko, sementara mengurangi ukuran tempe juga berisiko. Untuk memproduksi tempe, dirinya mengaku menggunakan bahan bakar tabung gas elpiji. Namun, untuk mengimbangi adanya kenaikan harga tersebut, kini ia beralih menggunakan bahan bakar dari kayu.

“Kita beralih bahan bakar produksi itu untuk mengimbangi biaya pengeluaran. Kalau menggunakan elpiji yang 12 kg, jangankan impas, kita saja sudah pasti rugi. Dengan mengggunakan kayu bakar, biaya produksi bisa ditekan,” katanya, Sabtu (13/9/2014).

Jika tidak beralih bahan bakar, imbuh dia, akan berpengaruh terhadap harga tempe di pasaran. Sementara, dengan menaikkan harga tempe di pasaran, ia masih berpikir dulu. Karena nanti akan berimbas terhadap pelanggan.

Sedangkan PKL penjual nasi goreng di sekitar alun-alun Kota Probolinggo bernama Badri, terpaksa mengganti elpiji 12 kg menjadi elpiji 3 kg. Kalau terus menggunakan elpiji 12 kg, pelanggannya bisa kabur. Elpiji ukuran 3 kg membuatnya bisa menjual nasi goreng dengan harga tetap, Rp 7.000 per porsi.

Tak hanya pengusaha tempe dan PKL, ibu-ibu rumah tangga yang menggunakan elpiji 12 kg kini ramai-ramai menggunakan elpiji 3 kg. Salah satu pemilik toko di Jl Cempaka Kelurahan Sukabumi, Farid, sepekan terakhir banyak warga yang mencari gas elpiji 3 kg.

“Konsumen yang beralih ke elpiji 3 kg itu, karena mereka menggap kenaikan harga tersebut terlalu mahal. Sehingga, langkah alternatif menghadapi kenaikan tersebut dengan cara beralih elpiji yang lebih kecil. Saya sering kehabisan stok elpiji 3 kg,” jelasnya.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved