TRIBUNSUMSEL.COM - Berikut contoh teks khutbah Jumat dengan tema "Empat Hal yang Harus Ada pada Diri Manusia" dan "Mengenal Nabi Muhammad Membuatmu Semakin Mencintainya"
Contoh khutbah pertama : "Empat Hal yang Harus Ada pada Diri Manusia" ditulis oleh H. Khairul Anam, S.H., M.Kes dalam buku Kumpulan Khutbah Jum'at Inspiratif.
Empat Hal yang Harus Ada pada Diri Manusia :
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Jamaah Sholat Jum’at rahimakumullah
Bersyukur kita kepada Allah, atas anugerah dan nikmatnya yang Allah berikan kepada kita semua, kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk melaksanakan salah satu yang Allah fardukan kepada kita yaitu melaksanakan salah fardu jum’at.
Dan marilah kita senantiasa meningkatakan taqwa kita kepada Allah, yang hakikat taqwa itu adalah melakukan ketaatan keapada Allah. Pertama kita tidak melakukan maksiyat kepada-Nya yang kedua taqwa itu adalah bagaimana kita selalu ingat kepada Allah dan tidak melupakannya dan yang ketiga adalah kita senantiasa bersyukur dan tidak menjadi kufur akan nikmat Allah.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad Bin Hambal yaitu:
Ada empat sifat yang apabila semuanya ada pada dirimu, maka tidak akan menjadi sebab kalian ditimpa kesusahan, empat sifat tersebut adalah:
1. Menjaga Amanah
2. Bicara jujur
3. Berakhlak mulia
4. Senantiasa menjaga kesucian
Berdasarkan hadist tersebut di atas memegang teguh amanah itu adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidup ini, sekali saja orang tidak amanah, maka orang lain sulit untuk mempercayai kita, berbuat jujur dan tidak melakukan dusta dalam pergaulan di masyarakat, apapun posisi dan status sosial seseorang tentu kita harus menjaga diri dari sifat-sifat yang akan mengotori diri kita semua.
Serta senantiasa menjaga kesucian artinya adalah:
Pertama : Membersihakan diri kita dari keburukan akhlak
Kedua : Membersihakan diri dari kotoran penyakit hati
Ketiga : Membersihkan diri dari perilaku dan perbuatan jahiliyah
Dalam al-Qur’an Yunus 10:57
“Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat dan pelajaran (Al-Qur’an) dari Rabb-Mu, penyembuh dari penyakit–penyakit dalam dada (dalam hati manusia) dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.
Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumullah
Bagaimana kiat untuk membersihkan hati, dan mengembalikan kepada fitrah, yaitu 3 hal penting yang harus kita lakukan:
Pertama : Berdo’a kepada Allah
Kedua : Menghilangkan Al-Ghaflah (Kelalaian)
Ketiga : Melakukan Tazkiyatun Nafs (pensucian jiwa)
yaitu senantiasa Tawaddu’ di jalan Allah.
Jama’ah rahimakumullah
Syekh Abdurrahman As-Sa’di mengatakan Bahwa Allah Subhanahu wata’ala menjadikan akal kepada manusia adalah:
1. Agar manusia cenderung menganggap baik pada kebenaran
2. Agar manusia cenderung menganggap buruk segala yang bathil
3. Karena dalam hukum islam kata beliau, apa yang ada dalam hukum islam/syariat Islam baik yang lahir maupun yang bathin Allah telah menjadikan pada hati semua
makhluknya, kecendrungan untuk menerimanya, maka Allah menjadikan di hati mereka rasa cinta kepada kebenaran dan selalu mengutamakannya, itulah hakikat fitrah yang disebutkan dalam ayat tersebut
Jama’ah Sholat rahimakumullah
Akan tetapi masih ada daripada sebagian manusia, memutar balikkan penafsiran ayat Al-Qur’an yang sangat mulia tersebut, dimana sesuatu yang sudah jelas kebathilannya, malah itu yang dianggap sesuatu yang haq, di belanya mati-matian, begitu yang lainnya sesuatu yang jelas-jelas hukum haram maka yang haram itu tetap di kerjakannya, dan dianggap sesuatu yang biasa-biasa saja.
Sehingga ada ungkapan yang menyesatkan “jangankan yang halal, yang haram saja sulit untuk mencarinya”.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi, padahal misalnya pelakunya adalah seorang yang tahu di agama, seorang pejabat, seorang pemimpin, seorang wakil rakyat, dan atribut sosial lainnya, hal tersebut disebabkan karena mereka tidak menggunakan akal sehatnya, akan tetapi akal yang Allah berikan kepada manusia, yang mana manusia dengan akal pikirannya sesungguhnya dapat membedakan antara haq dan bathil, yang halal dan yang haram, yang sunnah dan yang bid’ah, yang tauhid dan yang syirik, akal fikiran yang sehat ini tidak di gunakan sebagai mana mestinya.
Akan tetapi selalu digunakan untuk mengakal-akali, sehingga yang haram dijadikan yang halal, yang bathil di jadikan yang haq, yang bid’ah dikerjakan, yang sunnah malah ditinggalkan, itulah potret kehidupan manusia.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah bersabda yang artinya Semua bayi yang (baru lahir) dilahirkan diatas fitrah (cenderung kepada Islam) lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan orang Yahudi, Nashrani atau Majusi.
Dari ‘Yadh Himar al-Majusy, bahwa Rasulullah bersabda: (Allah berfirman) sesungguhnya Aku menciptakan para hambaku, semua dalam keadaan hanif (lurus dan cenderung kepada kebenaran) dan sungguh kemudian syaithan mendatangi mereka, lalu memalingkan mereka dari agama mereka.
Hadist tersebut diatas menunjukkan bahwa manusia dilahirkan kedunia ini dalam keadaan fitrah cendrung menerima islam dan beribadah kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-A’raf:172
“Dan ingatlah ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam, dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian dari terhadap diri mereka (seraya berfirman) “Bukankah aku ini RabbMu” mereka menjawab “Betul (engkau Rabb kami) kami menjadi saksi “(Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lalai dalam terhadap ini (Iman dan Tauhid keapada Allah )."
Sumber :
Anam, Khairul. 2019. Kumpulan Khutbah Jum'at Inspiratif. Ponorogo: Barko Grup.
Baca juga: Jadwal Sholat Dzuhur di Hari Jumat Bagi Wanita Jam Berapa, Berikut Penjelasan Ulama
Contoh khutbah kedua
"Mengenal Nabi Muhammad Membuatmu Semakin Mencintainya". Contoh khutbah Jumat ini dikutip dari mtsn1polman.sch.id.
Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ فَسَوَى، وَالَّذِيْ قَدَّرَ فَهَدَى، وَالَّذِيْ أَخْرَجَ المَرْعَى، فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى، رَبِّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكِهِ وَمُدَبِّرِهِ وَمُصَرِّفِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا نِدَّ وَلَا شَبِيْهَ وَلَا نَظِيْرَ وَلَا مَثِيْلَ، وَهُوَ السَّمِيْعُ البَصِيْرُ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ بَيْنَ يَدَيَّ السَّاعَةِ بِالْحَقِّ لِيَكُوْنَ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، وَهِدَايَةً لِلْغَاوِيْنَ، وَحُجَّةً عَلَى المُعَانِدِيْنَ، فَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ وَأَصْحَابِهِ المَيَامِيْنِ، وَعَلى المُقْتَدِيْنَ بِهِ وَبِهِمْ إِلَى يَوْمِ الجَزَاءِ وَالمَصِيْرِ.
أَمَّا بَعْدُ،:
Ibadallah,
Khotib mewasiatkan kepada diri khotib sendiri dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Karena hanya orang bertakwa saja yang akan sukses di dunia dan akhirat.
Ibadallah,
Di hari Jumat ini kita dianjurkan untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara hikmah yang bisa kita petik dari syariat ini adalah agar kita senantiasa teringat dengan kekasih hati kita Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena kita sering menyebutnya. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Tatkala seseorang semakin banyak menyebut seseorang yang dia cintai dan menghadirkannya dalam hatinya, mengingat-ingat kebaikan-kebaikannya, pastilah akan bertambah-tambah rasa cintanya kepada orang yang dia cintai itu. Dan bertambah pula rasa rindu untuk berjumpa dengannya.”
Namun, ingatan kita dan kenangan kita terhadap Nabi kita itu kualitasnya tergantung pada pengenalan seseorang kepada beliau. Semakin mengenalnya, semakin berkualitas perenungannya. Dan semakin besar pula rasa cinta dan rindunya. Adapun orang yang tidak memiliki bekal pengenalan terhadap beliau, akan hambar bahkan hampa perenungan mereka. Demikian juga akan rendah kualitas shalawat mereka.
Ibadallah,
Pengenalan kita terhadap Nabi Muhammad adalah sesuatu yang sangat penting. Terlebih di zaman sekarang, dimana banyak orang sedikit menaruh hormat kepada beliau dengan penghormatan yang selayaknya. Bahkan di antara mereka orang-orang kafir berani terang-terangan melecehkan beliau.
Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu menceritakan kepada kita bagaimana fisik Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kata Ali radhiallahu ‘anhu,
لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ بِالطَّوِيلِ الْمُمَّغِطِ ، وَلَا بِالْقَصِيرِ الْمُتَرَدِّدِ ، وَكَانَ رَبْعَةً مِنَ الْقَوْمِ ، لَمْ يَكُنْ بِالْجَعْدِ الْقَطَطِ ، وَلَا بِالسَّبْطِ ، كَانَ جَعْدًا رَجِلًا ، وَلَمْ يَكُنْ بِالْمُطَهَّمِ وَلَا بِالْمُكَلْثَمِ ، وَكَانَ فِي وَجْهِهِ تَدْوِيرٌ أَبْيَضُ مُشَرَبٌ ، أَدْعَجُ الْعَيْنَيْنِ ، أَهْدَبُ الْأَشْفَارِ ، جَلِيلُ الْمُشَاشِ وَالْكَتَدِ ، أَجْرَدُ ذُو مَسْرُبَةٍ ، شَثْنُ الْكَفَّيْنِ وَالْقَدَمَيْنِ ، إِذَا مَشَى تَقَلَّعَ كَأَنَّمَا يَنْحَطُّ فِي صَبَبٍ ، وَإِذَا الْتَفَتَ الْتَفَتَ مَعًا ، بَيْنَ كَتِفَيْهِ خَاتَمُ النُّبُوَّةِ ، وَهُوَ خَاتَمُ النَّبِيِّينَ ، أَجْوَدُ النَّاسِ صَدْرًا ، وَأَصْدَقُ النَّاسِ لَهْجَةً ، وَأَلْيَنُهُمْ عَرِيكَةً ، وَأَكْرَمُهُمْ عِشْرَةً ، مَنْ رَآهُ بَدِيهَةً هَابَهُ ، وَمَنْ خَالَطَهُ مَعْرِفَةً أَحَبَّهُ ، يَقُولُ نَاعِتُهُ : لَمْ أَرَ قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ مِثْلَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .
“Rasulullah bukanlah seseorang yang tinggi jangkung. Bukan pula sosok yang pendek. Tinggi beliau adalah tinggi rata-rata laki-laki. Rambutnya bukanlah rambut yang sangat keriting. Bukan pula lurus jatuh. Rambutnya ikal dan mudah disisir. Badannya tidak gemuk. Wajahnya tidak bulat yang benar-benar bulat. Namun ada unsur bulat pada wajahnya. Kulit beliau putih kemerahan. Matanya besar dan bola matanya sangat hitam. Bulu matanya panjang. Tulang-tulang persendian dan pundak beliau besar. Secara umum, beliau bukanlah seorang yang berbulu lebat. Telapak tangan dan kakinya tebal. Kalau berjalan, beliau berjalan dengan tegap. Seakan menuruni jalan yang tinggi. Kalau menoleh, beliau hadapkan seluruh badannya. Dan di antara pundaknya terdapat stempel kenabian. Memang beliau adalah penutup para nabi. Beliau adalah seorang yang paling lapang dadanya (dalam pergaulan). Paling jujur ucapannya. Paling lembut tabiatnya. Paling mulia pergaulannya. Siapa yang berjumpa beliau secara tiba-tiba, pasti merasakan segan. Namun siapa yang sering bergaul dengannya pasti mencintainya. Aku tidak pernah melihat orang yang seperti beliau.” [HR. at-Turmudzi].
Dalam hadits yang lain disebutkan,
سَأَلَ رَجُلٌ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ : أَكَانَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ السَّيْفِ ؟ قَالَ : لَا ، بَلْ مِثْلَ الْقَمَرِ
Ada seseorang bertanya kepada al-Barra bin Azib, “Apakah wajah Rasulullah shallallahu itu seperti pedang”? al-Barra menjawab, “Wajah beliau itu seperti bulan purnama.”
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ : رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي لَيْلَةٍ إِضْحِيَانٍ ، وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ حَمْرَاءُ ، فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ إِلَيْهِ وَإِلَى الْقَمَرِ ، فَلَهُوَ عِنْدِي أَحْسَنُ مِنَ الْقَمَرِ
Dari Jabir bin Samurah, ia berkata, “Pada suatu malam purnam, aku memandangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. saat itu beliau mengenakan pakaian berwarna merah. Kupandangi beliau dan kupandangi rembulan. Sungguh menurutku beliau lebih indah dari rembulan.”
Dalam hadits lainnya disebutkan,
عَنْ سَعِيدٍ الْجُرَيْرِيِّ قَالَ : سَمِعْتُ أَبَا الطُّفَيْلِ يَقُولُ : رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا بَقِيَ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ أَحَدٌ رَآهُ غَيْرِي ، قُلْتُ : صِفْهُ لِي ، قَالَ : كَانَ أَبْيَضَ مَلِيحًا مُقَصَّدًا
Dari Said al-Juraji, ia berkata, “Aku mendengar Abu Thufail berkata, ‘Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak ada lagi orang yang pernah berjumpa beliau yang masih hidup saat ini selain aku’. Said berkata, ‘Ceritakan padaku, seperti apa Nabi itu’. Abu Thufail berkata, ‘Beliau adalah seorang yang kulitnya putih, tampan, dan tingginya rata-rata’.”
Kaum muslimin,
Adapun tentang ucapannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang banyak diam. Atau pendiam.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْلَجَ الثَّنِيَّتَيْنِ ، إِذَا تَكَلَّمَ رُئِيَ كَالنُّورِ يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ حدثنايَاهُ
Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang gigi serinya sedikit renggang. Kalau beliau berbicara seakan terlihat cahaya yang keluar dari celah gigi serinya.”
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَسْرُدُ سَرْدَكُمْ هَذَا، يَتَكَلَّمُ بِكَلَامٍ يٌبَيِّنُهُ فَصْلًا ، يَحْفَظُهُ مَنْ سَمِعَهُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah berbicara dengan cepat (nyerocos) seperti kalian, beliau berbicara dengan perkataan yang jelas dan bisa dipahami oleh orang yang mendengarnya.” [HR. Ahmad].
Beliau adalah seorang yang murah senyum. Beliau tersenyum kepada para sahabatnya dan orang-orang yang duduk dengannya.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ جَزْءٍ، قَالَ مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَكْثَرَ تَبَسُّمًا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
Dari Abdullah bin al-Harits bin Juz-in, ia berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih murah senyum melebih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Dan beliau tidak pernah tertawa terbahak-bahak. Tawa beliau adalah senyuman. Dan beliau tidak pernah bercanda dengan candaan yang bohong.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang rendah hati. Dengan kemuliaan kedudukan beliau di dunia dan akhirat, beliau tidak berat untuk menjenguk orang yang sakit. Turut serta mengantar jenazah. Mengendarai kendaraan yang jelek seperti keledai. Menanggapi panggilan atau memenuhi undangan seorang hamba.
Kaum muslimin,
Pelajarilah profil Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. karena hal ini dapat menambah dan meningkat rasa cinta kepada beliau. Menambah rasa rindu dan pengagungan. Dan mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bentuk ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman dengan sempurna sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya bahkan seluruh manusia.” [HR. Bukhari dan Muslim].
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِيْمَا سَمِعْتُمْ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ العَظِيْمِ الجَلِيْلِ، اَلْغَفُوْرِ الرَّحِيْمِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَاتَمِ رُسُلِهِ وَأَفْضَلِهِمْ، وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَتَمَمِ بِالتَّابِعِيْنَ لَهُ بِإِحْسَانٍ.
وَبَعْدُ، أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ:
Ibadallah,
Mencintai Nabi itu diwujudkan dengan dua hal. Yaitu mencintai beliau dengan hati kita. Dan yang kedua mencintai beliau dengan mengekpresikannya dengan anggota badan kita. mencintai dengan hati dapat terwujud dengan mempelajari sirah beliau, syamail (profil) beliau, dan mengetahui kemuliaan akhlak beliau. Kemudian mencintai beliau dengan anggota badan diperoleh dengan cara mempelajari sunnah-sunnah beliau. Bagaimana praktik ibadah beliau. Sehingga kita pun praktikkan dalam ibadah kita sesuai dengan petunjuk beliau.
Mengikuti beliau dalam praktik amalan, namun tidak mencintai beliau dalam hati, tidak mengagungkan beliau di hati, akan sia-sia. Oleh karena itu, dua ekspresi cinta ini harus kita tumbuhkan.
Ibadallah,
Di antara bentuk kecintaan kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tersinggung ketika beliau dilecehkan. Dengan alasan apapun. Dengan alasan kebebasan dan lain-lain. Siapa yang tidak tersinggung dan marah Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dilecehkan, maka tidak ada cinta kepada beliau di hatinya. Walaupun secara zahir dan anggota badan ia mengikuti tuntunan Nabi.
Namun kaum muslimin, ekspresi ketersinggungan ini berbeda-beda setiap orang. Kita juga harus paham posisi kita. Apakah kita penguasa? Ataukah kita ulama? Ataukah kita orang awam? Semua lapisan ini memiliki ekspresi kemarahan dan ketersinggungan yang berbeda-beda.
نَسْأَلُ اللهَ جَلَّ وَعَلَا أَنْ يَرْزُقَنَا وَإِيَّاكُمْ خَشِيَتَهُ فِي الغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ، وَأَنْ يَجْعَلَنَا وَإِيَّاكُمْ مِنْ عِبَادِهِ المُتَّقِيْنَ وَأَنْ يَهْدِيَنَا جَمِيْعاً سَوَاءَ السَّبِيْلِ ، وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَحِمَكُمُ اللهُ – عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ))
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ صلى الله عليه وسلم ، وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ
عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ .