Breaking News

Tips Perbaiki Mood

Mood Jelek Melanda Saat Bekerja? Tips Ini Bantu Perbaiki Supaya Kerjaan Kantor Gak Berantakan

Baru saja sampai ruangan, sudah dimarahi bos. Kerjaan kemarin-kemarin terlihat masih bertumpuk.

Google/ Tribun Jatim
Mood Jelek Saat Bekerja 

TRIBUNSUMSEL.COM - Baru saja sampai ruangan, sudah dimarahi bos. Kerjaan kemarin-kemarin terlihat masih bertumpuk.

Teman di meja sebelah nanya-nanya melulu, dan kita lagi PMS pula. Oooh “indahnya” hari ini!

Mau marah, tapi, kok, belum jadi bos. “Aku enggak mood kerja lagi, apa aku resign aja ya, Mas?” keluh kita saat ditelepon suami.

Tapi, apa iya gara-gara mood kita lantas berani mengambil keputusan sedrastis itu? Gara-gara mood yang merupakan suasana hati yang temporer, kita mengambil keputusan yang tetap?

Baca: Lakukan 10 Tips Ini, Agar Kamu Aman Berkendara Saat Hujan, Nomor 5 Sering di Anggap Sepele

Tunggu dulu, toh mood tak selalu negatif (bad mood). Karena satu saat ia bisa juga menjadi positif.

Misal, karena mood sedang baik, bisa saja kita menyanyi sebagus Raisa. Namanya juga temporer, mood seseorang dapat berubah berdasarkan faktor eksternal dan juga internal.

Faktor internal yakni bisa berupa keadaan yang muncul dari dalam diri sendiri, misalnya sedang sakit, kelelahan, atau menstruasi.

Sedangkan faktor eksternal yakni lingkungan sekitar di mana kita berada.

Dalam urusan kantor, kita berada dalam lingkungan yang tidak hanya berinteraksi dengan sesama rekan kerja atau atasan, tetapi juga berhubungan dengan berbagai perlengkapan kantor.

Baca: WOW! Ternyata Sampah Hingga Knalpot Helikopter Bisa Jadi Alat Musik Berkat Tangan Seniman Ini

Hal-hal tersebut merupakan beberapa stimulus dari eksternal yang dapat mengubah mood. Misalnya, lagi deadline tiba-tiba komputer hang waduh, sudah pasti perubahan mood akan terjadi.

Karenanya, mood tak bisa dicegah apalagi dihilangkan. Yang ada, kita harus mengelolanya.

Saat bekerja seseorang memerlukan keterampilan dalam mengelola mood, karena ia merupakan bagian dari emosi yang mencakup perasaan subjektif (emotion as state) dan kesiapan untuk bertindak (action readiness).

“Kalau tidak terampil mengelola mood, maka bisa menjadi emosi yang intens. Tadinya cuma malas (bad mood) bisa ngambek besar, marah, dan bahkan emosi meledak, kira-kira
seperti itu. Itu semua karena adanya interaksi di tempat kerja,” jelas Dra. Tiwin Herman, M.Psi., konsultan karier dari PT Global Leadership Indonesia.

Baca: Waspadai Pasangan Kamu, 4 Zodiak Ini Paling Pandai Tutupi Perselingkuhannya

Jika hal ini terjadi, bisa saja di kantor Anda dikenal sebagai orang yang emosional, atau mungkin dicap sebagai orang yang baperan alias bawa perasaan.

Tentunya ini akan mengganggu hubungan dengan rekan kerja dan reputasi kita di tempat kerja.

Selain itu, bahayanya, bisa jadi memengaruhi kualitas kerja dan karier kita.

“Kalau emosi bisa mengganggu konsentrasi, ya. Jadi susah fokus sehingga tugas kantor mungkin bisa selesai tetapi tidak dengan kualitas yang diharapkan. Sedangkan pekerjaan, kan, biasanya harus memuaskan atasan. Kalau atasan atau pengguna jasa kita tidak puas, bisa-bisa enggak diterima kerjaannya sama pengguna jasa dan harus diulang. Nah, kalau terus-terus terjadi mungkin bisa memicu atasan kesal, evaluasi kerjanya bisa enggak bagus, dan berimbas kepada penurunan gaji atau pangkat,” ungkap Tiwin.

Menurut Tiwin, ketidakterampilan mengelola emosi juga dapat mengganggu keadaan mental.

Dalam arti bisa jadi emosi terus-menerus, tertekan, burn out, bahkan berpeluang depresi.

Baca: Film Indonesia Terbaru (3 Dara 2, Jaga Pocong, Dear Nathan Hello Salma), Tayang Hari Ini di Bioskop

Halaman
12
Sumber: TribunStyle.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved