Seputar Islam

3 Naskah Khutbah Jumat Tema Hari Pahlawan, Kisah Heroik Sahabat Nabi hingga Nilai-nilai Kepahlawanan

Penulis: Lisma Noviani
Editor: Lisma Noviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

3 Naskah Khutbah Jumat Tema Hari Pahlawan, Kisah Heroik Sahabat Nabi hingga Nilai-nilai Kepahlawanan

TRIBUNSUMSEL.COM -- Menyambut peringatan Hari Pahlawan Tanggal 10 November 2024, berikut tiga naskah khutbah Jumat yang dapat menjadi inspirasi pada khutbah Jumat tema Hari Pahlawan.

Khutbah Jumat Tema Kisah Kepahlawanan Sahabat Rasulullah dalam Perang Tabuk

Khutbah I 
اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلى نَفْسِك. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُه وَرَسُوْلُه وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَه. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرْاً وَنَذِيْراً. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوْهَا، إِنَّ اللهَ لَغَفُوْرٌ رَحِيْمٌ. 

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Karena hanya dengan takwalah kita dapat meraih kesuksesan dalam mengarungi hidup di dunia dan akhirat.

Terdapat kisah kepahlawan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanan Perang Tabuk. 
Mereka menyambut seruan kemuliaan untuk berhadapan dengan Romawi yang mulai mengancam negara Islam yang mulai tumbuh. Perjalanan jihad ini amat jauh jaraknya. Dan di waktu musim panas yang sangat panas. Ditambah lagi kondisi perekonomian kaum muslimin sedang krisis di saat itu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi para sahabatnya untuk terlibat dalam penyediaan materi pasukan. Dan juga turut serta berangkat ke medan peperangan. Para sahabat pun mengeluarkan harta mereka untuk mendanai perang. Dan siap mengorbankan jiwa mereka membela kebenaran. Mereka semaksimal mungkin memberi apa yang bisa mereka berikan.

Namun di antara para sahabat, ada sebagian dari mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk turut serta dalam keberangkatan. Mereka bersedih. Mereka tidak mau menjadikan ketidak-mampuan mereka sebagai uzur untuk berangkat. Lalu mereka menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka meminta juga agar dibawa serta. Diberikan perbekalan perang. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan mereka uzur. Dan beliau tak mampu memberi perbekalan apapun kepada mereka. Sampai-sampai dalam kondisi susah ini, beliau tak mampu memberikan bekal walaupun hanya tali sandal.

Ibrahim bin Adham mengatakan,

مَا سَأَلُوهُ الْخَيْلَ، مَا سَأَلُوهُ إِلَّا النِّعَالَ

“Mereka tidak meminta kuda perang. Tapi mereka hanya meminta sandal.”

Nabi memberi uzur untuk mereka. Lalu mereka pulang dalam kondisi berlinangan air mata. Karena tak bisa ikut ke medan jihad. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan kondisi mereka, menceritakan kesedihan mereka, dan mudah-mudahan firman-Nya tentang mereka ini meringankan kesedihan mereka.

لَيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَى وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِنْ سَبِيلٍ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ * وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ

“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”. lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” [Quran At-Taubah: 91-92].

Di antara mereka yang bersedih tidak bisa berangkat ini adalah seorang sahabat yang bernama Ulbah bin Zaid radhiallahu ‘anhu. Di malam harinya, ia shalat malam. Kemudian sambil menangis ia berkata,

: اللَّهُمَّ إِنَّكَ قَدْ أَمَرْتَ بِالْجِهَادِ، وَرَغَّبْتَ فِيهِ، ثُمَّ لَمْ تَجْعَلْ عِنْدِي مَا أَتَقَوَّى بِهِ، وَلَمْ تَجْعَلْ فِي يَدِ رَسُولِكَ مَا يَحْمِلُنِي عَلَيْهِ، وَإِنِّي أَتَصَدَّقُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ بِكُلِّ مَظْلِمَةٍ أَصَابَنِي بِهَا فِي مَالٍ، أَوْ جَسَدٍ، أَوْ عِرْضٍ، ثُمَّ أَصْبَحَ مَعَ النَّاسِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَسَلَّمَ – : «أَيْنَ الْمُتَصَدِّقُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ؟»، فَلَمْ يَقُمْ أَحَدٌ، ثُمَّ قَالَ: «أَيْنَ الْمُتَصَدِّقُ؟ فَلْيَقُمْ»، فَقَامَ إِلَيْهِ فَأَخْبَرَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَسَلَّمَ – : «أَبْشِرْ؛ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَقَدْ كُتِبَتْ فِي الزَّكَاةِ الْمُتَقَبَّلةِ!»

