TRIBUNSUMSEL. COM, BANYUASIN-Muhaimin adalah pengusaha pembuatan udang kering di Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel).
Ternyata, pembuatan udang kering yang selama ini dinikmati membutuhkan proses yang cukup panjang. Puluhan orang bekerja di rumah produksi milik Muhaimin.
Saat masuk ke rumah produksi udang kering, Minggu (6/10/2024), terlihat para pekerja sibuk mengejarkan tugas mereka masing-masing.
Ada yang sibuk merebus udang, ada yang sibuk memasukan ke karung yang nantinya akan dipukul-pukul untuk memisahkan daging dengan kulit.
Ada pula yang sibuk menampi untuk memisahkan kulit.
Terlihat juga beberapa pekerja sibuk mengontrol besarnya api agar api terus menyala.
Selain itu, ada yang sibuk mengaduk udang yang sedang direbus.
"Masih menggunakan kayu api, karena lebih murah. Kalau pakai gas biayanya lebih tinggi. Selain itu, untuk mengeringkan juga panas hari," ujarnya.
Berbagai proses harus dilalui hingga udang kering bisa dipasarkan atau dikirim ke produsen yang memesan.
Muhaimin menuturkan, untuk membuat udang kering harus melalui beberapa proses yang dilakukan.
"Untuk karyawan ada 30 orang, itu tugasnya beda-beda. Ada yang bagian rebus, bagian memisahkan kulit ke daging, bagian pencemuran hingga pemilihan udang," ujarnya, Minggu (6/10/2024).
Untuk pembuat udang kering juga sangat bergantung dari pasokan dari nelayan yang mencari di laut.
Ia mengakui sekarang bahan baku sedikit sulit diperoleh karena kondisi angin yang kuat saat ini, sehingga tangkapan udang nelayan juga ikut berkurang.
Namun, menurut Muhaimin ia tetap melakukan pembuatan udang kering.
"Inikan usaha turun temurun dari kakek saya. Jadi, harus tetap terus dijalankan. Karena, peminat udang kering ini masih cukup banyak," ungkapnya.
Menurutnya, udang kering yang mereka produksi tidak hanya dikirim di wilayah Sumsel, akan tetapi ke Jambi, Bengkulu, Lampung hingga ke pulau Jawa khususnya Cirebon.