Pilkada Muba 2024

Adu Kuat Lucianty vs Toha Tohet di Pilkada Muba 2024, Kandidat Lain Batal Berlayar

Editor: Slamet Teguh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Adu Kuat Lucianty vs Toha Tohet di Pilkada Muba 2024, Kandidat Lain Batal Berlayar

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) saat ini, telah mengerucut kedua pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati. 

Kedua pasangan itu Ir Hj Lucianty S.E (Lucy) dengan Dr. H. Syaparuddin, S.H., M.H.,  yang akan diusung partai Golkar (10 kursi), Partai Gerindra (7), PAN (2), Partai Hanura (1), PKN (4), Partai Perindo (1) dan PKS (3) serta mengklaim PDIP 6 kursi (belum keputusan resmi PDIP, red) , sehingga total 34 kursi dikantongi dari 45 kursi yang ada. 

Sedangkan pasangan lain yaitu Toha Tohet- Rohman yang akan diusung partai NasDem 5 kursi dan PKB 6 kursi, sehingga total sudah mengantongi 11 kursi dari syarat minimal 9 kursi. 

Sementara nama Apriadi, kandidat yang selama ini dikabarkan memiliki elektabilitas tertinggi nyatanya tidak mendapatkan "tiket" untuk maju Pilkada. 

Pengamat politik dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr M Husni Thamrin mengatakan, apa yang terjadi pada Pilkada Muba sebenarnya merupakan gambaran umum, yang banyak dijumpai dalam kompetisi pemilihan umum belakangan ini. 

"Elektabilitas tidak lagi menjadi jaminan, karena yang penting adalah kemampuan untuk mengatur permainan termasuk memilih lawan, " kata Husni, Minggu (18/8/2024). 

Menurut Husni, sebenarnya sebagai suatu strategi dalam kontestasi merupakan hal yang wajar, untuk saling mendapat dukungan partai politik dengan cara demokratis. 

"Nah, menjadi tidak wajar ketika upaya menggalang dukungan partai, dilakukan dengan cara-cara mengundang kecurigaan. Seperti penggunaan kekuasaan, uang, dan berbagai pengaruh lainnya yang merusak kompetisi yang sehat, jujur, dan adil," ujarnya. 

Dijelaskan Husni untuk di Pilkada Muba, dominasi bakal calon kepala daerah (Cakada) Lucianty, dan hampir pasti tersingkirnya calon Apriyadi yang semula digadang-gadang paling populer dan tertinggi elektabilitasnya, plus pengalaman sebagai birokrat. 

Hal ini mencerminkan tidak hanya kepiawaian Lucanry, dalam mendekati Parpol, tetapi juga mengundang banyak tanda tanya betapa mudahnya ia merangkul Parpol. 

"Sulit untuk mendapatkan jawaban yang logis dan rasional, kecuali potensi kekuatan finansial dan janji memberikan kontribusi terhadap parpol tersebut, " tuturnya. 

Dengan kata lain, diungkapkan Husni proses dukungan parpol tersebut sulit dicerna dan dijelaskan secara rasional dan logis. Bagi sebagian politisi boleh jadi akan mengatakan "Yah, begitu lah politik. Tidak ada yang tidak tidak mungkin". 

Tetapi sewaktu dinamika yang terjadi, tidak mampu dijelaskan secara rasional, ini mengindikasikan tidak sehatnya proses kompetisi termasuk proses demokrasi itu sendiri. 

"Ketidak rasionalan ini mencerminkan, kontribusi parpol terhadap terjadinya defisit demokrasi, bahkan kerusakan demokrasi, " tegasnya. 

Ditambahkan Husni, ini bisa dijelaskan secara teoritik dengan pendekatan kartelisme partai politik. Dalam konteks Pilkada Muba, dukungan terhadap kandidat dengan kekuatan finansial besar, seperti Lucianty dan Toha, menunjukkan bagaimana partai-partai, lebih memprioritaskan keuntungan materi dan stabilitas internal, daripada elektabilitas atau kompetensi dan kapabilitas calon dalam memerintah. 

"Bahkan rekam jejak tidak lagi penting. Fenomena ini menunjukkan bahwa partai-partai di Muba mungkin beroperasi lebih sebagai kartel politik daripada sebagai institusi demokratis yang benar-benar mewakili kepentingan rakyat (Katz & Mair, 1995)," tandasnya. 

Kartelisme dalam partai politik dijelaskan Husni, menggambarkan bagaimana partai-partai politik berkolaborasi untuk mengamankan akses ke sumber daya negara, sering kali dengan mengorbankan kepentingan publik dan ideologi. 

"Sebagai suatu strategi tetap sah, karena tidak ada peraturan yang dilanggar. Tetapi jika dibiarkan, akan sangat membahayakan masa depan demokrasi, " pungkasnya. (arf)

Baca juga: Kata Pengamat Politik Unsri Soal Pilkada Muba 2024, Singgung Elektabilitas Tak Lagi Menjamin

Baca juga: Didukung NasDem, Toha-Rohman Dipastikan Maju Pilkada Muba 2024, Head to Head Dengan Lucianty vs Toha

Orientasi Pada Kekuasaan

PETA politik dukungan partai politik di Pilkada Musi Banyuasin (Muba) menunjukkan akan terdapat 2 bakal pasangan calon kepala daerah yang akan berkontestasi di Pilkada Muba tahun 2024.

Sejumlah partai yang ada, terlihat tidak memajukan kader-kader terbaiknya yang akan maju bertarung di Pilkada, melainkan hanya orang- orang tertentu. 

Pengamat politik yang juga Dosen Ilmu Politik Stisipol Candradimuka Palembang Ade Indra Chaniago mengatakan, saat ini partai politik cenderung hanya memikirkan kekuasan

"Inilah dilema hari ini, ketika partai orientasinya kekuasaan dan berbicara kekuasaan, pasti nah menang dan itu mungkin salah satu pertimbangannya sejumlah partai mengusung Lucianty, " kata Ade, Minggu (18/8/2024). 

Menurut Kandidat Doktor Ilmu Politik Universitas Indonesia ini, dengan tidak majunya mantan Penjabat (Pj) Bupati Muba Apriadi yang tidak mendapatkan dukungan partai, membuat sejumlah partai yang sudah atau belum menentukan sikap mengalihkan dukungan ke Lucianty. 

"Apalagi Apriadi tidak bisa maju sebagai kans lawan berat selama ini, membuat partai lain merapat kepada yang bakal menang saja," bebernya. 

Diterangkan Ade, jika mau bicara calon kepala daerah yang ideal, saat ini agak susah dan itu dilemanya yang terjadi saat ini. Sehingga dengan kalkulasi uang yang ada, Pilkada Muba kemungkinan hanya diikuti maksimal dua pasangan calon saja nantinya. 

"Yang pasti tidak ada poros baru, karena tersisa 11 kursi dan klaim Lucianty sudah ngantongi 34 kursi meski PDIP belum. Jadi sah- sah saja, dan kita lihat paling prinsip di Muba Apriadi yang punya peluang mengalahkan Lucianty, dengan tidak maju kontestasi maka asumsi itu tidak berlaku lagi, melainkan dengan sendirinya otomatis gugur. Kemudian ada tokoh baru (Toha) dia merasa dapat partai, dan tidak perlu Apriadi sehingga jalan sendiri pilihan dia," paparnya. 

Toha diakuinya jika berbicara kandidat, nama Toha dirasa belum ada pengalaman. Beda dengan Lucianty yang punya pengalaman sebagai anggota DPRD dan Ketua PKK (ibu darma wanita). 

"Ketika partai orentasi kekuasaan dan diperparah partai tidak punya kader seperti inilah, di sisi lain Lucianty punya pengalaman sehingga jadi pertimbangan PKS mengarahkan dukungan ke Lucianty, " ucapnya. 

Meski begitu, Toha tidak bisa dikatakan sebagai 'boneka', sebab jika menyatakan maju dalam kontestasi Pilkada sudah ada hitung- hitunganya untuk peluang menang. 

"Kalau  Toha dibilang boneka tidak mungkin, karena memantapkan maju pasti sudah ada hitung-hitangan dan beda dengan pertarungan dengan Apriadi (birokrasi atau vote grade kelompok yang mempengaruhi masyarakat lainnya karena lebih cerdas sebab birokrat), dengan Toha tidak ada yang bisa dipengaruhi birokrat, karena belum ada pengalaman. Nah, yang mempengaruhi nanti isi tas, siapa banyak duit tapi duitnya juga nyampai yang akan menang, karena cenderung ke sini timses saja sukses, " jelasnya. 

Dengan kondisi seperti itu, Ade menilai semua kandidat yang berlaga di Pilkada Muba nanti memiliki peluang yang sama untuk menang, meski ada kandidat yang mendominasi dukungan parpol. 

"Sekarang tinggal masyarakat di hadapkan pada pilihan cenderung yang mana. Kita mengingatkan kepada masyarakat, siapa kandidat yang memiliki program yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat ke depan. Kedua lihat track record masing-masing kandidat, karana tidak ada pilihan saat ini, artinya kalau semua bagus pilih yang paling bagus, kalau semua jelek pilih yang agak jelek, " tukasnya. 

Sementara Wakil Ketua Pimda PKN Sumsel sekaligus Tim pemenangan Lucianty, Fitra Jaya Purnama mengatakan jika nantinya seluruh partai akan kembali merapat ke pasangan Lucianty-Syaparuddin bukan mustahil ini akan terjadi lawan kotak kosong di Pilbup Musi Banyuasin 2024.

"Ya bisa jadi itu," kata pria yang akrab disapa Fijay.

Dilanjutkan Fijay, ia memastikan dalam waktu dekat dukungan resmi partai politik akan diberikan kepada Lucianty sebelum mendaftar ke KPU, dan tak menutup kemungkinan nantinya melawan kotak kosong. 

"Besok akan mengambil B1KWK Perindo dan PDIP. Lusanya Gerindra, Hanura, dan PKS.Besar kemungkinan sisa 1 partai lagi akan merapat ke kita. Kita doa kan bersama insyaallah kalau Allah mengizinkan untuk kemenangan Lucianty ( Lusi- Syaparuddin), " pungkas Fijay. 

Di sisi lain, DPD PDIP Sumsel belum berkomentar terkait arah dukungan PDIP di Pilkada Muba, termasuk klaim tim Lucianty jika PDIP mendukung Lucianty. 

"Kito tunggu bae yo (kita tunggu saja ya)," singkat Bendahara DPD PDIP Sumsel Yudha Rinaldi.

 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

Berita Terkini