HUT ke 73 RI

Kisah Pahlawan Akmal Habisi 1 Peleton Penjajah, Dikenang Sebagai Peristiwa Gunung Pasir

Monumen yang berdiri kokoh dengan dilengkapi relief yang terdapat di Desa Simpang Sender tepatnya di persimpangan

Editor: M. Syah Beni
SRIPO/ ALAN NOPRIANSYAH
Tugu Monumen Peninggalan Sejarah, yang berada di Simpang Sender, Jalan Raya Ranau (kiri), Pahlawan Akmal (kanan) 

TRIBUNSUMSEL.COM, MUARADUA-- Monumen yang berdiri kokoh dengan dilengkapi relief yang terdapat di Desa Simpang Sender tepatnya di persimpangan Desa Kota Batu dan Banding Agung menyisahkan kisah perjuangan rakyat Ranau saat mengusir penjajah Jepang dan Belanda.

Baca: Kisah Soeharto Diramal Jadi Presiden, Ibu Tien Tak Menyangka hingga Pak Harto Risau

Sebelum merdeka, kekalahan sekutu atas Jepang, membuat Jepang semakin merangsek menguasai kawasan Asia dengan mendarat di Indonesia tanggal 1 Maret 1942.

Jepang yang menggantikan kekuasaan Negara Belanda, telah menguasai Negara Indonesia selama lebih dari tiga setengah abad.

Baca: 17 Agustus 2018: Hut RI ke 73, Inilah Lagu Tema Perjuangan Bangkitkan Semangat

Di tanah air pasukan Jepang tersebar di tiga wilayah, Pulau Sumatera, wilayah Pulau Jawa Madura, dan wilayah Kalimantan, Sulawesi serta Nusa Tenggara.

Di Sumatera bagian Selatan, kala itu Jepang masuk ke wilayah Ranau dengan melewati jalur Liwa.

Di bawah kepemimpinan pasukan tentara ke-25, yang berpusat di Bukit Tinggi.

Melihat perkebunan teh yang berada di wilayah Ranau atau tepatnya di perkebunan kopi yang ada di Desa Sipatuhu, serta tembakau yang ada di tepian Danau Ranau dan Gunung Raya menjadi daya tarik pasukan jepang masuk daerah Ranau.

Baca: Kesal dengan Pesan di Grup WhatsApp, Bungkam Pakai Cara Ini, Mereka Tak Akan Protes

Akibatnya warga setempat berusaha mengusir para penjajah.

Diantara sekian banyak pahlawan yang berjuang mengusir penjajah terdapat seorang yang paling dikenal, yaitu Pahlawan Akmal seorang pemuda kelahiran Desa Pagar Dewa yang saat ini menjadi Kecamatan Warkuk Ranau Selatan (WRS).

Di zaman penjajahan Belanda, Akmal dikenal sebagai tokoh terpelajar, ia pernah mengenyam pendidikan sekolah Al Azhar di Batavia, dengan teman satu angkatan Tokoh HOS Cokroaminoto dan Haji Agus Salim.

Pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945, Akmal pulang ke Ranau dengan mendirikan sebuah sekolah Madrasah di Pagar Dewa.

Baca: Kaya Raya di Usia Muda, 3 Gaya Kehidupan Al Ghazali Ini Jadi Sorotan Publik Usai Bikin Heboh

Pahlawan Akmal memang telah berpikiran maju dengan mengutamakan pendidikan bagi kaum wanita.

Saat ini anggota keluarga Pahlawan Akmal yang masih hidup putri bungusunya Kamila, yang telah berusia 72 tahun.

Diceritakannya saat itu ayah Akmal gugur dibunuh dengan kejam oleh pasukan Jepang, ia tengah berusia 4 bulan dalam kandungan.

Kisah tentang ayahnya Akmal, didapatnya melalui ibunya Siti Aisyah, Ilmu pendidikan ayahnya di Batavia di salurkan di Madrasah Ranau.

Baca: Begini Respon Ruhut Sitompul usai Mahfud MD Bocorkan Ancaman Maruf Amin soal Dukungan NU

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved