Idul Fitri 2023

Teks Khutbah Idul Fitri 2023 Kemenag PDF, Implementasi Kefitrahan Jiwa Dalam Prilaku

Penulis: M Fadli Dian Nugraha
Editor: Abu Hurairah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Khutbah Idul Fitri 2023 dibawakan oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sumsel Dr. Syafitri Irwan, S.Ag., M.Pd.I

TRIBUNSUMSEL.COM-Berikut ini merupakan teks Khutbah Idul Fitri 2023 dari Kemenag berjudul Implementasi Kefitrahan Jiwa dalam prilaku rahamatan lil alamin.

Khutbah Idul Fitri 2023 ditulis oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sumsel Dr. Syafitri Irwan, S.Ag., M.Pd.I

Adapun bentuk PDF bisa diakses tautan yang sudah tersedia di bawah ini:

Klik Disini Download Khutbah Idul Fitri 2023

Khutbah Idul Fitri 2023 dibawakan oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sumsel Dr. Syafitri Irwan, S.Ag., M.Pd.I
Khutbah Idul Fitri 2023 dibawakan oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sumsel Dr. Syafitri Irwan, S.Ag., M.Pd.I

“Hadirin Jama’ah Shalat ‘Id Rahimakumullah”

Dalam suasana menunaikan shalat ‘Idul Fitri yang khidmat

Berselimut rahmat dan kemenangan ini, marilah kita menghaturkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas curahan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita, sehingga pada pagi hari yang cerah ini, kita dapat berkesempatan mensyiarkan dan mengikuti shalat Idul Fitri 1444 H / 2023 M dalam keadaan sehat walafiat, penuh gembira, bahagia dan syahdu.

Dimana sebelumnya kita telah bersama-sama berjuang yang amat melelahkan, menahan lapar dan dahaga di bawah trik sinar matahari yang menyengat, serta mengendalikan diri dan anggota tubuh kita untuk Idutidak terjerumus ke dalam perbuatan yang dilarang selama puasa pada Bulan Ramadhan ini.

Hari raya Idul Fitri yang disambut oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia dengan kumandang takbir, tahlil, dan tahmid yang menyeruak dan bergemuruh di setiap sudut kehidupan, di masjid, di surau, di lapangan, di jalan, di gunung dan di seluruh atmosfir kehidupan, menggema memenuhi seluruh angkasa raya.

Sesungguhnya adalah wujud kemenangan dan ekspresi rasa syukur kaum muslimin kepada Allah SWT atas keberhasilannya menaklukkan hawa nafsu dan mengembalikan fithrah (kesucian jiwa) melalui serangkaian aktifitas ibadah, amal shaleh dan mujahadah selama satu bulan penuh di bulan suci Ramadhan yang baru saja kita lewati.   Allah SWT berfirman :

Khutbah Idul Fitri 2023 dibawakan oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sumsel Dr. Syafitri Irwan, S.Ag., M.Pd.I

                      “Ma’asyiral Muslimin wal Aidin, Rahimakumullah”
Dalam suasana hari raya kemenangan ini, mari kita hayati kembali makna dan pesan penting kefithrahan manusia, baik sebagai ibadullah (hamba Allah) mupun sebagai khalifatullah fil ardli (khalifah di bumi).

Pertama: ‘Idul Fitri mengandung arti kembali kepada kesucian rohani, atau kembali ke asal kejadian, atau kembali ke sikap keberagamaan yang benar. Makna ini mengisyaratkan bahwa setiap muslim yang merayakan Idul Fitri sebenarnya dia sedang merayakan kesucian rohaninya dan menikmati sikap keberagamaan yang benar. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya :

Khutbah Idul Fitri 2023 dibawakan oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sumsel Dr. Syafitri Irwan, S.Ag., M.Pd.I

Mari kita perhatikan, betapa Allah SWT membandingkan orang yang mensucikan dirinya dengan orang yang mengotorinya laksana orang yang melihat dengan orang yang buta, laksanaterang berbanding gelap, laksana teduh berlawan panas. Sungguh sebuah metafora yang patut kita renungkan.

Allah seakan hendak menyatakan bahwa manusia yang fitri itu adalah yang mau melihat persoalan masyarakatnya secara empatik, kemudian berupaya mengurainya untuk terciptanya tatanan kehidupan yang adil dan berkesejahteraan.

Ia mampumenjadi lentera di kala gelap, menjadi payung di kala panas, menjadi garam bagi kehidupan dengan berupaya menghadirkan kemaslahatan dan prestasi yang maksimal untuk peradaban manusia yang lebih baik.

Mereka inilah pemilik agama yang benar, hanifiyyah wa al-samhah yang santun, toleran, dan penuh kasih sayang kepada sesama.

Naskah khutbah idul fitri 1444 lengkap untuk dibaca

Hadirin Jamaah shalat Idulfitri, Yang berbahagia”. Kedua: disadari bahwa fitrah manusia dapat berubah dari waktu ke waktu.

Berubah karena pergaulan, karena pengaruh lingkungan, karena pendidikan, karena bacaan dan tontonan, bahkan karena asupan makanan dan minuman.

Maka, agar fitrah itu tetap terpelihara dan terus bersemi, hendaknya manusia mengacu pada pola kehidupan yang Islami. Yaitu, pola kehidupan yang bernafaskan nilai-nilai spiritualitas dan akhlak mulia.

Sehingga, darinya diharapkan mampu membangun insan kamil yang memiliki keteguhan iman, keluasan ilmu pengetahuan serta terampil dalam menjawab berbagai peluang dan tantangan.

Dengan kembalinya kita kepada manusia yang fitrah, sehingga akan menampilkan prilaku perilaku yang rahmatan lil’alamin, yaitu perilaku yang membuat orang lain dan bahkan alam lingkungan di sekitar kita merasa nyaman dengan kehadiran kita.

Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Nabi dari Abdullah bin Umar

عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما عن النَّبيّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ)). مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi SAW, sabdanya:

"Muslim ialah orang yang semua orang Islam selamat dari kejahatan lidah -ucapan -dan kejahatan tangannya-perbuatannya. Muhajir ialah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah padanya." (Muttafaq 'alaih).

Maka itu puasa Ramadhan diharapkan dapat membentuk pribadi seorang muslim yang sejati, seperti yang dijelaskan Hadis tersebut bahwa muslim sejati yang kehadirannya benar-benar dapat melahirkan suasana nyaman dan sejuk dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun.

Terutama saat kita menjelang memasuki Tahun Politik, mari menjaga kerukunan, dan menghindarkan diri dari ucapan dan perbuatan atau perilaku yang dapat memperkeruh kedamaian di antara umat.

Hal ini karena kehadiran Islam untuk membawa rahmat bagi seluruh alam semesta ini, sebagaimana dijelaskan Firman Allah dalam

Baca juga: Apa Hukumnya Berhubungan Suami Istri di Malam Takbiran Idul Fitri 1444H? Ini Penjelasan Ulama

Surat Al-Anbiya Ayat 107

وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

Arab-Latin: Wa mā arsalnāka illā raḥmatal lil-'ālamīn

Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Untuk itu, segala kebiasaan baik yang telah kita jalankan di bulan suci Ramadan, berupa pengendalian hawa nafsu, tadabbur Al-Quran, berderma kepada sesama, mengelola emosi, peduli dan disiplin.

Bertutur kata yang jujur serta berbagai amal kebajikan yang lain, hendaknya tetap dirawat dan ditingkatkan sedemikian rupa agar menjadi tradisi yang mulia dalam diri, keluarga dan masyarakat, terlebih di tengah disrupsi kehidupan manusia yang semakin krisis spiritualitas dan empati kemanusiaan.

Seperti kita yakini bahwa gool setting (tujuan final) disyariatkannya ibadah shiyam adalah untuk membentuk pribadi muttaqin yang
memiliki sifat dan karakter seperti disinyalir Allah dalam surat Ali Imran ayat 134 - 135:

الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالۡكٰظِمِيۡنَ الۡغَيۡظَ وَالۡعَافِيۡنَ عَنِ النَّاسِ​ؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِيۡنَ​ۚ‏ ١٣٤

(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,

وَالَّذِيۡنَ اِذَا فَعَلُوۡا فَاحِشَةً اَوۡ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَهُمۡ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسۡتَغۡفَرُوۡا لِذُنُوۡبِهِمۡ وَمَنۡ يَّغۡفِرُ الذُّنُوۡبَ اِلَّا اللّٰهُ  وَلَمۡ يُصِرُّوۡا عَلٰى مَا فَعَلُوۡا وَهُمۡ يَعۡلَمُوۡنَ‏ ١٣٥

dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri,1 (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.

Dengan menghayati pesan ayat tersebut, mari kita tegaskan kembali bahwa segala aktifitas ibadah yang kita laksanakanhendaknya tidak terjebak pada rutinitas ritual yang kering makna.

Sebaliknya, amaliyah ibadah yang kita laksanakan seharusnya mampu mengaktualisasikan maqashid (tujuan asasi) dan hikmah tasyri di balik setiap pelaksanaan ibadah.

Yaitu, untuk menata dan memuliakan harkat dan martabat kemanusiaan. 

Sebab seluruh amal ibadah yang disyariatkan Islam sesungguhnya oleh dan untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. : ia mendapat (pahala) dari kebajikan yang dikerjakannya dan ia mendapat (siksa) dari kejahatan yang diperbuatnya. (QS. Al-Baqarah: 286).

Demikian tingkatan derajat yang diperoleh manusia tergantung amaliyah, sebagaimana Firman Allah Al An’am ayat 132.

وَلِكُلٍّ دَرَجٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوۡا​ ؕ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعۡمَلُوۡنَ‏ ١٣٢

Dan masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.

Ramadhan adalah kampus kehidupan manusia. Sukses Ramadhan sesungguhnya tidak diukur pada saat sedangberlangsung, akan tetapi justru dilihat dari sebelas bulan yang akan dijalaninya ke depan.

“Hadirin yang dirahmati Allah” Ketiga: adalah merupakan sunnatullaah bila dinamika kehidupan diwarnai dengan susah dan senang, datang dan hilang, peluangdan tantangan, tangis dan tawa, anugrah dan musibah yang acap kali menghiasi perjalanan hidup.

Orang bijak menyatakan, kehidupan laksana roda berputar, sekali waktu bertengger di atas, waktu lain tergilas di bawah

Kehidupan laksana samudra yang tak pernah sepi dari deburan gelombang. Segala yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan dari Yang Maha Kuasa, tidak ada sesuatupun yang abadi, apalagi yang dapat disombongkan.Dalam puasa terkandung pesan ibadah ritual dan sosial
sekaligus.

Orang yang sedang melaksanakan puasa, ketikamerasakan lapar dan dahaga, maka pada saat itulah mereka merasakan, betapa sulit dan pahitnya kehidupan orang-orang yang lemah dan miskin papa, supaya hatinya tergerak dan bangkitmenyayangi dan menyantuni mereka.

Itulah sebabnya, pada akhirRamadhan kita diwajibkan mengeluarkan zakat sebagai wujudkepedulian dan solidaritas kita untuk menghadirkan kebahagiaankepada sesama.

Suatu hari, Rasulullah Saw berpidato di atasmimbarnya, maukah kalian aku kabarkan orang yang palingjahat di antara kalian? Para sahabat pun serentak menjawab : Tentu ya Rasulullah. "Orang yang paling jahat di antara kalian ialah orang yang kenyang sendirian, yang suka memukul (budak) yang melayani dirinya, dan orang yang menolak pemberian karenakeangkuhannya".

Lalu Rasulullah meneruskan pidatonya, maukah kalian kuberitahu, orang yang lebih jahat dari mereka? Tentu ya Rasulallah.

Yaitu, orang yang tidak mau menyelamatkan orang yang sedang tergelincir dan yang tidak mau memaafkankesalahan orang lain.

Lalu, Rasul pun meneruskan pidatonya, maukah aku beritahukan orang yang lebih jahat dari semua itu?Tentu, ya Rasulallah. Yaitu, orang yang suka membenci orang lain dan orang lain pun membenci kepada dirinya.

(Kitab Biharal-Anwar, 75: 186; al-Mukjam al Kabir, hadis nomor. 10.775).

Idul Fitri adalah momentum emas untuk memperkuat solidaritas kemanusiaan kita dengan saling peduli, berbagi danmenghargai, saling merajut silaturrahmi, menyapa dan memaafkan serta mengaktualisasikan nilai-nilai fitrah dalam perbuatan nyata dan prilaku mulia.

Semoga momentum Idul Fitri juga benar-benar mampu mengantarkan tatanan kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai agama, akhlak mulia, kebersamaan dan kasih sayang sejahtera dan berkeadaban di bawah naungan ridha, maghfirah, dan kasih sayang Allah SWT. Amin, Ya Mujiibassaa'iliin.

Khutbah Idul Fitri 2023 dibawakan oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sumsel Dr. Syafitri Irwan, S.Ag., M.Pd.I
Khutbah Idul Fitri 2023 dibawakan oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sumsel Dr. Syafitri Irwan, S.Ag., M.Pd.I
Khutbah Idul Fitri 2023 dibawakan oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sumsel Dr. Syafitri Irwan, S.Ag., M.Pd.I

Baca juga: Doa Niat Mandi Wajib Idul Fitri 2023 untuk Pria dan Wanita Beserta Tata Caranya Sesuai Sunnah

Berita Terkini