Hari Guru Nasional 2025
5 Contoh Cerpen Peringati Hari Guru Nasional 2025 yang Menginspirasi dan Menyentuh Hati
Artikel ini berisi 5 contoh cerita pendek (Cerpen) memperingati Hari Guru Nasional 2025 yang menginspirasi dan menyentuh hati.
TRIBUNSUMSEL.COM - Peringati Hari Guru Nasional 25 November 2025 dengan menuliskan cerita pendek (Cerpen) bertema guru sekolah.
Bagi Anda yang membutuhkan ide cerpen peringati Hari Guru Nasional 2025, bisa mencoba referensi berikut.
1. Mengapa Bukan Guru Saja
(Ozy V. Alandika)
“Indah, coba kamu maju ke depan dan kerjakan soal berikut ini?”
“Indah kan sudah bisa, Bu. Mengapa kok Indah lagi yang maju, Bu?”
Bu Guru yang mendengar bantahan halus dari seorang siswinya itu sontak terdiam namun tetap tersenyum seraya melirik siswa lain yang kira-kira masih jarang untuk maju ke depan.
Indah memang demikian. Sebagai seorang siswi SMP kelas IX tingkahnya cukup nyeleneh. Biarpun demikian, dia bukanlah siswa yang nakal.
Remaja ini pun menghormati guru, bahkan ia selalu mendapat peringkat 7 besar selama dua tahun terakhir.
Tapi, ya, karena satu tahun terakhir dia masuk kelas unggulan, sikapnya mulai berubah dan sering menguji guru.
Tepatnya tiga bulan yang lalu, seorang mahasiswi yang sedang praktik mengajar dibikin menangis oleh Indah. Sengaja ia lemparkan soal sulit untuk menguji kemampuan guru PPL.
“Coba Faris saja ya yang membantu Ibu mengerjakan soal di papan tulis. Hitung-hitung menambah pahala ilmu. Hehe.”
Bu Guru tidak ambil pusing dengan sikap Indah. Ia tidak mau merusak konsentrasi siswa sekelas hanya gara-gara ingin memojokkan Indah seorang.
Sudah pasti nanti Indah akan ngelunjak dan emosinya makin menjulang.
“Indah, hari ini Ibu minta tolong kamu yang mengerjakan soal berikut, ya. Soalnya tidak sulit, kok. Kita mengulang materi sejenak. Agar apa yang kalian pelajari tetap berbekas di ingatan.”
“Yang lain saja ya, Bu. Indah tadi kan nilainya sudah dapat 100. Rasanya Indah sudah cukup mengerti dengan materi pelajaran di papan tulis.”
“Ya sudah, kali ini Ibu minta tolong kepada Alan untuk mengerjakan soal Matematika di papan tulis. Tolong buatkan jalannya juga ya.”
Berbeda dengan Indah, Alan pun sontak langsung maju ke depan dengan ceria. Alasannya sungguh bisa ditebak, bahwa soal di papan tulis sangatlah mudah.
Bahkan, agaknya siswa peringkat terakhir di kelas ini pun bisa mengerjakan soal tersebut dengan cepat.
Setelah soal di papan tulis dikerjakan dengan benar, Bu Guru pun mulai mengajukan pertanyaan kepada siswa.
“Anak-anak sekalian, pernahkah kalian melihat pedagang mangga di pasar tradisional?”
“Pernah, Bu.”
“Apakah mangganya dijamin manis?”
“Ada yang manis, tapi ada pula yang asam, Bu.”
“Nah, cobalah kalian amati pedagang tersebut. Walaupun menjual mangga yang manis, para pedagang tidak segan mengorbankan sebuah mangga untuk kemudian dicicipi oleh calon pembeli. Apakah kalian tahu alasannya?”
“Demi bisa memastikan bahwa mangga tersebut benar-benar manis, iya kan, Bu?”
“Lho, tapi kan tadi pedagangnya sudah bilang bahwa mangganya manis?”
Anak-anak pun terdiam seraya mengangguk. Tanpa memberi penjelasan tambahan pun seisi kelas sudah sangat mengerti bahwa manisnya sebuah mangga tidaklah cukup diwakili dengan kata-kata. Harus ada pembuktian, yaitu dengan diuji.
“Oke, anak-anak, jadi kalian sudah mengerti kan mengapa Ibu menguji kalian untuk mengerjakan soal di papan tulis?”
“Mengerti, Bu.”
Termasuk Indah. Indah pun mulai menata kembali fokusnya pada kelas itu. Dirinya mulai menerima penjelasan Bu Guru, tapi masih ada satu pertanyaan terbesar yang mengganjal hati.
“Bu, Indah boleh bertanya, kah?”
“Iya, Indah. Silakan.”
“Begini, Bu. Ibu kan sudah tahu tentang jawaban benar maupun salah sebuah soal.
"Mengapa tidak Ibu saja yang langsung memberitahu kami mana jawaban yang benar? Bukankah hal tersebut lebih cepat dan simpel, Bu?”
Bu Guru pun tersenyum seraya menghela napas. Dalam hatinya, ada segenggam syukur dan kesal yang saling berpadu.
Bersyukur karena ada siswa yang aktif bertanya, namun sedikit kesal gara-gara tingkah seorang siswa yang sangat aktif.
Pada akhirnya, ia memaklumi bahwa begitulah kegiatan belajar-mengajar. Mirip seperti desain kehidupan yang diperankan oleh seluruh anggota kelas.
“Wah, bagus ini pertanyaannya. Baiklah, Indah, pertanyaannya mau Ibu jawab dengan panjang atau singkat saja, nih?”
“Panjang dong, Bu. Hehehe,” pungkas Indah seraya tersenyum lebar
“Baiklah, anak-anak sekalian. Karena tadi kita sudah bahas mangga dan sekarang ini di desa masih musim mangga, maka kita ulas kembali soal mangga, ya? Hehehe."
Begini, sebelum menjawab pertanyaan Indah, Ibu ada pertanyaan untuk kalian semua. Menurut kalian, mengapa kok pekebun mangga malah memilih untuk menjual mangganya ke pasar atau ke gudang buah?”
“Tentu saja agar mendapat keuntungan, Bu?” jawab siswa serentak
“Lho, bukannya mangga tersebut bisa dikonsumsi sendiri?” bantah Bu Guru
Para siswa pun berpikir sejenak, dan hanya butuh beberapa detik, Indah pun langsung mengancungkan tangannya.
“Waduh. Pasti bosan si pekebun mangga karena makan mangga tiap hari. Bisa jadi mereka juga akan mengalami kerugian.”
“Nah, betul sekali. Pas jawabannya. Anak-anak sekalian, Bu Guru maupun seluruh guru di dunia ini tidak ada bedanya dengan pekebun mangga."
Jika Ibu hanya memakan ilmu untuk diri Ibu sendiri, maka sudah barang tentu diri ini akan mengalami kerugian tersebab sedikitnya memberi manfaat kepada orang lain.”
Siswa seisi kelas pun sudah sangat mengerti dengan analogi inspiratif yang Bu Guru sampaikan. Indah pula demikian. Seuntai tanyanya sudah dijawab tuntas oleh Bu Guru.
"O ya, anak-anak. Perlu kalian ketahui, Mustafa Kemal Ataturk dalam kutipannya mengatakan bahwa guru itu laksana lilin yang rela membakar dirinya sendiri demi menerangi jalan orang lain. Jadi, sampai di sini, adakah nanti dari kalian yang ingin menjadi guru seperti Ibu?”
Beberapa siswa pun mengancungkan tangan dengan bangga, karena ternyata cita-cta mereka memang ingin menjadi seorang guru.
“Wah, kalau begitu, pada Hari Guru nanti kami perlu berusaha lebih dalam mengapresiasi dan membahagiakan guru, bukan begitu, Bu?” tanya seorang siswa
“Salah, temanku. Mengapresiasi dan membahagiakan guru tidak perlu menunggu hingga Hari Guru tiba, bahkan semestinya kita lakukan setiap hari,” tegas Indah
Bel pun berbunyi sebagai penanda usainya pelajaran di kelasnya Indah dan kawan-kawan.
Tampak seluruh siswa sudah lebih ceria dari sebelumnya, yang menandakan bahwa tidak ada lagi kebingungan di antara mereka.
*TAMAT*
2. Pasti Bisa
Aku bernama Diandra aku memiliki cita-cita yaitu menjadi seorang dokter. Aku sadar bahwa aku bukanlah keturunan orang yang kaya raya namun aku bertekad untuk terus berusaha menggapai impianku itu.
Prestasi di kelasku cukup bagus aku selalu mendapatka peringkat pertama juara kelas belum ada yang bisa mengalahkan prestasiku ini.
Kegemaranku yang selalu berada di perpustakaan selalu membuat aku dijuluki si kutu buku. Karena disanalah aku akan mudah dicari.
Namun ketika aku lulus aku belum memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah sesuai dengan jurusan yang aku mau.
Di suatu hari aku melihat ada sebuah postingan seorang dokter anak bernama Vindy Ruslianti menjadi dokter itu mudah syaratnya Cuma satu yaitu harus Pintar dan Pintar banget.
Sekarang banyak perkuliahan kedokteran yang dikhususkan untuk anak-anak yang cerdas dari golongan menengah kebawah.
Aku coba mengikuti tes yang di share oleh dokter tersebut dan alhamdulillah aku lolos dan di terima di fakultas kedokteran tersebut. Setelah aku lulus aku akan membuka prkatek di kota tempat tinggalku yaitu Bandung.
Selagi ada kesempatan jangan ragu untuk mencoba kamu pasti bisa.
Terus menjadi penyemangat diri sendiri karena dirimu akan berubah jika ada tekad dalam dirimu sendiri.
3. Jangan Menunda Pekerjaan Rumah
Aku bernama Yanto aku kelas tiga SMP. Hari ini pak Rizal merupakan guru biologi dan dia memberikan tugas untuk esok hari pada papan tulis.
Setelah pak Rizal selesai mengajar ia kembali ke ruang guru.
Dan murid-murid mulai menyalin tugas yang harus di kerjakan besok.
