Cerita Khas Palembang

Asal Muasal Sekanak Kerihin Palembang, Kini Jadi Spot Selfie Baru Berwarna-warni

Jika datang ke kota Palembang, jangan lupa berkunjung ke Kawasan Sekanak Kerihin yang kini menjadi spot selfie terbaru di kota Palembang.

Penulis: Weni Wahyuny | Editor: Prawira Maulana
WENY WAHYUNI/TRIBUNSUMSEL.COM
Sungai Sekanak Kerihin. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Jika datang ke kota Palembang, jangan lupa berkunjung ke Kawasan Sekanak Kerihin yang kini menjadi spot selfie terbaru di kota Palembang.

Selain dapat menikmati bangunan tua bak kota tua Jakarta, kawasan yang patut didatangi pula adalah sungai Sekanak "Sekanak Bersolek" yang bisa dinikmati di sore hari sembari melihat keramaian kota Palembang.

Pemerhati Sejarah Kota Palembang, Rd Muhammad Ikhsan menerangkan Sekanak adalah daerah yang sangat familiar dengan masyarakat Palembang, satu kawasan yang dekat dengan beberapa bangunan tua.

Sementara Kerihin sesungguhnya berasa dari kosa kata bahasa Palembang lama yang pernah menjadi bahasa resmi kesultanan Palembang Darussalam yang artinya dahulu kala atau masa lalu yang sudah lama sekali.

Di kawasan Sekanak pula masih banyak peninggalan budaya masa lampau yang relatif kuat dari Gedung Jacobson van den Berg, jembatan sungai Sekanak, jejeran bangunan toko lama yang masih mengesankan suasana khas zaman lampau.

Juga ada rumah limas dan rumah panggung Palembang asli, eks bioskop Rex yang pernah berganti nama menjad Rosida Theatre, pabrik es, pergudangan karet dan sebagainya.

Yang tak kalah istimewa juga ada pabrik es PT Sekanak yang merupakan pabrik es tertua di kota Palembang berdiri tahun 1912.

Namun harus diketahui bahwa Sekanak Kerihin memiliki sejarah yang panjang dan menjadi saksi peristiwa penting di kawasan tersebut di zaman sebelum Indonesia merdeka.

Bangunan-bangunan kokoh yang sudah berdiri sejak saat itu seperti Benteng Kuto Besak, Kantor Walikota Palembang dan Masjid Suro serta Gedung Jacobson van den berg masih ada hingga detik ini.

Ia menjelaskan Sekanak yang sering disebut orang lama Guguk Depaten itu pada awalnya Sekanak adalah nama anak Sungai Musi yang bermuara di sekitar pasar Sekanak sekarang.

Alurnya meliuk-liuk hingga ke daerah ujung ulu di kawasan Talang Kelapa yang juga melampaui daerah Talang Bukit, Talang Lunjuk, Rawa kancil Putih, Lorok Pakjo, Sungai Sahang dan Macan Lindungan.

Nama-nama tersebut didapatinya dari dua peta lama Platte Grond van Palembang tahun 1897 dan 1919.

"Kemudian nama Sekanak lebih mengarah pada kawasan pasar Sekanak dan pertokoan lama dibangun sekitar tahun 1920 di kiri kanan jalan Depaten Baru. Untuk jalan Sekanak sendiri hanya melintasi ruas jalan di samping kantor walikota Palembang hingga simpang gedung Jacobson van den Berg dan eks gedung Balai Pertemuan," katanya yang juga tertulis di dalam bukunya 'Palembang dari Waktoe ke Waktu'.

Dalam peta lama yang dibuat Belanda saat hendak menyerang Palembang tanggal 27 Juni 1821, tampak sketsa areal rumah Pangeran Adipati Tua yang sangat luas di kiri kanan muara Sungai Sekanak. Sementara agak jauh ke ulu sungai Sekanak di sebelah kiri sekitar Soak Bato tersketsa pula areal kedalaman Sultan.

"Berdasarkan catatan sejarah tempat tersebut adalah istana kediaman Sultan Husin Dhiahuddin adik dari Sultan Mahmud Badaruddin II juga yang sudah dibumihanguskan oleh Belanda. Kemudian, sambungnya Sultan Husin Dhiahuddin beserta keluarga diasingkan Kolonial Belanda ke Jakarta," terangnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved