TRIBUNSUMSEL.COM- Berikut ini kumpulan materi khutbah jumat membahas tentang peristiwa Nuzulul Quran Ramadhan 2023 singkat dan lengkap.
Nuzulul Quran merupakan peringatan turunnya Al Quran yang diyakini jatuh pada 17 Ramadhan bertepatan pada tanggal 8 April 2023.
Menjelang peristiwa Nuzulul Quran biasanya khatib atau penceramah membahas topik tersebut dalam materi khutbah mereka.
Nah, berikut beberapa materi khutbah Jumat singkat terkait momen Nuzulul Quran tersebut.
Berikut ini adalah kumpulan Khutbah untuk merayakan Nuzulul Quran 2023, dilansir seruanmasjid.com, mui.or.id, kemenag.go.id dan kuagedebage.
Baca juga: 25 Kata Mutiara Malam Nuzulul Quran Terbaik dan Penuh Arti, untuk Dibagikan di Media Sosial
1. KHUTBAH Nuzulul Quran
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى :
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
(QS al-An‘am [6]: 155)
Alhamdulillah, kita dipertemukan oleh Allah di hari yang mulia, di tempat yang mulia, di bulan mulia, bersama dengan orang-orang yang insyaallah dimuliakan oleh Allah SWT. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada baginda Nabi SAW.
Bertakwalah kepada Allah, kapan pun dan di mana pun Anda berada. Pelihara selalu tindakan, ucapan, dan sikap kita agar senantiasa berada di jalan Allah, meniti sunnah Rasulullah.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Setiap Ramadhan kaum Muslim biasa menyelenggarakan peringatan Nuzulul Quran. Berbagai acara dilakukan untuk mengingatkan kembali kepada pentingnya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia akhir zaman.
Peristiwa Nuzulul Quran adalah peristiwa dahsyat. Mengapa? Perhatikan firman Allah SWT:
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Andai Al-Qur’an ini Kami turunkan di atas gunung, kamu (Muhammad) pasti menyaksikan gunung itu tunduk dan pecah berkeping-keping karena takut kepada Allah. Perumpamaan itu kami buat untuk manusia agar mereka mau berpikir (TQS al-Hasyr [59]: 21).
Imam ath-Thabari menafsirkan ayat ini dengan menyatakan: Allah Yang Maha Agung berfirman, “Andai Kami menurunkan Al-Qur’an kepada sebuah gunung, sementara gunung itu berupa sekumpulan bebatuan, pasti engkau akan melihat, wahai Muhammad, gunung itu sangat takut.
” Allah mengatakan, “Gunung itu tunduk dan terpecah-belah karena begitu takutnya kepada Allah meskipun gunung itu (bebatuan) amat keras.
” Tidak lain karena gunung tersebut sangat khawatir tidak sanggup menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan atas dirinya, yakni mengagungkan Al-Qur’an (Ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an, 23/300).
Adapun Imam al-Baidhawi menafsirkan ayat ini dengan menyatakan, “Andai Kami (Allah SWT) menciptakan akal dan perasaan pada gunung, sebagaimana yang telah Kami ciptakan pada diri manusia, kemudian Kami menurunkan Al-Qur’an di atasnya, dengan konsekuensi pahala dan siksa, sungguh gunung itu akan tunduk, patuh dan hancur berkeping-keping karena takut kepada Allah SWT.
Ayat ini merupakan gambaran betapa besarnya kehebatan dan pengaruh Al-Qur’an.” (Al-Baidhawi, Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil, 3/479).
Karena itulah, menurut Abu Hayan al-Andalusi, ayat ini merupakan celaan kepada manusia yang keras hati dan perasaannya tidak terpengaruh sedikit pun oleh Al-Qur’an.
Padahal jika gunung yang tegak dan kokoh saja pasti tunduk dan patuh pada Al-Qur’an, sejatinya manusia lebih layak untuk tunduk dan patuh pada Al-Qur’an (Abu Hayan al-Andalusi, Bahr al-Muhîth, 8/251).
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Apa yang dinyatakan oleh Abu Hayan al-Andalusi ini justru banyak terjadi saat ini. Banyak manusia tidak tunduk dan patuh pada Al-Qur’an. Banyak manusia yang bahkan tidak bergetar saat Al-Qur’an dibacakan.
Boleh jadi hal itu karena banyak hati manusia yang sudah mengeras. Bahkan lebih keras dari batu.
Tak sedikit pun terpengaruh oleh bacaan Al-Qur’an. Apalagi tergerak untuk mengamalkan isinya dan menerapkan hukum-hukumya. Padahal setiap tahun Nuzulul Quran diperingati.
Bahkan setiap hari mungkin Al-Qur’an sering dibaca atau diperdengarkan.
Jika demikian keadaannya, Allah SWT sungguh telah mengingatkan kita:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Tidakkah mereka memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka telah terkunci? (TQS Muhammad [47]: 24).
Artinya, menurut Imam as-Samaqandi, “Apakah mereka tidak mendengarkan Al-Qur’an; tidak mengambil pelajaran dari Al-Qur’an; dan tidak memikirkan apa yang telah Allah SWT turunkan dalam Al-Qur’an berupa janji dan ancamannya serta banyaknya keajaiban di dalamnya sehingga dengan itu mereka paham bahwa Al-Qur’an benar-benar dari sisi Allah? Ataukah kalbu-kalbu mereka telah tertutup?” (As-Samarqandi, Bahr al-’Ulum, 4/156).
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Al-Qur’an sejatinya Allah SWT turunkan agar menjadi rahmat bagi manusia (Lihat: QS Fushilat [41]: 2-3). Dan itu hanya bisa terwujud jika seruan-seruannya dipenuhi oleh manusia. Allah janjikan keberkahan.
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati. Karena itu ikutilah kitab tersebut dan bertakwalah agar kalian diberi rahmat (TQS al-An‘am [6]: 155).
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Seruan-seruan Al-Qur’an setidaknya memiliki dua aspek, yakni aspek ruhiyah (spiritual) dan aspek siyasiyah (politik).
Aspek ruhiyah mencakup pengaturan hubungan manusia dengan Allah SWT seperti shalat, puasa, haji, dll.
Adapun aspek siyasiyah (politik) mencakup pengaturan hubungan sesama manusia, khususnya yang menyangkut urusan publik yang dijalankan oleh negara dan dikontrol pelaksanaannya oleh umat.
Sebab, politik dalam Islam pada hakikatnya adalah pengaturan urusan umat, baik di dalam maupun di luar negeri, sesuai dengan petunjuk dan hukum-hukum Al-Qur’an.
Sayang, aspek siyasiyah Al-Qur’an belum mendapat perhatian semestinya sebagaimana aspek ruhiyah-nya. Oleh sebab itu, pantas kerahmatan dan keberkahan Al-Qur’an masih jauh dari kehidupan manusia saat ini.
Ayat Al-Qur’an yang sifatnya politis, seperti ayat-ayat tentang kewajiban menerapkan hukum Islam dalam aspek publik, tak diterapkan. Demikian pula ayat-ayat tentang dakwah dan jihad,
amar makruf nahi mungkar, hingga ayat-ayat tentang kewajiban menegakkan sistem ekonomi Islam seolah-olah hilang.
Padahal, Al-Qur’an itu jelas-jelas mengatur seluruh aspek kehidupan. Inilah kitab paripurna bagi manusia untuk mengarungi dunia. Yang berasal dari Yang Maha Benar dan Adil, Allah SWT.
Karenanya, tugas kita semua, membumikan Al-Qur’an sehingga Islam ini bisa dilaksanakan secara kaffah sebagaimana dicontohkan Nabi dan para sahabat. Mewujudkan keberkahan hakiki di atas ridha ilahi rabbi.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Demikianlah Khutbah Makna Nuzulul Quran
Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh.
Baca juga: Bacaan Doa Sesudah Sholat Gerhana Matahari Lengkap, Arab dan Latin Serta Terjemahan
2. Khutbah Peringatan Nuzulul Quran Sebagai Media Muhasabah
Dr. Agus Hermanto
Dosen UIN Raden Intan Lampung
Muhasabah Nuzul Al-Qur'an: Ayo Membaca Al Qur'an
Saat ini kita sudah melewati pertengahan Ramadan, tepat 17 Ramadan 1442H. Tanggal ini dipahami sebagai waktu terjadinya peristiwa Nuzulul Qur'an (turunnya Al Qur'an).
Peristiwa ini sering diperingati dengan semarak. Selain masjid dan musalla, bahkan istana negara juga menggelar peringatan Nuzulul Al-Qur'an. Karena pandemi, peringatan Nuzulul Quran dalam dua tahun terakhir digelar secara berbeda.
Inti peringatan Nuzulul Qur’an adalah agar umat Islam mengambil hikmah/ibrah atas turunnya Al-Quran. Dengan begitu, umat diharapkan menjadi semakin dekat dengan Al-Qur'an, semakin rajin membaca, mentadabbur makna, dan mengamalkannya. Allah berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). (QS. Al Baqarah: 185)
Peringatan Nuzulul Qur’an bukan sekedar perayaan. Momen ini diperingati dengan harapan melahirkan generasi yang cinta Al-Qur’an, yang mau membaca, mempelajari, mentadabbur dan mengamalkan kandungannya.
Sangat disayangkan, sampai saat ini masih banyak masyarakat yang tidak mampu membaca Al-Qur'an. Bukan hanya anak-anak, mereka yang sudah dewasa juga banyak yang belum bisa membaca Al-Qur'an.
Hal ini misalnya bisa dilihat saat tes baca Al-Qur'an bagi para calon peserta Pilkada dan pemilihan legislatif di Aceh, sebagian masih ada yang belum mampu membaca Al-Qur'an dengan baik. Begitu juga saat uji baca Al-Qur'an bagi calon pengantin di KUA.
Ayo belajar, karena tidak ada kata terlambat untuk belajar Al-Qur'an. Ayo bersahabat dengan Al-Qur’an. Caranya, dengan terus membaca dan mempelajarinya, tidak hanya dibaca ketika momen tertentu saja. Sehingga tidak ada jarak antara kita dan Al Qur'an.
Al-Quran adalah pedoman hidup umat Islam, obat penyejuk dan penenang hati. Setiap huruf yang dibaca, mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.
Pemerintah beberapa tahun lalu sudah mencanangkan program wajib mengaji setelah magrib. Menjadi tugas orang tua untuk mengontrol dan memotivasi anaknya untuk terus mengaji. Jika ini berjalan, ke depan tidak ada lagi generasi umat Islam Indonesia yang tidak mampu membaca Al-Qur'an. Akan lebih baik lagi jika lahir generasi Qur'ani.
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya.”
Kalau Mau Bahagia, Bacalah Al Qur'an
Al-Qur'an juga membawa kita kepada kebahagiaan. Allah berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتٰبَ اللّٰهِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً يَّرْجُوْنَ تِجَارَةً لَّنْ تَبُوْرَۙ لِيُوَفِّيَهُمْ اُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدَهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖۗ اِنَّهٗ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ
29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur'an) dan melaksanakan salat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi, 30. agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri. (QS Fathiir: 29-30).
Mari perbanyak membaca Al-Qur’an, apalagi saat Ramadan, bulan yang penuh keagungan dan kelebihan. Ulama terdahulu, misalnya Imam Malik r.a, meliburkan majelis ilmu selama Ramadan, supaya bisa fokus untuk Al-Qur’an dan ibadah lainnya.
Hal ini juga dilakukan di Universitas Al-Azhar, Kairo. Imam As Syafi'i Rahimahullah juga mengkhatamkan Al-Qur'an berkali-kali selama Ramadan.
Mari hiasi Ramadan dengan membaca Al-Qur’an. Peristiwa Nuzul Qur'an tidak sekedar dirayakan secara seremonial, tapi dijadikan upaya membudayakan untuk membaca Al-Qur'an baik di rumah, kantor, masjid/mushalla, sekolah dan tempat kita bekerja.
Rasulullah bersabda, “Amalan puasa dan membaca Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata: Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya.
Dan Al-Qur’an berkata: Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya, maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.” [HR. Ahmad, Shahih At-Targhib: 1429]
Insya Allah, semakin sering membaca dan mengamalkan Al-Qur’an, semakin besar harapan kita untuk mendapatkan syafa’at dan keberkahan dari Al-Qur’an di hari kiamat. Ke depan, semoga tidak ada lagi generasi umat muslim Indonesia yang tidak bisa membaca Al-Qur’an.
Mulailah dari sekarang membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an akan menenteramkan hati dan pikiran, sehingga kita menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup ini. Jangan biarkan Ramadan berganti hari tanpa ada bacaan Al-Qur'an. Sesibuk apapun targetkan pada Ramadan kali ini untuk mengkhatamkan membaca Al-Qur'an, minimal sekali.
3. Khutbah Nuzulul Quran
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛
Ketika Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad Saw untuk menyampaikan Wahyu pertama, Jibril berkata kepada Nabi Saw, IQRA’…( Bacalah ), kemudian Nabi Muhammad saw pun menjawab, ” Ma Ana Bi Qarik “, ( Saya tidak bisa membaca), hingga sampai tiga kali, Jibril mengulang agar Nabi Saw membacanya, Sang Rasul, tetap menjawab yang sama.
Hingga akhirnya, Jibril memeluk erat Nabi Muhammad saw dengan penuh cintanya, kemudian mengulangi lagi mengucapkan IQRA’, akhirnya Nabi Saw dapat mengikuti dan membaca, “Iqra’ Bismirabbika ladzi Khalaq”.
Dan kalimat ini, menjadi pertanda wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada manusia, yang kemudian tersusun dalam surat Al- ‘Alaq ayat 1-5.
Oleh karenanya, Nabi Muhammad saw pun, dikenal dengan sifat ke-Ummi-annya, yang tidak bisa baca dan tulis. Sehingga ketika diminta oleh Jibril untuk membaca, Nabi Muhammad Saw tidak bisa.
Ketidakmampuan Nabi Saw untuk membaca dan menulis bukanlah suatu aib bagi bangsa Arab kala itu, karena memang demikianlah kondisi sosio-historis masyarakat pada saat wahyu pertama diturunkan. Sehingga Allah berfirman dalam Al Qur’an;
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 2)
Setelah kita mengetahi Proses dari Nuzulul Qur’an, Maka hendaknya kita mensyukuri nikmat yang telah Allah swt limpahkan kepada kita yakni kenikmatan berupa petunjuk kearah kebenaran dan semuanya telah terkandung didalam al-Qur’an yang mulia itu.
Ketahuilah bawa Rasulullah saw selalu menaruh perhatian kepada Al-Quran dengan sungguh-sungguh. Terutama pada bulan Ramadhan, Rasulullah saw semakin tekun didalam memperhatikan Al-Quran, mempelajari Al-Quran dan membacanya merupakan pendekatan kepada Allah yang paling tinggi dan Ibadah yang paling berharga.
Seperti yang dijelaskan dalam sabda Nabi saw
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur'an dan mengajarkannya.”Shahih Bukhari hadis nomor 4639 (Lihat: Fathul Bari Ibnu Hajar)
Juga Nabi saw bersabda:
عَن ابِي عَبٌاسٍ رَضَيِ اللٌهُ عَنُهمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلَيِ اللٌهُ عَلَيهِ وَسَلَمَ اِنَ الٌذِي لَيسَ فيِ جَوفِه شَي مِنَ القُرانِ كَالَبيتِ الخَرِبِ. (رواه الترمذي وقال هذا حديث صحيح ورواه الدارمي والحاكم وصححه)
Dari Abdullah bin Abbas r. huma. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang yang tida ada sedikitpun al Quran dalam hatinya adalah seperti rumah kosong.” (HR Tirmidzi)
Jamaah Jumat yang Berbahagia
Sungguh perlu diketahui bahwa tatkala kita mempelajari dan membaca Al-Quran pahalnya begitu berlimpah ruah. Bayangkan saja dalam satu huruf dari Al-Quran bernilai satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan bernilai berlipat sepuluh kali. Sebagai mana dijelaskan dalam suatu sabda nabi saw:
Dari Abdullah bin Mas'ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur'an) maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan “Alif lam mim” itu satu huruf, tetapi “Alif” itu satu huruf, “Lam” itu satu huruf dan “Mim” itu satu huruf.” (HR At Tirmidzi dan berkata, “Hadits hasan shahih).
Melalui momen peringatan nuzulul quran yang diperingatkan pada 17 Ramadhan ini, menjadi renungan dan ibroh bagi kita semua, khususnya bagi penulis, bahwa kemajuan sebuah peradaban, tidak bisa dilepaskan dari tradisi Iqra’ atau budaya literasi yang saat ini banyak dipopulerkan masyarakat.
Semoga semangat, Nuzulul Quran pada Ramadhan kali ini, menjadi semangat baru, dalam menggapai peradaban dan kehidupan yang lebih baik dan maju.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
4. Khutbah Nuzulul Quran
ALHAMDULILLÂHIL QOOIL: SYAHRU ROMADHOONAL LADZII UNZILA FIIHIL QURAAN, HUDAL LIN NAASI WA BAYYINAATIM MINAL HUDAA WAL FURQOON.
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOOH AL-MALIKUR ROHMAAN, WA ASYHADU ANNA SAYYIDANAA MUHAMMADAN ABDUHU WA ROSUULUHU SAYYIDUL INSI WAL JAAN.
ALLOHUMMA SHOLLI WA SALLIM 'ALAA SAYYIDINA MUHAMMADIN WA 'ALAA AALIHI WA SHOHBIHI AJMA'IIN. AMMA BA'DU
FAYAA AYYUHAH HAADLIRUUN, UUSIIKUM WA IYYAAYA BI TAQWALLOOH. FAINNAL JANNATA U'IDDAT LIL MUTTAQIIN.
QOOLALLOOHU TA'AALA FIL QURAANIL KARIIM, A'UUDZU BILLAAHI MINASY SYAITHOONIRROJIIM, BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM:
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah!
Sadaya puji kagungan Allah, Shalawat kalih salam salamina didugikeun ka jungjunan urang Nabi Muhammad Saw. Ka kulawargina, sahabatna, katut ka sadaya umatna dugi ka yaumil kiamat.
Khotib umajak ka sadaya hadirin sidang Jumat, hayu urang sasarengan ningkatkeun ajen kataqwaan urang ka Allah Swt. Margi mung ukur taqwa bekel pangsaena kanggo urang jaga di akherat. Fatazawwadû fainna khoiroj jâdit taqwâ.
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah!
Di antawis kaagungan sasih Ramadhan teh, aya peristiwa anu agung nyaeta peristiwa Nuzulul Quran, nyaeta peristiwa dilungsurkeuna al-Quran ku Allah Swt. melalui malak Jibril AS.
Dupi waktos peristiwa Nuzulul Quran, para ulama benten pendapat.
Kahiji, dumasar kana pendapat Ibnu Umar, nyebatkeun Nuzulul Quran teh terjadi kaping 8 atanapi 18 Rabiul Awwal.
Pendapat kadua, dumasar kana riwayat Abu Hurairah, nyebatkeun yen Nuzulul Quran terjadi kaping 17 atanapi 27 Rajab.
Pendapat katilu, dumasar kana pendapat Ibnu Ishaq riwayatna ti Al-Barra bin 'Aziz, nyebatkeun Nuzulul Quran terjadi kaping 17 Ramadhan.
Pendapat kaopat, dumasar kana pendapat Syekh Shafiyur Rahman Mubarak Fury, nyebatkeun Nuzulul Quran terjadi kaping 21 Ramadhan.
Pendapat terakhir, berdasarkeun pendapat Ibnu Hajar Al-Haitamiy, riwayat Aisyah, Jabir, sareng Watsilah bin Asqo, nyebatkeun Nuzulul Quran terjadi kaping 24 Ramadhan.
Janten, upami urang sadaya biasa mieling Nuzulul Quran kaping 17 Ramadhan, berarti ngiring kana pendapat Syaikh Barra bin 'Aziz. Anapon persolan benten pendapat, teu kedah janten perselisihan, margi perbedaan pendapat, pada hakikatna, janten rahmat kanggo urang sadaya.
Dawuhan Kangjeng Rasul Saw.: "Al-ikhtilâfu fî ummatî rohmatun; perbedaan anu aya di kalangan umat kami, saur Rosul, eta jadi mangrupakeun rahmat".
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah!
Dalil anu ngunggelkeun wireh Nuzulul Quran terjadi di sasih Ramadhan, nyaeta dawuhan Allah Swt. Q.S. Al-Baqarah ayat 185:
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان
Anu maksadna:
"Bulan Ramadhan teh, bulan dilungsurkeunana Al-Quran, anu janten pituduh keur sakumna manusa, anu bisa misahkeun mana anu haq jeung mana anu bathil".
Dalil anu sanesna nyaeta Q.S. Al-Qadr ayat 1:
إنا أنزلناه في ليلة القدر(1) وما أدراك ما ليلة القدر(2) ليلة القدر خير من ألف شهر(3) تنزل الملائكة والروح فيها بإذن ربهم من كل أمر(4) سلام هي حتى مطلع الفجر(5)
Hartosna:
"Saestuna Kami nurunkeun Al-Quran dina maleman Lailatul Qadar"
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah!
Ayat kahiji surat al-Qadr ngajentrekeun yen Al-Quran lungsur dina wengian Lailatul Qadr. Hiji wengi anu mungguh Allah diberkahan ku Mantena. Dawuhan Allah Swt. Q.S. Ad-Dukhan ayat 3:
إنا أنزلناه في ليلة مباركة إنا كنا منذرين
Hartosna:
"Saestuna Kami Nurunken (al-Quran) dina peutingan anu dibekahan, Saestuna kami nyata anu mere peringatan".
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah!
Dina surat al-Qadr ayat kadua aya istifham wa mâ adrâka. Numutkeun sabagian ulama, kalimat istifham wa mâ adrâka, dina al-Quran, sadayana digunakeun kango nunjukkeun perkara atanapi kajadian anu LUAR BIASA, sareng manusa moal terang kana hakikat anu saleresna. Misalna,
wa mâ adrâka mal Qâri'ah, wa mâ adrâka mâ hiyah, sareng anu sanesna.
Janten, Hadirin Sidang Jumat, kasimpulanana yen Lailatul Qodar, di mana al-Quran dilungsurkeun teh,
hiji kajadian anu hakekatna mung Allah anu uninga. Kabagjaan anu kalintang ageungna pikeun jalmi anu kenging kamulyaan Lailatul Qadar.
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah!
Anu paling penting kanggo urang, peristiwa Nuzulul Quran ulah mung saukur peringatan anu sifatna ritual. Tapi, kumaha carana al-Quran janten pribadi urang sadaya.
Al-Quran mangrupikeun kitab suci anu salamina saluyu jeung zaman, maka urang sadaya kudu akur jeung zaman. Hartosna, kudu bisa ngigelan zaman. Sabab sifat dasar muslim anu Qurani, nyaeta shâlihun li kulli zamânin wa makânin.
Al-Quran ngajarkeun ka urang supaya urang mangfaat, sanes mung ukur pikeun papada jalma, tapi manfaat pikeun sakumna alam. Maka urang kedah janten jalmi anu rahmatan lil 'âlamîn, nyaah ka jalma, nyaah ka sakumna alam.
Al-Quran ngajarkeun supaya urang nyandarkeun sadaya aktivitas amliyah urang kana kaikhlasan, maka sadaya anu patali sareng amal urang kudu ikhlas.
Ngator ikhlas, nyawah ikhlas, dagang ikhlas, ngebon ikhlas, mingpin umat ikhlas, sadayana kudu ikhlas. Syekh Yusuf Qardawi ngunggelkeun mâ kâna lillâhi dâma wat tashola, wa mâ kâna lighoirihi inqotho'a wan fashola.
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah!
Mudah-mudahan urang sadaya tiasa berakhlak luyu sarena al-Quran. Tiasa ngajantenkeun al-Quran sebagai minhâjul hayât, di mana wae sareng iraha wae urang aya. Amin yâ rabbal 'âlamîn.
BARAKALLOOHU LII WA LAKUM MINAL AAYAATI WA DZIKRIL HAKIIM. WA TAQOBBALA MINNII WA MINKUM TILAAWATAHU, INNAHU HUWAS SAMII'UL 'ALIIM.
Baca juga: 5 Amalan Bulan Ramadhan Bagi Perempuan Haid Berdasarkan Hadits, untuk Tambah Pahala Selama Puasa