Ada 5 pertanyaan yang harus di jawab dan aku menganggap soal itu cukup mudah. Sehingga mungkin memerlukan 30 atau satu jam juga selesai.
Dan saat waktu pulang ada temanku yang mengajak main ke rumahnya. Dan akupun ikut pergi ke rumahny lalu kami bermain PS sampai jam 05.00 sore.
Setelah sampai rumah aku bermalas- malasan di tempat tidur. Sehingga aku tertidur sampai pukul 19.00. aku terperanjat dan teringat belum mengerjakan tugas.
Dan aku mulai mengerjakan setelah menelaah soalnya aku tidak bisa menemukan jawaban dalam waktu satu jam yang perkirakan tadi.
Soalnya cukup sulit sehingga sekarang jam sepuluh aku baru menyelesaikan 2 soal saya. Dan karena mengantuk aku mengakhiri tugasku dan tertidur. Pagi hari aku bangun telat karena tidur terlalu larut.
Aku pikir nanti di sekolah aku bisa mengerjakan soal lainnya. Setelah di sekolah hanya tersisa lima belas menit lagi dan bel pun berbunyi. Dan sudahlah aku tidak bisa mengerjakan soal tersebut.
Aku di tegur pak Rizal karena hanya aku yang tak selesai mengerjakan tugas dan di hukum berdiri di depan kelas sampai pelajaran selesai sebagai pelajaran kalau ada tugas janganlah di tunda selagi ada waktu lebih baik kerjakan sekarang.
4. Guru yang Tulus
Namanya Bu Aisyah. Ia merupakan guru yang mengajar di sebuah TK di kampung kami. Ia sudah mengabdikan dirinya secara tulus selama 12 tahun di TK tersebut.
Karena susahnya mencari guru tidak ada yang mau menggantikan beliau meski ia sudah tua.
Ya usianya kini sudah hampir mau 40 tahun namun ia masih bersemangat. Dan suatu ketika ada seorang anak yang BAB di celana anak itu menangis dan di olok-olok oleh teman-temannya.
Namun Bu Aisyah tanpa jijik ia membersihkan anak tersebut dan menenangkannya.
25 tahun kejadian itu telah berlalu. Kini beliau sudah pensiun dan mulai sakit-sakitan. Namun, suatu hari ia kedatangan tamu seorang lelaki tampan dan gagah dan memakai seragam polisi.
Usut punya usut ternyata lelaki tersebut adalah sang murid yang Bu Aisyah dulu bersihkan saat BAB di celana.
Lelaki tersebut selalu mengenang kejadian itu saat yang lain menjauhiku hanya Ibu yang dengan tulus membantuku ia mengucapkan banyak terima kasih.
5. Guruku
Bu Aini adalah seorang guru di sebuah MA Swasta di di sebuah kota Bogor. Ia merupakan seorang guru yang ramah dan di cintai semua muridnya. Ia memiliki wajah yang cantik dan prilaku yang baik.
Usianya kini sudah mau jalan 27 tahun. Namun, belum juga menikah. Di hari guru ia merupakan guru yang paling banyak mendapatkan hadiah karena ia menjadi guru paporit di sekolah tersebut.
5 tahun telah berlalu setelah aku keluar dan lulus dari universitas kedokteran aku mengunjungi sekolah tersebut dan bertemu dangan Bu Aini yang kini telah menjadi janda. Dan rasa kagumku dari dulu tidak pernah berubah.
Dan suatu hari akulah yang menjadi pembimbing bu Aini. Ya, aku menikahinya. Dan ia menerima aku sebagai pendamping hidupnya.
Oh Guruku kau ku kagumi dan aku banggakan. Kisah kami tiada yang menyangka tapi itulah kebenarannya. Seperti novel muridku suamiku.
Baca juga: Sejarah Hari Guru Nasional Diperingati Setiap 25 November & Jumlah Guru di Indonesia Tahun 2024-2025
Baca juga: 3 Contoh Teks Naskah Doa Hari Guru Nasional 2025 Menyentuh Hati, Bacaan Arab dan Indonesia
Baca juga: Kumpulan Pantun Hari Guru Nasional 2025, Pilihan Menarik dan Unik, Bagikan Pada 25 November
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel
Baca berita dan artikel lainnya langsung dari google news
Hari Guru Nasional 2025
Cerpen Hari Guru Nasional
Cerpen Tentang Guru Sekolah
Cerita Pendek (Cerpen)
| Makna Guru Hebat Indonesia Kuat, Tema Peringatan Hari Guru Nasional 2025, Logo dan Filosofinya |
|
|---|
| Sejarah Hari Guru Nasional Diperingati Setiap 25 November & Jumlah Guru di Indonesia Tahun 2024-2025 |
|
|---|
| Panduan Susunan Acara Upacara Hari Guru Nasional 2025 Resmi dan Contoh Teks Amanat Pembina Upacara |
|
|---|
| 15 Contoh Surat untuk Guru Sekolah, Peringati Hari Guru Nasional 2025 |
|
|---|
| Quote Pendidikan dari Ki Hajar Dewantara, Penyemangat untuk Guru di Hari Guru |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.