TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - Meskipun sekarang zaman sudah maju, namun usaha genteng sampai saat ini masih eksis dan banyak peminatnya.
Seperti yang terlihat di Desa Banumas, Kecamatan Buay Pemuka Peliung, Kabupaten OKU Timur, Sumsel masih banyak bangsal pembuatan genteng.
Ditengah terik matahari wartawan media ini mendatangi bangsal milik salah satu masyarakat Desa Banumas.
Ia adalah Lili Solihin (67) Warga Desa Banumas, Kecamatan Buay Pemuka Peliung OKU Timur telah menjalani usaha genteng selama 40 Tahun.
"Usaha genteng ini sudah ada dari tahun 1984 tapi kalau usaha genteng keramik ini baru tahun 2005," katanya, kepada wartawan saat dibincangi Minggu (20/10/2024).
Ia menjelaskan, proses pembuatan genteng ini dimulai dari tanah liat yang diproses secara manual menggunakan cangkul lalu digiling menggunakan mesin molen setelah itu di press untuk dicetak.
Setiap pagi, para pengrajin mulai bekerja untuk mencetak genteng dari tanah liat yang telah dicetak dengan cetakan besi, setelah dicetak diangin-anginkan dalam suhu ruang.
"Dan dalam proses pengeringan ini membutuhkan pengawasan ketat agar genteng tidak retak ataupun pecah sebelum memasuki tahap selanjutnya," bebernya.
Baca juga: Serunya Naik Kuda di Taman Wisata Edukasi OKU Timur, Dibuka Gratis, Cocok untuk Tambah Edukasi Anak
Baca juga: Sumringahnya Petani di OKU Timur Harga Karet Naik Jadi Rp 15 Ribu, Berharap Tak Turun Lagi
Setelah mencapai tingkat kekeringan yang tepat, genteng-genteng tersebut dipindahkan ke dalam tungku pembakaran tradisional.
Di sini, suhu tinggi dari kayu bakar memastikan genteng mengeras dan kuat.
Proses pembakaran ini berlangsung selama beberapa jam, dengan pengrajin yang berpengalaman memastikan setiap genteng menghasilkan warna yang seragam dan tahan lama.
Hasil akhir dari proses ini adalah genteng-genteng berkualitas tinggi yang siap untuk dijual ke pasar lokal maupun diekspor ke berbagai daerah lain.
Para pengrajin genteng mengatakan bahwa setiap genteng bukan hanya sekedar atap, tetapi tempat pencarian rezeki mereka.
Untuk sekarang harga genteng mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Kalau dulu genteng keramik harganya Rp 3.500 per biji. Kalau sekarang ini Rp 2.900 sampai Rp 3.000 mengalami penurunan sedikit.
"Sekarang ini terkadang hujan terkadang panas. Menjadi kendala banyak untuk jemur genteng susah untuk keringnya. Apalagi kayu basah jadi tidak bisa untuk proses pembakaran," ujarnya.
Untuk pemesanan kadang dari dalam daerah kadang juga ada yang sampai keluar daerah tergantung pemesanan.
"Untuk yang mesen geteng di tempat saya ini asalnya beragam mas. Kadang dari dalam daerah sinilah. Terkadang juga dari luar daerah dak tentu," pungkasnya.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com