Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Thalia Amanda Putri
TRIBUNSUMSEL.COM - Profil Mahfud MD Menko Polhukam tamu Podcast Deddy Corbuzier buka-bukaan soal kasus dugaan pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Jumat (12/8/2022).
Baca juga: Ayah Brigadir J Maafkan Ferdy Sambo, Tak Menyangka Putra Tewas di Tangan Atasan: Selalu Cerita Enak
Mahfud MD belakangan blak- blakan membuka semua motif kejahatan yang dilakukan oleh Ferdy Sambo hingga menewaskan Brigadir J.
Bahkan sosok Mahfud MD hingga kini tak lepas dari sorotan masyarakat setelah membongkar soal kasus pembunuhan yang dialami oleh Brigadir J oleh Irjen Ferdy Sambo.
Berikut Profil Mahfud MD tokoh politik Indonesia buka-bukaan soal kasus dugaan pembunuhan Brigadir J.
Sosok Mahfud MD atau dengan nama aslinya Prof. DR. H. Mohammad Mahfud Mahmodin,S.H., S.U., M.I.P. merupakan pria yang lahir di Omben, Sampang, Madura pada 13 Mei 1957.
Mahfud MD merupakan anak ke-7 dari Mahmodin dan Suti Khadidjah.
Saat kecil Mahfud Md diketahui masa kecilnya di surau dan madrasah diniyyah untuk belajar agama Islam.
Hingga akhirnya di usia 7 tahun, ia dimasukkan ke Sekolah Dasar Negeri.
Namun di sore hari melanjutkan pembelajaran di Madrasah Ibtida’iyyah.
Pada malam sampai pagi hari, ia belajar agama di surau. Mahfud lalu dikirim ke pondok pesantren Somber Lagah di Desa Tegangser Laok, untuk mendalami agama. Ketika itu ia masih kelas 5 SD. Sekolahnya pun ia lanjutkan di sana.
Baca juga: Putri Candrawathi Tak Henti Menangis Saat Rumah Ferdy Sambo Digeledah Polisi: Susah Berkomunikasi
Tak sampai disitu saja, ketika memasuki SMP, Mahfud dimasukkan oleh orangtuanya ke Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri di Pamekasan.
Pada waktu itu, ternyata ada tiga murid yang namanya sama dengannya.
Untuk membedakan, akhirnya Mahfud menambahkan inisial MD di belakang namanya namun tanpa sengaja nama itu tertulis dalam ijazahnya.
Sehabis menamatkan PGA selama empat tahun pada 1974, Mahfud terpilih untuk melanjutkan ke Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), sekolah kejuruan unggulan milik Departemen Agama di Yogyakarta yang merekrut lulusan terbaik dari PGA dan Madrasah Tsanawiyah seluruh Indonesia.
Mantan Menteri Koperasi Zarkasih Noer, mantan Menteri Sekretaris Negara Djohan Effendi, tokoh Majelis Ulama Indonesia Amidhan, dan Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar merupakan sebagian alumninya. Kini, PHIN diubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN).
Serta pada saat yang sama ia juga kuliah Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM).
Namun kala itu Ia terancam tak bisa lanjut kuliah karena ayahnya sudah pensiun.
Akan tetapi Mahfud aktif menulis di surat kabar umum seperti Kedaulatan Rakyat agar mendapat honorarium dan berburu beasiswa.
Hingga akhirnya, Ia mendapat gelar mahasiswa terbaik dan berhasil mengantongi beasiswa Rektor UII, beasiswa Yayasan Dharma Siswa Madura, juga beasiswa Yayasan Supersemar.
Baca juga: Menguak 5 Fakta Kedekatan Ferdy Sambo dan Kapolri Listyo Sigit, Dimulai dari Unit Dirtipidum
Lulus dari Fakultas Hukum pada 1983 Mahfud bekerja sebagai dosen di almamaternya dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Ketika itu ia melihat, hukum tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya karena selalu diintervensi oleh politik.
Sehingga kekecewaannya pada hukum yang selalu dikalahkan oleh keputusan-keputusan politik menyebabkan Mahfud ingin belajar ilmu politik.
Kesempatan itu akhirnya ia ambil ketika kuliah S2.
Ia banyak berdiskusi dengan dosen-dosen ilmu politik ternama seperti Moeljarto Tjokrowinoto, Mochtar Mas’oed, Ichlasul Amal, Yahya Muhaimin, Amien Rais, dan lain-lain.
Keputusannya mengambil ilmu politik yang berbeda dengan konsentrasinya di bidang hukum tata negara bukan tanpa konsekuensi.
Sebab, studi lanjut di luar bidangnya seperti itu tidak akan dihitung dalam jenjang kepangkatannya sebagai dosen.
Karena itu, selepas lulus S-2, ia melanjutkan pendidikan doktor (S-3) bidang Ilmu Hukum Tata Negara di Program Pasca Sarjana UGM hingga lulus pada 1993.
Dalam sejarah pendidikan doktor di UGM, Mahfud tercatat sebagai mahasiswa doktoral yang lulus cepat. Ia menyelesaikan pendidikannya hanya dalam waktu 2 tahun 8 bulan.
Padahal, ketika itu (1993) rata-rata pendidikan doktor diselesaikan selama 5 tahun.
Menurut Mahfud, semua itu berkat ketekunan dan dukungan dari para promotornya, Prof. Moeljarto Tjokrowinoto, Prof. Maria SW Sumardjono, dan Prof. Affan Gaffar.
Baca juga: Syoknya Ibu Brigadir J Tahu Kebenaran Sang Putra Tewas Ditembak: Anak Kita Diperlakukan Seperti Itu
Ketiga promotor tersebut juga mengirim Mahfud ke Columbia University New York dan Northern Illinois University DeKalb, Amerika Serikat, untuk melakukan studi pustaka tentang politik dan hukum selama satu tahun.
Di New York, ia berkumpul dengan Artidjo Alkostar, senior dan mantan dosennya di Fakultas Hukum UII, yang kini menjadi hakim agung.
Sedangkan di Illinois, ia bertemu dengan Andi A. Mallarangeng, kini Menteri Pemuda dan Olah Raga Kabinet Indonesia Bersatu II. Ketika itu, Andi menjadi Ketua Perhimpunan Muslim, sehingga Mahfud diberi satu kamar di sebuah rumah yang dijadikan masjid dan tempat berkumpulnya keluarga mahasiswa muslim di berbagai negara.
Selain itu, Mahfud tercatat sebagai dosen tetap Fakultas Hukum UII pertama yang meraih doktor pada 1993.
Dari jabatan asisten ahli, ia melompat menjadi lektor madya, mendahului dosen dan senior-seniornya di sana.
Bahkan, tidak sedikit dari dosen dan seniornya itu yang kemudian menjadi mahasiswa atau dibimbing ketika menempuh pendidikan pasca sarjana.
Dengan karya tulis yang tersebar berupa buku, jurnal, maupun makalah ilmiah, tak sulit bagi Mahfud untuk meraih gelar akademik tertinggi.
Ia pun dikukuhkan sebagai guru besar, 12 tahun sejak ia mengabdi sebagai dosen UII.
Bahkan saat itu di usia 41 tahun, ia tergolong sebagai guru besar termuda pada masanya bersama Yusril Ihza Mahendra.
Wajar saja, jika dengan kapasitasnya itu ia dipercaya mengajar di 20 perguruan tinggi, termasuk penguji eksternal disertasi doktor untuk hukum tata negara di University of Malaya, Kuala Lumpur.
Menjadi hakim konstitusi, bagi Mahfud, merupakan panggilan hati sebagai ahli hukum tata negara. Selain itu, ia tertarik dengan perkembangan MK. Di luar itu, ia diajak oleh mantan
Ketua MK, Jimly Asshiddiqie, yang sama-sama Ketua Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara, untuk berjuang di MK. Bagi Mahfud, kredibilitas MK sebagai lembaga tidak diragukan lagi. Meski ada dua lembaga lain yang juga bagus dan bersih, yaitu Komisi Yudisial dan Komisi Pemberantasan Korupsi, MK masih steril dari sandungan kasus hukum.
Dan juga pernah menjadi anggota DPR dan Menteri Pertahanan pada Kabinet Persatuan Nasional.
Pada awalnya Ia meraih gelar Doktor pada tahun 1993 dari Universitas Gadjah Mada. Sebelum diangkat sebagai Menteri.
Ia adalah pengajar dan Guru Besar Hukum Tata Negara di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta. Semasa muda ia juga aktif sebagai aktivis PII dan HMI.
Nama Mahfud MD sendiri dikenal luas oleh publik sebagai seorang politisi, akademisi dan hakim berkebangsaan Indonesia.
Dia saat ini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju periode 2019–2024 Pemerintahan Presiden Joko Widodo-K.H Ma'ruf Amin.
Baca juga: Tatap Muka Riesca Rose, Nathalie Holscher Tanya Alasan Diblokir, Isu Sule Selingkuh Terbantahkan
Selain itu Mahfud MD dilantik sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan oleh Presiden Joko Widodo pada 23 Oktober 2019 dan menjadi orang berlatar belakang sipil pertama yang mengemban jabatan tersebut.
Sebelumnya Mahfud MD pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2013 dan Hakim Konstitusi periode 2008-2013.
Bahkan didapuk menjadi Menteri Pertahanan zaman kepresidenan Abdurahman Wahid (Gus Dur) Kabinet Persatuan Nasional 2000-2001.
Ia merangkap jabatan sebagai Menteri Kehakiman dan HAM yang berjalan selama tiga hari, karena setelah itu Presiden Gus Dur lengser dari jabatannya.
Meskipun sibuk dengan dunia politik, Mahfud MD diketahui telah berkeluarga pada tahun 1982.
Saat itu ia menikahi salah satu teman di kampusnya di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta yang sama sama aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Nama wanita tersebut Ia lah Hj. Zaizatoen Nihajati, SH. (Yatie) yang merupakan kelahiran Jember, 18 November 1959 anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Sya’roni dan Shofiyah.
Istri dari Mahfud MD ini merupakan Sarjana Hukum yang juga pernah bekerja sebagai guru SMA.
Pada awalnya, Mahfud dan Yatie mulai dekat dan memutuskan berpacaran pada 1979.
Hubungan keduanya bertahan lama, sehingga pada 2 Oktober 1982, Mahfud dan Yatie resmi menikah di Semboro, Jember.
Dari pernikahan itu, Mahfud dan Yatie dikaruniai tiga orang anak yaitu Mohammad Ikhwan Zein, laki-laki kelahiran 15 Maret 1984, Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Vina Amalia, perempuan kelahiran 15 Juli 1989, Royhan Akbar, laki-laki kelahiran 7 Februari 1991.
Baca juga berita lainnya di Google News