Pilgub DKI
Bisa Terjadi di Sumsel
Partai kecil bisa saja meraup suara optimal pemilih dengan memanfaatkan ketokohan individu tertentu.
Kemenangan kader PDI Perjuangan, Joko Widodo, dalam hitung cepat berbagai Lembaga Survei pada Pemilukada DKI Jakarta akan berpengaruh terhadap emosional seluruh kader partai berlogo banteng ini, tidak terkecuali kader partai yang berada di daerah, termasuk Sumatera Selatan.
Euforia pelampiasan kader partai atas kemenangan jagoannya di DKI Jakarta mulai dilakukan di daerah-daerah. Kegembiraan kader ini hal yang wajar. Kesuksesan pasangan Joko Widodo- Basuki Tjahaja Purnama membuktikan kekuatan partai bukanlah segala-galanya. Dua partai kecil di DKI Jakarta mampu mengalahkan mesin enam partai besar yang mendukung pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.
Kondisi serupa bisa saja terjadi di Sumsel atau Palembang yang segera menggelar helat Pesta Demokrasi, Pemilukada. Partai kecil bisa saja meraup suara optimal pemilih dengan memanfaatkan ketokohan individu tertentu.
Partai harus berani mematahkan pakem yang mewajibkan calon yang diusung berasal dari kader, jika diketahui ada figur di luar partai yang bisa menyatukan suara pemilih, dengan kharisma yang merakyat.
Kemungkinan itu dapat terjadi apabila tidak ada kader partai yang mampu mengambil hati masyarakat sebagai pemilih, sehingga elektabilitas calon menjadi rendah.
Faktor yang membedakan hanya tingkat pendidikan masyarakat Jakarta yang lebih tinggi. Faktor ketokohan yang dapat mengambil hati seluruh elemen masyarakat juga dapat terjadi di sini.
Partai harus berani melirik calon yang diusung berasal dari luar kader kalau figur tersebut dinilai mampu menarik hati masyarakat dengan program yang realistis dan merakyat, kendati tidak memiliki modal yang cukup untuk memperoleh kendaraan politik. Saat ini untuk di Sumsel, tokoh itu masih ada, tinggal bagaimana parpol melihat peluang itu.
Euforia pelampiasan kader partai atas kemenangan jagoannya di DKI Jakarta mulai dilakukan di daerah-daerah. Kegembiraan kader ini hal yang wajar. Kesuksesan pasangan Joko Widodo- Basuki Tjahaja Purnama membuktikan kekuatan partai bukanlah segala-galanya. Dua partai kecil di DKI Jakarta mampu mengalahkan mesin enam partai besar yang mendukung pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.
Kondisi serupa bisa saja terjadi di Sumsel atau Palembang yang segera menggelar helat Pesta Demokrasi, Pemilukada. Partai kecil bisa saja meraup suara optimal pemilih dengan memanfaatkan ketokohan individu tertentu.
Partai harus berani mematahkan pakem yang mewajibkan calon yang diusung berasal dari kader, jika diketahui ada figur di luar partai yang bisa menyatukan suara pemilih, dengan kharisma yang merakyat.
Kemungkinan itu dapat terjadi apabila tidak ada kader partai yang mampu mengambil hati masyarakat sebagai pemilih, sehingga elektabilitas calon menjadi rendah.
Heterogenitas Palembang hampir sama dengan DKI Jakarta, sehingga apa yang terjadi di sana, juga tidak tertutup kemungkinan akan terjadi di Palembang.
Faktor yang membedakan hanya tingkat pendidikan masyarakat Jakarta yang lebih tinggi. Faktor ketokohan yang dapat mengambil hati seluruh elemen masyarakat juga dapat terjadi di sini.
Partai harus berani melirik calon yang diusung berasal dari luar kader kalau figur tersebut dinilai mampu menarik hati masyarakat dengan program yang realistis dan merakyat, kendati tidak memiliki modal yang cukup untuk memperoleh kendaraan politik. Saat ini untuk di Sumsel, tokoh itu masih ada, tinggal bagaimana parpol melihat peluang itu.
Rekomendasi untuk Anda