Berita Palembang
Semangat Lawan Stunting, BKKBN Sumsel Ajak Ribuan Orang Tua Asuh Jalankan GENTING
Sebagai bentuk apresiasi dan refleksi satu tahun perjalanan Genting, Tribunnews bersama BKKBN menggelar Talkshow Solidaritas Genting.
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Shinta Dwi Anggraini
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Sebagai bentuk apresiasi dan refleksi satu tahun perjalanan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING), Tribunnews bersama Kemendukbangga/BKKBN dan mitra strategis menggelar Talk Show Solidaritas GENTING dengan tajuk "Tumbuh Tanpa Batas" di Studio I Kompas TV, Menara Kompas, Jakarta.
Untuk itu Kepala Perwakilan BKKBN Sumsel dr. Arios Saplis beserta jajaran turut serta nonton bareng (Nobar) di Kantor BKKBN Sumsel.
"Terima kasih kepada Tribun Network yang telah menjadi mitra strategis dalam menyebarkan semangat solidaritas ini," kata Dokter Arios saat di Kantor BKKBN Provinsi Sumsel, Rabu (15/10/2025).
Dokter Arios menjelaskan, GENTING adalah sebuah gerakan nasional yang diinisiasi oleh Kemendukbangga/BKKBN.
Ini bukan sekadar program, tetapi merupakan wujud nyata dari semangat gotong royong bersama untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia
"Gerakan ini menghubungkan Orang Tua Asuh (OTA) yang bisa berasal dari BUMN, BUMD, swasta, perorangan, komunitas, hingga akademisi dengan Keluarga Berisiko Stunting (KRS), yaitu keluarga dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan anak baduta (0-23 bulan) dari keluarga berpenghasilan rendah," katanya.
Mengapa progam ini penting? Karena stunting, yaitu kondisi terganggunya pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi kronis, bukan hanya soal fisik yang pendek.
Stunting membatasi potensi terbaik anak-anak, membatasi kecerdasan dan masa depan mereka. GENTING hadir untuk memastikan setiap anak Indonesia bisa "Tumbuh Tanpa Batas", mencapai tinggi badan dan kecerdasan optimalnya.
"Bentuk dukungannya konkret, kami tidak hanya memberikan Bantuan Nutrisi bernilai minimal Rp 15.000 per hari per orang selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), tetapi juga Bantuan Lingkungan Sehat Layak Huni seperti perbaikan rumah, jamban sehat, dan akses air bersih, serta pendampingan dan edukasi berkelanjutan," katanya.
Menurutnya, pada tahun 2025 ini, target sasaran GENTING untuk Sumsel adalah 29.272 keluarga.
Namun, dengan semangat kolaborasi yang tinggi, capaiannya kini telah melampaui target sebesar 196,4 persen atau 57.491 keluarga telah merasakan manfaat dari program ini.
"Sebanyak 859 mitra yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat telah bergerak bersama. Ini adalah bukti nyata solidaritas kita. Keberhasilan ini adalah hasil kerja keras semua pihak dari Tim Pengendali di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan dan desa, serta para Kader DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting), dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang berada di garis terdepan," katanya.
Dokter Arios mengatakan, untuk pegawai di BKKBN Sumsel juga turut serta.
Sebanyak 1.106 ASN (PNS dan PPPK) di BKKBN Sumsel menjadi orang tua asuh.
Jadi ada beberapa skema yang bisa dipilih sesuai kemampuan masing-masing.
Skema pertama 1 orang untuk 1 orang anak asuh dengan memberikan Rp 15 ribu per hari selama tiga bulan.
Lalu bisa juga 3 orang untuk memberi nutrisi 1 anak asuh, jadi Rp 15 ribu tadi dibagi tiga untuk tiga bulan.
Kemudian bisa juga enam orang untuk 1 anak asuh, jadi dibagi 6 dan ada juga yang dibagi 9 disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Oleh karena itu, melalui momentum talk show yang sangat baik ini, ia pun ingin mengajak seluruh elemen masyarakat Sumsel. Mari perluas kepedulian.
Mari sukseskan edukasi. Pemahaman tentang gizi, pola asuh, dan sanitasi adalah kunci pencegahan stunting yang berkelanjutan.
Mari jaga semangat kolaborasi ini. Hanya dengan bergandengan tangan, kita dapat memastikan tidak ada satu pun anak di Bumi Sriwijaya ini yang tumbuh dengan keterbatasan.
Mari wujudkan generasi penerus Sumatera Selatan yang sehat, cerdas, kuat, dan benar-benar Tumbuh Tanpa Batas.
"Setiap dari kita bisa menjadi Orang Tua Asuh, memberikan dukungan baik berupa dana, pengetahuan, maupun waktu untuk mendampingi keluarga berisiko," katanya
Sementara itu Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Dr. Wihaji, S.Ag., M.Pd sebagai keynote speaker menjelaskan, filosofi dan tujuan utama di balik lahirnya GENTING berakar pada nilai gotong royong, solidaritas sosial, dan tanggung jawab bersama dalam membangun generasi Indonesia yang sehat dan unggul.
"Filosofi dasar gerakan GENTING, Gotong Royong sebagai Jati Diri Bangsa. Gerakan ini merefleksikan semangat "gotong royong untuk masa depan anak bangsa" di mana seluruh elemen masyarakat, pemerintah, swasta, tokoh masyarakat, dan individu ikut ambil bagian membantu keluarga yang rentan stunting," katanya.
Lalu, kedermawanan dan kepedulian sosial. GENTING menghidupkan kembali tradisi “orang tua asuh” yang telah lama hidup dalam budaya Indonesia, membantu tanpa pamrih untuk menciptakan kesejahteraan bersama.
Filosofinya adalah “yang mampu membantu yang membutuhkan” agar tidak ada anak tertinggal dalam tumbuh kembangnya.
Berdasarkan Indek Kedermawanan Dunia (WGI) orang Indonesia merupakan individu yang paling dermawan sedunia. Predikat ini telah disandang Indonesia selama 7 tahun terakhir. Salah satu indikatornya, sebanyak 6 – 7 dari 10 orang Indonesia mau membantu orang lain meskipun tidak mengenal.
Kemudian, pembangunan manusia berbasis nilai kemanusiaan.
GENTING menekankan bahwa pembangunan manusia bukan hanya urusan negara, tetapi urusan kemanusiaan. Setiap anak berhak atas gizi, pendidikan, dan kasih sayang yang layak agar dapat tumbuh menjadi generasi emas 2045.
"Tujuan utama GENTING yaitu mencegah dan menurunkan angka Stunting. Melalui dukungan langsung (materi, pangan bergizi, edukasi, pendampingan) kepada keluarga berisiko stunting. Prioritas utama adalah intervensi spesifik dan sensitif dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bagi KRS desil 1," katanya.
Lalu, menggerakkan partisipasi publik dan dunia usaha dengan mengajak masyarakat, tokoh agama, media, komunitas, dan sektor swasta menjadi bagian aktif dalam pengasuhan anak dan pemberian gizi seimbang.
"Menumbuhkan kesadaran bahwa stunting adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah. Memperkuat jejaring antar pihak (Kemendukbangga, kementerian terkait, dan masyarakat) untuk kolaborasi berkelanjutan," katanya.
Kemudian, mendorong kemandirian dan keberlanjutan gerakan gerakan ini tidak hanya bersifat karitatif (bantuan), tetapi diarahkan agar keluarga asuh dan keluarga binaan sama-sama berdaya.
Ada proses pendampingan, edukasi, dan pemberdayaan agar keluarga penerima bantuan mampu mandiri secara ekonomi dan gizi.
"Nama GENTING sendiri menyimbolkan situasi darurat yang perlu segera diatasi bahwa stunting adalah keadaan genting bagi masa depan bangsa. Gerakan ini hadir sebagai respon moral dan sosial terhadap ancaman hilangnya satu generasi produktif, sekaligus wujud nyata cinta terhadap anak bangsa," katanya.
Sementara itu menurutnya, dampak dari program GENTING dapat menurunkan prevalensi. Prevalensi stunting menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) turun dari 21,5 persen pada 2023 menjadi 19,8 persen pada 2024.
Target pemerintah melalui Bappenas adalah menurunkan ke 18 persen pada tahun 2025.
Cakupan Program dan Bantuan
Hingga 1 Oktober 2025, Genting telah menjangkau 1,2 juta anak asuh di seluruh Indonesia, melalui hampir 271 ribu orang tua asuh. Dengan jumlah total intervensi sebanyak 1,4 juta paket.
Baik edukasi, bantuan nutrisi, air bersih, jamban sehat dan juga rehab rumah yang tidak layak huni.
"Monitoring dan evaluasi penting karena program baru berjalan relatif singkat. Output awal positif, tetapi untuk dampak jangka panjang masih perlu waktu," katanya.
Menurutnya, ada beberapa strategi yang sedang dilakukan dan yang bisa diperkuat agar Genting terus berkelanjutan seperti Kolaborasi multi-pihak/pentahelix. Melibatkan sektor swasta, lembaga masyarakat, pemerintah daerah, akademisi, media. Contoh kemitraan dengan perusahaan seperti Bank Syariah Indonesia, Indofood, lembaga-swasti.
Kolaborasi ini penting agar sumber daya (bantuan, dukungan logistik, edukasi) bisa lebih luas dan merata.
Pendampingan dan edukasi berbasis komunitas. Penggunaan TPK (Tim Pendamping Keluarga) dan kader lokal untuk memantau, mendampingi, serta memberikan edukasi gizi, sanitasi, serta aspek perilaku (pernikahan dini, pola asuh).
"Gerakan Nasional GENTING memang terletak pada kolaborasi lintas sektor. Dalam konteks Gerakan Nasional, Kemendukbangga berperan sebagai motor penggerak yang mengorkestrasi partisipasi seluruh unsur bangsa agar penanganan stunting tidak hanya menjadi urusan pemerintah semata, melainkan menjadi gerakan sosial bersama," katanya.
Menurutnya, Kemendukbangga menempatkan GENTING sebagai gerakan nasional lintas kementerian/lembaga dan masyarakat, bukan program sektoral.
Koordinasi lintas kementerian seperti Kemenkes, Kemensos, Kemendesa, Kemendikbud, BKKBN, dan pemda agar intervensi spesifik dan sensitif berjalan seiring.
"Kemendukbangga mengajak sektor swasta melalui Program CSR tematik stunting, misalnya penyediaan makanan tambahan, perbaikan sanitasi, air bersih, atau edukasi gizi. Kampanye kolaboratif, seperti “Perusahaan Peduli 1000 HPK” untuk mendukung pekerja perempuan dan keluarga muda," katanya.
Menurutnya, Kemendukbangga membangun Program GENTING sebagai “Gerakan Nasional berbasis kemitraan lintas sektor”, di mana keberhasilan tidak diukur hanya dari kebijakan, tetapi dari seberapa kuat ekosistem sosial, ekonomi, dan budaya bergerak bersama menurunkan stunting secara berkelanjutan.
Baca berita menarik lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel
| Tak Seperti Jalan Tol, Pengendara Ngeluh Tol Kayuagung-Palembang Layaknya Proyek yang Baru Dibangun |
|
|---|
| Foto Asusila Anak Dilihat Guru, Ibu di Palembang Laporkan Pacar Putrinya ke Polisi, Fakta Terungkap |
|
|---|
| Lewat Jakabaring Saat Subuh, Pemuda di Palembang Jadi Korban Begal, Motor Hilang, Kini Dirawat di RS |
|
|---|
| Herman Deru Tekankan Pelayanan Ramah pada Pasien di HUT ke-13 RS Siloam Sriwijaya |
|
|---|
| Bukan Hanya Ibu Kota, Prima Salam Anggap Palembang 'Jantung' Ekonomi & Gerbang Ekspor Sumsel |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.