Teknologi Canal Blocking Berbahan Karet Alam Bisa Atur Level Air di Lahan Gambut
Penurunan emisi CO2 (karbondioksida) di lahan gambut dengan pengaturan tata kelola air menggunakan water level-canal blocking
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Penurunan emisi CO2 (karbondioksida) di lahan gambut dengan pengaturan tata kelola air
menggunakan water level-canal blocking berbasis komposit karet alam, ditemukan oleh Pusat Penelitian Karet bersama Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)-Bappenas.
Hal itu juga sebagai teknologi untuk mitigasi bencana kebakaran di lahan gambut.
Direktur Pusat Penelitian Karet, Dr Karyudi menjelaskan, Indonesia memiliki 15 juta hektare lahan gambut yang ada di Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Tentunya sekitar 5 juta hektare bisa dimanfaatkan untuk perkembangan perkebunan maupun pertanian.
Namun yang jadi momok menakutkan, bila tidak diantisipasi maka menyebabkan kebakaran lahan dan hutan.
Baca: Serunya Asian Games Goes to School, Berhasil Masukkan Bola akan Dapat Kaos
"Selain kebakaran seperti El Nino 2015, tentunya bisa menyebabkan peningkatan emisi CO2,
sehingga teknologi canal blocking berbasis karet alam sangat perlu," ujar dia saat kegiatan Seminar yang diikuti oleh perusahaan perkebunan, akademisi dan media massa, Senin (7/5/2018).
Teknologi canal blocking berbasis komposit karet alam merupakan teknologi pengembangan konstruksi canal blocking konvensional.
Teknologi karet alam mampu mengatur tata kelola air dengan baik melalui water level.
"Water level dalam konstruksi dapat mendrainasekan kelebihan air saat musim hujan dan menahan air saat musim kemarau," katanya.
Ia menerangkan, keunggulan penerapan canal blocking berbasis komposit alam yaitu pengaturan tata kelola air lebih baik,
Baca: 3 Saudara Muslim, Shandy Aulia Beberkan Arti Iman Menurut Dirinya Agar Tetap Harmonis!
tingkat keawetan lebih tinggi, tahan air masam, desain kedap air dan konstruksi lebih kuat.