Citizen Reporter
Hipotesis Saya Ini Tanduk Unicorn
SUDAH sejak tahun 1990 saya memegang tanduk berwarna hitam ini. Tanduk ini saya dapat dari seorang bernama Haji Daud
Editor:
Prawira Maulana
Laporan Syamsul Alwi, Dosen Universitas Sriwijaya
SUDAH sejak tahun 1990 saya memegang tanduk berwarna hitam ini. Tanduk ini saya dapat dari seorang bernama Haji Daud yang kini sudah berumur 90 tahunan. Haji Daud mengungkapkan ia mendapatkan tanduk ini dari sebuah Suku Rimba tertutup yang tinggal di Bukit Bulan, perbatasan Jambi dan Lubuklinggau, Sumatera.
Mulanya saya tak tahu ini tanduk apa. Saya yakin ini bukan tanduk badak, bukan pula kerbau atau hewan bertanduk biasa lainnya. Sampai suatu ketika saya membaca sebuah buku berjudul Sumatera Tempo Doloe (Dari Marco Polo sampai Tan Malaka) karangan Anthony Reid.
Dalam buku itu diceritakan, Marco Polo yang saat itu berusia 17 tahun bersama pamannya menetap selama lima bulan di Aceh, tepatnya di Peurluak (baca Perlak) Aceh Timur. Di sana, Marco Polo dalam catatannya menjumpai hewan yang aneh. "Hewan itu memiliki tanduk di tengah-tengah kening. Mereka tidak mennyerang dengan tanduk melainkan dengan lidah dan lutu. Lidah mereka dilengkapi dengan duri tajam dan panjang sehingga ketika ingin melukai siapapun, mula-mula mereka akan melukai orang itu dengan cara berlutut di atasnya lalu mengoyakkan dengan lidah. Mereka mempunyai kepala menyerupai babi hutan," tulis buku itu. Hewan itu bukan badak sumatera. Hewan itu kemudian disebut Marco Polo sebagai Unicorn.
Menurut catatan Marco Polo, Unicorn adalah mahluk yang kasar buruk rupa dan tak enak dilihat. "Mereka sama sekali tak seperti yang kita gambarkan, yakni ketika kita mengkaitkan dengan cerita bahwa mereka akan membiarkan dirinya ditangkap para perawan," tulis buku itu lagi.
Dari sini saya mempunyai hipotesa awal bahwa cula, gading atau tanduk yang saya miliki ini berasal dari hewan unicorn. Marco Polo pernah ke Sumatera dan menemukan hewan itu.
Kenapa saya sebutkan hipotesa? Karena memang kesimpulan saya ini masih dini. Apalagi belum ada uji leboratoriumnya. Saya menganggap ini hipotesis yang masih bisa dibantah. Karena itu saya mengundang orang-orang yang tertarik untuk mendebatkan hipotesis saya.
Saya mengulas soal benda yang saya miliki ini dan mengirimkannya ke Tribun Sumsel karena saya sempat membaca Tribun pernah menurunkan berita soal penemuan kuburan Unicorn di Pyongyang Korea Utara. Saya tertarik untuk menyampaikan fakta yang saya miliki.
Berita Terkait