“Ya Allah, sungguh Engkau telah memerintahkan berjihad. Engkau motivasi untuk melakukannya. Namun Kau takdirkan aku tidak memiliki materi yang menguatkanku dalam jihad. Engkau juga menakdirkan tidak ada sesuatu di tangan Rasulullah yang bisa membawaku ke sana. Sungguh aku bersedekah untuk (memaafkan) setiap muslim atas kezaliman yang mereka lakukan padaku, baik pada harta, jasad, atau kehormatanku.”

Kemudian pagi harinya ia shalat subuh berjamaah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapakah yang malam mini telah bersedekah”? Namun tak ada seorang pun yang menanggapi. Kemudian beliau kembali berkata,

“Mana orang yang bersedekah, berdirilah”! Lalu ia berdiri dan menceritakannya kepada Nabi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengomentari, “Bergembiralah! Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Sedekahmu termasuk amalan yang diterima.”

Inilah bukti kejujuran iman dan ketulusan maksud. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui perkara gaib lagi tersembunyi. Dia menampakkan apa yang ada pada hati manusia. Dan hal itu ditampakkan melalui lisan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian saat dalam perjalanan perang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali mempertegas ketulusan hati para sahabat yang ingin ikut perang. Dalam Riwayat al-Bukhari dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

رَجَعْنَا مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ مَعَ النَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَسَلَّمَ – فَقَالَ: «إِنَّ أَقْوَامًا خلْفَنَا بِالْمَدِينَةِ مَا سَلَكْنَا شِعْبًا وَلاَ وَادِيًا إِلاَّ وَهُمْ مَعَنَا، حَبَسَهُمُ الْعُذْرُ

“Kami pulang dari Perang Tabuk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya orang-orang yang kita tinggalkan di Madinah, tidaklah kita menempuh jalan-jalan sempit. Atau lembah-lembah. Mereka juga mendapatkan pahala bersama kita. Karena yang menahan mereka tidak berangkat adalah uzur.”

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,

قَالَ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ: هَذَا -وَاللهِ- بُكَاءُ الرِّجَالِ! بَكَوْا عَلَى فَقْدِهِمْ رَوَاحِلَ يَتَحَمَّلُونَ عَلَيْهَا إِلَى الْمَوْتِ فِي مَوَاطِنَ تُرَاقُ فِيهَا الدِّمَاءُ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَتُنْزَعُ فِيهَا رُؤُوسُ الرِّجَالِ عَنْ كَوَاهِلِهَا بِالسُّيُوفِ، فَأَمَّا مَنْ بَكَى عَلَى فَقْدِ حَظِّهِ مِنَ الدُّنْيَا وَشَهَوَاتِهِ الْعَاجِلَةِ، فَذَلِكَ شَبِيهٌ بِبُكَاءِ الأَطْفَالِ وَالنِّسَاءِ عَلَى فَقْدِ حُظُوظِهِمُ الْعَاجِلَةِ


“Para ulama menyatakan ‘Mereka yang menangis (karena tak bisa berangkat ini), mereka menangis karena tak mampu menyediakan bekal yang membawa mereka menuju tempat kematian. Menuju tempat darah tercucur di jalan Allah. Menuju tempat yang kepala-kepala itu dipenggal dari lehernya dengan pedang. Adapun orang yang menangis gara-gara tidak mendapat bagian dari dunia dan tidak terwujudnya keinginan mereka di dunia, tangis mereka itu seperti tangisan anak-anak dan perempuan karena kehilangan bagian mereka yang fana.”

اللَّهُمَّ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ وَصَرِّفْهَا عَلَى طَاعَتِكَ، وَزِدْنَا يَقِينًا وَتَصْدِيقًا وَهُدًى وَتَوْفِيقًا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

 

Siapa di antara kita yang pernah bertanya pada dirinya sendiri, “Berapa sering air matanya menetes karena kehilangan kesempatan melakukan ketaatan”? karena yang demikian ini merupakan tanda ketulusan dan kejujuran iman seorang hamba kepada Rabnya dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Ini merupakan ketulusan dan kejujuran seseorang dalam menyesali kesempatan baik yang Allah berikan namun tidak ia manfaatkan. Ia merasakan kesedihan dan sakit tatkala hilang kesempata untuk melakukan ketaatan. Dan inilah yang membedakan seorang mukmin dengan yang lainnya.”

