Nak, Mau Ikut Abi dan Umi Gak ke Surga ? Gak Sakit Kok, Tinggal Pencet Tombol Ini
Kehidupan para teroris kini menjadi salah satu topik yang ramai dibicarakan.
TRIBUNSUMSEL.COM- Kehidupan para teroris kini menjadi salah satu topik yang ramai dibicarakan.
Apalagi setelah terjadi kasus bom bunuh diri di Surabaya pada Minggu (13/5/2018) lalu.
Bom bunuh diri itu membuat masyarakat kaget karena kembali dilakukan di gereja dan markas polisi.
Tak hanya itu saja. Untuk pertama kalinya, bom bunuh diri itu dilakukan oleh 2 keluarga dan melibatkan wanita serta anak-anak.
Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan.
Bagaimana bisa para teroris itu sengaja mengorbankan anaknya sendiri untuk mati dalam bom bunuh diri?

KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG
Mantan teroris Al Qaeda, Sofyan Tsauri yang juga seorang mantan anggota Brimob Polri mengungkapkan pandangannya mengenai hal ini.
Dalam acara Pagi-Pagi Pasti Happy edisi 18 Mei 2018, Sofyan memaparkan bahwa anak-anak itu kemungkinan tidak sadar, namun didoktrin oleh orang tuanya.
Ia kemudian memberi contoh doktrin itu.
"Saya yakin mereka tak kuasa menolak hal ini. Misalnya begini: 'Nak, mau nggak kamu ikut Abi dan Umi ke surga? Nggak sakit kok. Cuma tinggal pencet tombol ini, maka kita sudah terbang dan kita ke surga," kata Sofyan.
Sofyan menjelaskan bahwa anak-anak itu sangat yakin mereka akan masuk surga bersama orang tuanya.

"Pertama seseorang terpapar biasanya melalui ayahnya. Lewat pergaulan ayahnya, lalu dia mengajar kepada istrinya baru anak-anaknya," jelasnya.
Lalu sang ayah akan mengajak anak-anaknya menonton film jihad sampai mendengar petasan agar sang anak tidak kaget.
Semua itu dulunya dilakukan Sofyan demi mendoktrin anak-anaknya.
Namun ia akhirnya tidak mau melanjutkannya dan menarik semua film jihad setelah merefleksikan perilakunya selama di penjara.