Review Bohemian Rhapsody: Ini Tentang Rami Malek Memerankan Freddie di Film Biografi Queen
Akting Rami di film Bohemian Rhapsody benar-benar menimbulkan kesan. Rasanya ia bukan hanya menirukan tapi benar-benar menjadi Freddy dengan nyaris s
Penulis: Prawira Maulana |
TRIBUNSUMSEL.COM - KATA "darling" memang kerap keluar dari mulut Freddie Mercury setiap kali ia menyelesaikan kalimat. Gaya khas gestur para selebriti Androgini untuk menyapa teman dan penggemarnya.Dan, saat Rami Malek mengucapkannya, oh, benar-benar mirip.
Meski sebatas wajah, tiga aktor lainnya yang berperan sebagai Brian May, Jhon Deacon dan Roger Taylor, juga tak kalah miripnya dengan para personel Queen. Tapi Rami lah bintang di film itu: Bohemian Rhapsody.
Akting Rami di film Bohemian Rhapsody benar-benar menimbulkan kesan. Rasanya ia bukan hanya menirukan tapi benar-benar menjadi Freddie dengan nyaris sempurna.
Sejak 31 Oktober lalu Bohemian Rhapsody tayang di bioskop tanah air. Kabarnya film ini menjadi film terlaris di mingu ini.
Dalam minggu pertama di Indonesia saja sudah meraup Rp 15,2 miliar dengan penayangan 402 layar.
Pemilihan Rami Malek sebagai Freddie ternyata tepat. Sebelumnya sempat diputuskan Sacha Baron Cohen yang bakal mengambil peran itu. Saya rasa Sacha juga sudah terlalu tua. Rami lebih kekinian.
Akting Rami di serial laris Mr Robot benar-benar mengangkat namanya. Sebagai penggemar garis level menengah dari Queen dan penggemar garis keras Mr Robot, saya tak mendapatkan kesan mendalam dari film Bohemian Rhapsody ini, selain geleng-geleng takjub dengan akting Rami Malek.
Tapi pendapat ini bisa jadi bias. Bias karena dorongan saya menonton Bohemian Rhapsody lebih karena ingin melihat Rami Malek berakting sebab ketidaksabaran menantikan season 4 serial Mr Robot yang baru rilis tahun depan. Tapi kalau boleh menyimpulkan, mungkin inilah juga dorongan yang membuat sebagian orang menonton.
Keberadaan Rami Malek di film itu benar-benar tepat, sangat pas. Ia bisa menghadirkan kembali Freddie. Kalau bukan dia, entah jadi seperti apa.
Sementara soal jalan cerita di film itu datar saja. Kesan yang muncul sama saja seperti saat saya menonton film-film semi dokumenter perjalanan band Queen dan Freddie Mercury yang sudah ada sebelumnya.
Bahkan sebagai film bergenre biografi dan referensi, film ini masih sangat kurang.
Ditambah lagi banyak distorsi yang tak sesuai fakta dengan realita aslinya. Kabarnya banyak fakta yang dipangkas agar cerita lebih cepat.
Alur film ini menurut saya terlalu cepat. Tema yang diambil terlalu besar. Kalau boleh saran, sebenarnya lebih menarik lagi jika sutradara Bryan Singer lebih mengangkat kehidupan percintaan Freddie.
Contohnya dengan Mary Austin yang dibilang sebagai teman sejatinya: Orang yang dipilih Freddie saat ajalnya makin dekat.
Tapi sebagai penggemar garis menengah, itulah yang saya rasakan dari film ini. Saya tak bisa membayangkan apa yang dirasakan para penggemar garis keras Queen dan Freddie. Terlebih lagi mereka yang besar dan menikmati musik Queen saat Freddie masih ada.
Saya yakin mereka lebih gondok lagi. Apalagi mereka yang ikut menangis saat Freddie meninggal dan setelah itu tak pernah disapa lagi dengan kata "darling."
Penulis: Prawira Maulana, Wartawan Tribun Sumsel, Penggemar Queen Garis Menengah.