Al-Iz bin Abdussalam rahiamhullah mengatakan,

الْحُزْنُ عَلَى فَوَاتِ الطَّاعَةِ مِنْ ثمَرَةِ حُبِّهَا وَالاِهْتِمَامِ بِهَا؛ لأَنَّ الْمَرْءَ لاَ يَحْزَنُ إِلاَّ عَلَى مَا عَزَّ عَلَيْهِ

“Rasa sedih karena kehilangan kesempatan untuk taat merupakan buah dari cintanya dan perhatiannya pada ketaatan. Karena seseorang itu tidak akan sedih kecuali pada sesuatu yang dia anggap berharga.”

Seorang salaf mengatakan,

حُزْنُ الْمُسْلِمِ عَلَى فَوَاتِ الطَّاعَةِ دَلِيلٌ عَلَى حَيَاةِ قَلْبِهِ

“Sedihnya seorang muslim karena kehilangan kesempatan untuk melakukan ketaatan adalah tanda hidupnya hatinya.”

 

Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allah. Jadikan hati kita senantiasa terpaut dengan Rabb kita. Dengan cara melaksanakan ketaatan yang Dia perintahkan. Meninggalkan apa yang dilarang. Menjaga batas-batas yang Allah haramkan. Takut bermaksiat kepada-Nya. Dan berharap pahala yang ada di sisi-Nya.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” [Quran Al-Anfal: 2].

هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى نَبِيِّكُم كَمَا أَمَرَكُمْ بِذلِكَ رَبُّكُمْ ، فَقَالَ: ﴿إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَاَئِكَـتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيمًا﴾، وَقَالَ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا» [رواه مسلم ].

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” [HR. Muslim]

Khutbah II
 اَلْحَمْدُ لِلّهِ وَ الْحَمْدُ لِلّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَه لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى ألِه وَأَصْحَابِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَه يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى ألِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبى وَيَنْهى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ 


Khutbah Tema Hari Pahlawan Meneladani dan Melestarikan Nilai-nilai Kepahlawanan


Khutbah I
 اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلى نَفْسِك. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُه وَرَسُوْلُه وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَه. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرْاً وَنَذِيْراً. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوْهَا، إِنَّ اللهَ لَغَفُوْرٌ رَحِيْمٌ.

  Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah Pertama sekali marilah kita bersyukur ke hadirat Allah yang telah memberikan berjuta kenikmatan kepada kita sekalian, sehingga masih bisa melaksanakan Shalat Jumat di masjid yang mulia ini. 

 Shalawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad yang telah membimbing kita menuju dunia yang terang dan jelas, yaitu addinul Islam. Semoga kita selalu mencintainya dan bershalawat kepadanya sehingga kita diakui sebagai umatnya yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti, amin. 

 Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah Selaku khatib kami mengajak kepada hadirin sekalian dan diri kami pribadi, marilah kita selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan terus berusaha menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga kita selalu dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Amin. 

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah Pada khutbah kali ini khatib ingin menyampaikan khutbah yang berjudul, Pahlawan Menurut Islam. Hari ini adalah 10 November 2024. Bangsa Indonesia memperingati sebagai adalah Hari Pahlawan. Tentunya, hari yang sangat bersejarah. Pertempuran yang sangat sengit dari masyarakat Indonesia, khususnya di Surabaya, Jawa Timur, yang dipimpin Bung Tomo dalam rangka mempertahankan Tanah Air Indonesia tercinta melawan Belanda. Jadi pahlawan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani.  
 Di Indonesia, pahlawan nasional menjadi gelar yang ditetapkan secara legal oleh pemerintah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan merupakan konstitusi yang mengatur mengenai gelar kepahlawanan secara formal, lebih tepatnya gelar pahlawan nasional. Pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan Negara Republik Indonesia. 

  Sedangkan yang dimaksud pahlawan dalam Islam adalah seseorang yang banyak memberi manfaat kepada sesamanya, baik manfaat ilmunya, hartanya, tenaganya, pikirannya atau ilmunya. 

