TRIBUNSUMSEL.COM -- Arti Man Arodaddunya, hadits nabi tentang pentingnya belajar dan berilmu, kunci sukses dunia akhirat.
Kalimat man aroda dunya, adalah kutipan dari hadits nabi Muhammad SAW tentang pentingnya menuntut ilmu, belajar, apa pun bidangnya, salah satunya tentu ilmu agama.
Karena dengan ilmu yang bermanfaat, seorang manusia akan mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Berikut bunya hadits selengkapnya:
Rasulullah SAW. Beliau bersabda,
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
Arab latin:
Man Arodad dunya fa'alaihi bil ilmi, waman arodal akhirata fa'alaihi bil ilmi, waman aroda hama fa'alaihi bil ilmi
Artinya:
Barang siapa menginginkan kebaikan di dunia ini, hendaklah ia mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menginginkan kebaikan di akhirat, maka ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, hendaklah mencari ilmu (HR Thabrani).
Islam sangat menghargai ilmu seperti dijelaskan dalam surat Al Mujadalah ayat 11.
Dengan ilmu yang bermanfaat, sesorang akan sukses di dunia karena dia tahu apa yang harus dilakukan agar berhasil dengan ilmunya. Dengan ilmu seseorang akan sukses di akhirat, karena dia tahu apa yang perlu disiapkan setelah hidup di dunia dengan ilmunya. Dan dengan ilmu jua, seseorang yang ingin sukses dunia dan akhirat akan meraihnya karena tahu dengan ilmunya.
Berikut bunyi ayat Al Mujadalah ayat 11
,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, "Berdirilah," (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Mengutip tulisan KH Abdus Salam Sohib di laman nu.or.id, ilmu pengetahuan adalah alat untuk mencipta kebahagiaan dunia, dan perangkat untuk mewujudkan kebahagiaan di akhirat.
Lalu, apa yang perlu kita lakukan dalam menuntut ilmu? Apakah kemudian sekedar kita hadir ke majelis ilmu dan menyimak apa yang disampaikan oleh guru? Atau ditambah dengan mencatat materi yang dijelaskan guru?
Banyak hal yang perlu kita persiapkan dan perhatikan saat kita menuntut ilmu, tidak sekedar kita hadir secara fisik dalam forum ilmu dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam menuntut ilmu adalah adab menuntut ilmu (adab sebelum ilmu).
Dikutip dari laman uii.ac.id (Menghormati Ilmu dan Ahli Ilmu), Syaikh Az-Zarnuji memaparkan, bahwa beliau telah melihat banyak penuntut ilmu pada zaman sekarang yang bersungguh-sungguh, namun tidak sampai kepada ilmu, tidak dapat mengambil manfaat dari ilmu tersebut, dan tidak dapat mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.
Beliau menambahkan, bahwa hal tersebut disebabkan karena penuntut ilmu keliru dalam menempuh jalan untuk mencari ilmu dan meninggalkan syarat-syaratnya
Oleh karena itulah, penting bagi para penuntut ilmu untuk memperhatikan cara dalam menuntut ilmu yang baik, bagaimana pentingnya adab sebelum menuntut ilmu (Az-Zarnuji, 2019).
Az-Zarnuji (2019) seorang tokoh pendidikan Islam, menjelaskan, bahwa syarat utama dalam menuntut ilmu diantaranya berkaitan dengan niat, memilih guru, dan menghormati ilmu.
Hakekatnya, ilmu itu adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan demikian, jika kita melakukan segala upaya untuk menghormati ilmu, itu artinya kita telah mengagungkan Dzat yang Maha memiliki ilmu.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surat Ali Imran ayat 7:
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ اٰيٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الْكِتٰبِ وَاُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌ ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهٖۚ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُ ۘوَالرَّاسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِهٖۙ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۚ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ – ٧
“Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur’an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.” (QS. Ali Imran [3]: 7).
Itulah yang kemudian dikatakan oleh Syaikh Az-Zarnuji bahwa adab yang utama dalam menuntut ilmu adalah takzim terhadap ilmu, memuliakan ilmu, menghormati ilmu. Takzim ini merupakan nilai adab yang tertinggi. Seseorang tidak akan mendapatkan keberkahan ilmu, dan tidak dapat mengambil manfaat dari ilmu itu, kecuali dia takzim dan hormat kepada ilmu itu sendiri, termasuk di dalamnya adalah memuliakan dan menghormati para ulama (guru) (Az-Zarnuji, 2019).
Rasulullah shollahu’alaihi wassalam bersabda:
تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ
“Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu.” (HR Tabrani)
Dalam mempelajari ilmu, salah satu yang penting adalah keberkahan ilmu, yakni bertambahnya kebaikan (ziyaadatul khoiir). Jika apa yang dipelajari itu berkah, jika interaksi dalam proses pembelajaran itu diberkahi Allah, insya Allah akan menjadi ilmu yang bermanfaat.
Dan ilmu yang bermanfaat, akan menjadi amalan yang tidak terputus meski manusia itu telah meninggal. Salah satu cara untuk mencapai keberkahan ilmu adalah dengan memuliakan ilmu.
Dan diantara bentuk memuliakan ilmu adalah dengan memuliakan guru.
Ali radhiyallahu anhu pernah berkata, “Aku adalah hamba sahaya bagi orang yang mengajariku satu huruf, jika mau ia boleh menjualku, dan jika mau ia membebaskanku”. Rasulullah shollahu’alaihi wassalam bersabda:
تَعَلّمُواالعِلْمَ وَتَعَلّمُوْا لِلْعِلْمِ السّكِيْنَةَ وَالْوَقَا رَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَتَعَلّمُوانَ مِنْهُ
“Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya” (HR. Ath-Thabrani).
Itulah arti man aroda dunya, hadits nabi tentang pentingnya belajar dan berilmu, kunci sukses dunia akhirat. (lis/berbagai sumber)
Baca juga: Arti Walladzina Utul Ilma Darajat, Kutipan Surat Al Mujadalah Ayat 11 dan Dalil Alquran Tentang Guru
Baca juga: Doa untuk Guru di Momen Hardiknas, Allaahummaghfir Li Masyayikhina, Sayangi dan Muliakan Mereka
Baca juga: 2 Contoh Visi Guru Penggerak Modul 1.3 Tahun 2024, Program Guru Penggerak Lengkap
Baca juga: Contoh Kesan dan Pesan Untuk Guru Dalam Bahasa Inggris Terbaru, Ucapan Terimakasih, Penuh Makna