Pribadi yang bermanfaat tersebut pantas disebut sebaik-baiknya manusia (pahlawan).  Nabi Muhammad bersabda:   عَنِ جابر، رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ : قال رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ   Artinya: ’’Jabir radhiyallahu ‘anhu bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR Bukhari dan Muslim)  

 Lebih rinci lagi terkait pahlawan dalam Islam adalah orang-orang yang memperjuangkan masyarakat untuk mendapatkan keadilan, kenyamanan, kedamaian, keselamatan dan kedekatan kepada Tuhan dengan beberapa perjuangan yang di antaranya adalah:  

Pertama,  berjuang dengan fisik Orang yang berjihad di jalan Allah (fi sabilillah) adalah seseorang berjuang dengan fisik atau berjuang membela agama Allah dengan segenap kemampuan dan segala yang dimilikinya. Tidak menyerang tanpa alasan, tetapi berdasarkan keimanan dan kepedulian dan perintah ulil amri, karena membunuh tanpa hak termasuk dalam dosa besar.

  Jika jiwa, keimanan, dan kehormatan kita diserang atau direbut timbulah kewajiban untuk berjihad. Sebagaimana para sahabat berjihad pada masa Rasul dan para pejuang yang berusaha merebut kemerdekaan dari penjajah.

Syarat utama dikatakan berjihad fi sabilillah adalah niatnya berjuang karena Allah. Misalnya berjuang merebut kemerdekaan dengan alasan mempertahankan agama dan hak milik. Bung Tomo dalam pidatonya memekikkan takbir untuk membakar semangat pejuang yang akan bertempur di Surabaya.

Allah berfirman:  

وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ  

”Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS Al-Baqarah: 190)  

Kedua, berjuang dengan menuntut ilmu Pada zaman Nabi Muhammad, banyak sahabat yang berkeinginan menjadi mujahid, berjuang dan berperang dengan fisik, mereka berbondong-bondong untuk mendaftar menjadi mujahid sehingga ada kontrol dari Allah untuk tidak semua umat Islam melakukan jihad atau berjuang dengan fisik, akan tetapi berjuang dengan menuntut ilmu.  

Ada beberapa syarat agar menuntut ilmu masuk kategori berjuang atau berjiad di jalan Allah di antaranya: Faqih, maksudnya paham dan mengerti pokok-pokok ajaran agama (QS At-Taubah: 122).

Ilmu yang dipelajari bisa meningkatkan keimanan dan meninggikan derajat (QS Al-Mujadalah: 11). Mempelajari suatu ilmu dilakukan karena Allah semata (QS Al-‘Alaq: 1)  

Adapun ayat yang mempertegas bahwa menuntut ilmu juga bagian dari berjuang di jalan Allah atau berjihad adalah:  

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ  

“Dan tidak sepatutnya orang-orang Mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” (QS At-Taubah: 122) 

 Saat terjadi peperangan saja masih diperintahkan untuk mempelajari ilmu, apalagi saat damai seperti sekarang ini.

Ada tiga syarat menuntut ilmu agar termasuk dalam golongan jihad fi sabilillah. Ketiga, berjuang dengan harta Perjuangan dengan fisik serta menuntut ilmu, kesemuanya membutuhkan dukungan harta. Para sahabat ketika mereka berjuang juga membutuhkan dukungan harta dari para dermawan untuk perbekalan mereka.

Pada saat Perang Tabuk, Rasulullah pun mengimbau dan menghimpun bantuan untuk perbekalan Perang Tabuk tersebut. Sahabat Utsman memberikan sepertiga hartanya, Sahabat Umar memberikan separo hartanya dan Sahabat Abu Bakar memberikan seluruh hartanya untuk kepentingan Perang Tabuk tersebut.

Jadi Perjuangan itu membutuhkan dukungan dana dan yang memberikan dana atau dukungan dana juga termasuk orang yang berjuang dan berjihad di jalan Allah, hanya melalui hartanya.

Allah berfirman:

  مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ  

”Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah: 261) 

Keempat, berjuang (berjihad) dengan lisan

Lidah memang tidak bertulang, tapi dengan lidah manusia sehat bisa sakit dan sebaliknya, manusia kaya bisa miskin dan sebaliknya, manusia mulia bisa hina dan sebaliknya, dan seterusnya. Dapat disimpulkan bahwa lidah atau lisan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.   

Rasulullah bersabda:  

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ  

Artinya: "Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang dzalim." (HR Abu Daud)  

Kelima, berjuang dengan kepatuhan Orang tua adalah manusia yang paling berjasa dalam kehidupan kita, karenanya pantaslah berbakti kepadanya tanpa batas.

Di samping itu tidak boleh kita menyakiti mereka walau dengan kata-kata yang sedikit mengusik perasaan yang dalam Al-Qur’an surat al-Isra disebut dengan kata “ah”. Begitu besar nilai dan pahalanya berbakti dengan kepatuhan kepada orang tua dalam kehidupan manusia.

  Berbakti kepada orang tua sama nilainya dengan jihad, sehingga dianggap berjihad yang nilai pahala sama dengan berjihad perang di jalan Allah.

Sebagaimana dijelaskan Rasulullah SAW dalam haditsnya. Hadits ini diceritakan 'Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash RA:   جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَأْذِنُهُ فِى الْجِهَادِ فَقَالَ « أَحَىٌّ وَالِدَاكَ ». قَالَ نَعَمْ. قَالَ « فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ »  

Artinya: "Ada seseorang yang mendatangi Nabi SAW, dia ingin meminta izin untuk berjihad. Nabi SAW lantas bertanya, 'Apakah kedua orang tuamu masih hidup?' Ia jawab, 'Iya masih.' Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda, 'Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya." (HR Muslim) 

  Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah Demikian khutbah yang singkat ini, semoga bermanfaat. Semoga Allah ridha menjadikan kita semua orang yang beruntung, mendapatkan kebahagiaan, rahmat dan kasih sayang Allah. Amin.   بَارَكَ اللَّهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِيْ وَاِيّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَ وَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ.  


 Khutbah II 

اَلْحَمْدُ لِلّهِ وَ الْحَمْدُ لِلّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَه لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى ألِه وَأَصْحَابِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَه يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَلّلهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى ألِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبى وَيَنْهى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ 


Khutbah Tema Hari Pahlawan: Beda Alam Perang dan Alam Kemerdekan dan Cara Mensyukurinya

 


  Khutbah pertama 
  إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا 


   Maasyiral Muslimin rahimakumullah Pertama-tama marilah kita semua untuk selalu meningkatkan takwa kepada Allah swt. Yakni dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.   Kita sebagai umat muslim harus selalu memiliki rasa syukur yang mendalam. Karena hal tersebut menandakan dan menjadi indikator kepada kita bahwa kita merupakan hamba yang ridha dan ikhlas atas kehendak takdir-Nya.   Rasa syukur yang selalu kita ungkapkan dalam kehidupan ini, insyaallah akan menjadi sebab untuk ditambahkannya nikmat-nikmat Allah yang lainnya kepada kita semua. Jangan sampai kita menjadi orang yang kufur nikmat, atau mengingkari nikmat dari Allah swt. Karena Allah telah menegaskan bahwa azab Allah sangat pedih bagi orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat-Nya. 

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:   وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ   Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS Ibrahim: 7).   

Dari ayat di atas sudah jelas bahwa Allah akan menambah nikmat yang disyukuri oleh hambanya dan Allah juga akan menghukum bagi hamba yang mengingkari nikmat-Nya. 

  Maasyiral Muslimin rahimakumullah, Allah swt sudah banyak memberikan berbagai kenikmatan kepada kita semua, salah satunya yakni nikmat menghirup udara bebas dan kemerdekaan. Karena ketika kita semua dalam keadaan merdeka, maka segala ktivitas kebaikan akan mudah kita lakukan, seperti sekolah, ibadah, berzikir, shalawatan dan sebagainya tanpa harus takut dan cemas dengan perang.   
Berbeda halnya dengan aktivitas kita ketika perang sedang berkecamuk, maka yang dipikirkan hanyalah keselamatan belaka. Semua manusia akan sibuk bersembunyi, menyelamatkan diri. Tidak ada yang terpikirkan untuk memperbanyak ibadah, sekolah, kuliah, belanja, rekreasi dan sebagainya.   Kita tidak bisa membayangkan dan merasakan saudara-saudara kita yang sampai saat ini masih hidup dalam keadaan perang. Mereka tentu sangat kesulitan untuk beraktivita kebaikan sebebas diri kita. Dalam kondisi cemas, mereka akan terus hidup dengan hati-hati.  


 Maasyiral Muslimin rahimakumullah,   Rasa cemas dan kondisi waswas juga pernah dirasakan oleh pendahulu kita, leluhur kita, kakek-nenek buyut dan para pahlawan kita terdahulu. Mereka juga merasakan hal yang sama, penindasan, diskriminasi, gizi buruk, pengekangan aktivitas dan penyiksaan.   Akan tetapi dengan semangat juang, mereka berani mengorbankan jiwa dan raga untuk mewujudkan kemerdekaan agar kehidupan anak cucunya, rakyatnya, bangsanya bisa normal, banyak melakukan aktivitas kebaikan dan ibadah bisa lebih khusyuk.   Maka dari itu, kita semua wajib berintropeksi diri, sadar, bahwa sekarang ini Allah swt telah memberikan kenikmatan yang besar bagi bangsa ini lewat para pahlawan-pahlawan kita. Sudah sepantasnya rasa syukur tersebut terus kita istiqamahkan dengan cara mengisi kemerdekaan dengan aktivitas yang baik. Sehingga kemerdekaan ini akan terus dirasakan oleh anak cucu kita selanjutnya.   

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,   Para pahlawan sudah memberikan contoh bagaimana berjuang untuk kemerdekaan. Saatnya juga kita harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dengan cara mengisi dan menyebarkan kebaikan. Karena kebaikan satu orang akan berdampak di sekelilingnya, begitu juga keburukannya.   Anak-anak Indonesia yang hidup dalam kemerdekaan wajib hukumnya untuk menuntut ilmu, sekolah, mondok pesantren, dan di lembaga manapun. Jangan membiarkan bangsa ini bodoh dan miskin pengetahuan.  

Allah berfirman dalam Al-Quran tentang kita semua ditekankan untuk selalu istiqamah berbuat kebaikan di jalan yang benar.  

فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ  

Artinya: Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS: Huud: 112).  


 Sikap istiqamah ini harus mengisi perjalanan diri kita dalam mengisi kemerdekaan. Seperti selalu memperbanyak ibadah, memperbaiki akhlak, menambah ilmu, dan semua perjuangan di jalan Allah swt.   Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah   Para pahlawan kita juga mewariskan sifat berani dalam membela kebenaran, berani dalam mempertahankan kebenaran, dan berani dalam menghadapi berbagai rintangan serta hambatan. Dengan bernodalkan senjata bambu runcing dan persenjataan lainnya, para mujahid ini pantang menyerah dalam berjuang.

Karena pahlawan bukan soal dan menang, melainkan pergerakan dan peranya menginspirasi banyak orang.   Sikap keberanian ini sebenarnya sudah diajarkan oleh Rasulullah saw kepada kita. Di saat beliau dan Sayidina Abubakar Ash-Shiddiq bersembunyi dari kejaran musuh di gua Tsur, beliau berkata kepada Abubakar.

  لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا

  Artinya: Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita (QS. At-Taubah: 40)   Sehingga apa yang dilakukan para pejuang merupakan sikap keberanian dan pasrah dengan kehendak Allah swt.  
 Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

  Demikianlah khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan kita semua bisa mengambil nilai-nilai keteladanan dari perjuangan para pahlawan dalam membela tanah air dan agama di Indonesia. Semoga kita semua bisa Istiqamah melakukan kebaikan, dan berani terhadap kebenaran. 

  بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.  

Khutbah kedua  

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ 

Itulah 3 Naskah Khutbah Jumat Tema Hari Pahlawan, Kisah Heroik Sahabat Nabi hingga Nilai-nilai Kepahlawanan. (lis/berbagai sumber)

Baca juga: Arti Ujibu Dawataddai Idza Daani Falyastajibu LiWalyuminu Bi Laallahum Yarsyudun Syarat Kabulnya Doa

Baca juga: Arti Tabassumuka Fi Wajhi Akhiika Laka Shodaqoh, Hadits Senyum di Hadapan Saudaramu adalah sedekah

Baca juga: 4 Doa untuk Para Pahlawan, Pemimpin, Orang Tua, Guru, Orang-orang yang Berjasa, Tulisan Arab & Arti

Berita Terkini